61. Terungkap

95 6 6
                                    

Happy reading, guyss
.
.
.

*****

"Untuk apa memberiku rasa sedalam ini jika pada akhirnya kau hancurkan rasa ini?"

-Alisya Calista Graham-

*****

Dua orang perempuan dengan pakaian pesta terlihat berjalan menuju pinggiran rofftop hotel tempat dimana diselenggarakannya pesta ulang tahun perusahaan Gentala Group. Mereka berdua berdiri diatas sana sambil melihat ke arah sebuah jalan raya yang terlihat sangat ramai. Senyum licik dan juga penuh kepuasan terukir mengerikan di wajah mereka disaat melihat sebuah kecelakaan yang terjadi dibawah.

"Hancur hidupmu, Alisya!" Kata salah satu diantara mereka.

"Semuanya berjalan sesuai rencana. Grey dan Letta benar-benar bisa diandalkan," lanjutnya sambil menyilangkan tangan didepan dada.

"Apa yang sudah Mama perintahkan kepada Grey dan Letta?" Tanyanya mengintimidasi.

"Hanya sedikit," jawabannya santai. "Mama hanya berkerja sama dengan Grey untuk membuat Venus pergi dari kota ini dengan cara memindahkan tugasnya sebagai dokter ke luar kota,"

Lawan bicaranya mendengarkan dengan saksama. "Lalu?"

"Setelah Venus pergi, Mama dan Letta bekerja sama untuk menyiapkan pesta pertunangan antara Letta dan Raka. Mama memberikan jaminan berupa setengah saham perusahaan almarhum Papa kepada Gentala Group untuk membujuk Ayah Raka. Alhasil, malam inilah mereka berdua bertunangan,"

Mendengar itu, dia sontak bertepuk tangan. Pemikiran Mamanya sangan diluar dugaan. Ia tak menyangka jika Mamanya akan sepintar ini untuk menyusun rencana. Tepuk tangannya seketika berhenti ketika otaknya mengingat sesuatu.

"Bagaimana permen beracun yang sudah kita tukar dengan permen milik Valeno?"

"Gagal, Alisya lolos dari permen beracun itu," jawabnya sedikit kecewa. Namun begitu, ia masih tetap bisa tertawa licik walaupun rencananya tidak berjalan sesuai harapan.

Keduanya kembali memandang jalan raya yang terlihat semakin ramai oleh kerumunan banyak orang.

"Apakah dia sudah mati?" Tanya Sang anak kepada Mamanya.

"Mama tidak akan membiarkan dia mati sebelum melihat dia hancur sehancur-hancurnya," jawabnya cepat.

Sementara itu dibawah sana, terlihat Galaksi dibantu oleh beberapa orang menggotong Alisya yang sudah berlumuran darah masuk kedalan sebuah taksi. Beberapa warga yang lain juga sudah mengamankan sopir truk yang menabrak Alisya untuk dimintai keterangan.

Setelah masuk didalam mobil, Galaksi meletakkan kepala Alisya yang sudah dipenuhi oleh darah di kakinya. Berulang kali ia mencium puncak kepala adiknya itu dengan penuh kasih sayang dan juga penyeslaan. Setetes air mata jatuh dari kelopak matanya menangisi nasib malang yang menimpa adik kesayangannya. Seorang Galaksi yang terkenal sangat cuek dengan keadaan kini berhasil menumpahkan setets air mata untuk menangis adiknya. Perasaan sedih, menyesal, kecewa akan dirinya sendiri dan juga rasa bersalah memenuhi jiwanya.

"Maafin Kakak, sayang. Kakak belum bisa jadi Kakak yang terbaik buat kamu. Maafin Kakak belum bisa jaga adik kesayangannya ini. Kakak bener-bener ngerasa bersalah. Maafin Kakak, ya, sayang?" Katanya kepada Alisya yang masih memejamkan mata.

"Kamu harus kuat, sayang. Lisya nggak boleh nyerah ditengah jalan. Lisya harus kuat, ya? Lisya janji harus sembuh, ya?"

"Lisya benci sama Kak Galaksi, kan? Sekarang Kak Galaksi yang nggak tau diri ini udah pulang, sayang. Kak Galaksi yang udah bikin adik kesayangannya trauma sama kehidupan udah balik buat memperbaiki semua. Tugas Kak Galaksi sekarang sama persis kaya tugas Kak Venus, yaitu gantiin peran Papa buat Lisya. Kakak mohon Lisya terima lagi, ya, Kak Galaksi buat memperbaiki semua?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang