26. Lelucon

94 8 3
                                    

Topeng tebal ini tidak akan aku lepas sebelum aku menemukan kebahagiaan yang sebenarnya.

-Alisya

*****

Setelah membaca pesan singkat yang tertera di layar handphone-nya. Raka mengumpat di dalam hatinya. Tak mungkin jika ia harus mengumpat secara terang-terangan didepan Alisya. Secara, gadis itu masih belum mengetahui tentang apa yang terjadi kepada dirinya hari ini. Otomatis ia harus menyembunyikan semua hal ini dari Alisya sampai menunggu saat yang pas untuk menceritakannya kepada gadis itu.

Selama Raka larut dalam pikirannya, ia sampai tak sadar jika gadis yang semula meletakkan kepalanya di dada bidang miliknya itu sudah berdiri dari duduknya. Matanya berbinar saat melihat sebuah kupu-kupu kecil yang beterbangan di hadapannya. Senyumnya mengembang sempurna saat hewan kecil itu hinggap di sebuah tanaman bunga. Tanpa pikir panjang lagi, gadis itu berlari cepat menghampiri kupu-kupu tersebut hingga tiang infus yang digunakan untuk menggantungkan cairan berwarna bening itu jatuh ke atas tanah.

Brak!

"Astaga, Alisya!" Pekik Raka panik sendiri. Lamunannya buyar saat melihat Alisya yang terduduk di atas tanah sambil memegang satu ekor kupu-kupu kecil di tangannya. Cowok itu dengan cepat menghampiri Alisya lalu membantu gadis itu untuk kembali berdiri.

"Lihat deh, Rak. Cantik nggak kupu-kupunya?" Tanya Alisya kepada Raka sembari menunjukkan kupu-kupu tersebut. Tak ada rasa bersalah kepada dirinya sendiri di dalam wajahnya. Malah, cewek itu menunjukkan raut wajah bahagia yang amat terlihat melalui senyuman manisnya.

Raka membenarkan posisi tiang infus yang jatuh mengenaskan di atas tanah. Barulah setelah itu ia membantu Alisya berdiri dari duduk lesehannya.

"Pelan-pelan," ujarnya sambil membantu gadis itu berdiri.

"Kalau ada yang luka siapa yang susah?" Tanya Raka tak suka dengan sikap Alisya yang masih saja seperti anak kecil. Semua hal yang ingin gadis itu lakukan tidak ia pikirkan dua kali lagi.

"Maaf," Alisya menundukkan kepalanya ke bawah memandang sendal selop berwarna biru yang kini ia gunakan. Matanya beralih menatap sepatu sneaker berwarna putih milik Raka yang melekat manis di kaki pacarnya.

Dengan senyum jahil, salah satu kakinya itu menginjak sepatu putih Raka hingga meninggalkan noda tanah berwarna kecoklatan di sana. Ia tertawa lebar merasa puas hingga membuat lesung pipinya terlihat. Alhasil, Raka yang gemas sendiri melihat itupun mencubit kedua pipinya pelan.

Kedua remaja itu tertawa lepas bersamaan. Angin kencang yang kebetulan berhembus di sekitar membuat suara tawa mereka sedikit tersamarkan. Mata tajam bak elang milik Raka yang terlihat menakutkan kini melengkung seperti bulan sabit. Begitupun dengan bibirnya. Keduanya merasakan kenyamanan yang sangat luar biasa saat ini.

Masih dengan tawa yang menghiasi wajahnya, Raka mengusap rambut panjang hitam Alisya yang terbiarkan diurai dengan lembut. Salah satu cara yang ia gunakan untuk memberikan kenyamanan tersendiri bagi Alisya.

"Udah malam. Sekarang tidur, oke?" Perintahnya sembari menarik salah satu lengan Alisya.

"Gendong," Alisya merentangkan kedua tangannya memberikan isyarat kepada Raka. Namun saat ia merentangkan tangannya, seekor kupu-kupu yang tadi ia dapatkan terbang menjauhinya. Bibirnya mengerucut saat hewan kecil itu semakin jauh jaraknya dengannya.

"Biarin dia terbang, dia juga butuh kebebasan,"

Raka berjongkok di hadapan Alisya lalu menepuk pundaknya sebanyak dua kali. Mengerti dengan maksud Raka, gadis itu segera naik ke atas punggung kokoh milik pacarnya. "Ayo naik, diamond,"

SAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang