10. Mengambil Peran

166 18 33
                                        

Aku sudah lama mati. Hanya saja, tuhan menyuruku kuat dan bangkit sekali lagi.

-Alisya.

*****

"Heh! Cewek gatel!"

Alisya menghentikan langkahnya saat mendengar suara yang sudah tidak asing di telinganya. Ia memutar bola matanya malas saat melihat Letta dan dua orang cewek yang menjadi prajuritnya itu menghadang jalannya. Sungguh, ia sangat malas jika harus bertemu pimpinan penggosip dan juga siswi terjulid di SMA Dharmawangsa.

"Minggir, lo halangin jalan gue," kata Alisya dengan tenang. Cewek itu hendak melangkahkan kakinya menuju parkiran untuk segera pulang.

Letta melototkan matanya mendengar perkataan dari Alisya. Ini baru pertama kalinya ada yang berani melawan dirinya. Padahal, selama ini tidak ada yang berani melawannya.

"Ngapain lo deket-deket sama Raka?" Tanya Letta sedikit meninggikan nada suaranya.

"Gue gak deket-deket dia," balas Alisya.

"Gak usah negelak lo!" Letta mendorong tubuh Alisya membuat cewek itu mundur beberapa langkah. Bahu gadis itu menabrak tembok yang berada di belakangnya.

Alisya memejamkan matanya guna menahan emosinya agar tidak meluap kemana-mana. Ia tidak ingin membuat kericuhan di sekolah. Meskipun bel pulang sudah berbunyi dan kondisi sekolah yang terlihat agak sepi tetapi ia tidak akan melakukan kericuhan disini.

"Ada hubungan apa lo sama Raka?" Tanya Letta.

"Gue gak ada hubungan apa-apa sama dia,"

"JANGAN BOHING LO!" Bentak Letta dengan keras. Gadis itu hendak mencekik leher Alisya namun dengan cepat ditepis olehnya. Ilmu bela diri yang dimiliki Alisya sudah tinggi membuat Letta yang hendak mencekik leher Alisya mengurungkan niatnya.

"Gue gak ada hubungan apa-apa sama Raka. Kalau lo gak percaya, lo bisa tanya Raka sendiri," ujar Alisya datar tapi terlihat berkelas. Sembari berjalan menjauh dari kumpulan cewek-cewek songing itu, Alisya mengibaskan jaket kebanggaan Airon yang melekat di tubuhnya seolah-olah menghapus debu yang menempel di sana. Benar-benar keren.

Tanpa mereka semua sadari, di ujung koridor sana, ada Raka yang sedari tadi menguping pembicaraan mereka. Cowok itu diam-diam mengepalkan tangannya ketika melihat Alisya yang hendak dicekek oleh Letta. Setelah Alisya berlalu dari sana dan menyisakan tiga cewek itu, Raka mendekat ke arahnya.

"Jangan pernah ganggu kehidupan gue sama Alisya lagi, hubungan gue sama dia gak ada urusannya sama lo," bisik Raka tepat di telinga Letta.

Setelah mengatakan itu, Raka pergi meninggalkan Letta menyusul Alisya yang sudah terlebih dulu berjalan menuju parkiran motor.

"ALISYA!" panggil Raka membuat langkah Alisya terhenti begitu saja. Ia membalikkan tubuhnya ke belakang dan menatap bingung Raka yang terlihat panik.

"Ya?" Tanyanya saat Raka sudah sampai di hadapannya.

Raka memperhatikan Alisya dari atas sampai bawah. Ia ingin memastikan keadaan Alisya baik-baik saja.

"Lo gak papa?" Tanyanya dengan khawatir.

"Gue gak papa, emangnya kenapa?" Tanya Alisya heran dengan kening mengerut.

"Syukurlah,"

Jawaban dari Raka justru membuat dirinya semakin bingung. Apa yang dimaksud oleh cowok di hadapannya itu? Sudahlah, ia tidak ingin memikirkannya lagi.

"Aneh lo,"

Setelah mengatakan itu, Alisya berjalan menuju motornya yang terparkir manis di halaman parkir SMA Dharmawangsa. Dengan sorot meneduhkan, Raka memandang kepergian cewek itu.

SAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang