4. Ketua Geng

230 27 18
                                    


"Ngapain?" Tanya Revan kepada Alisya yang mengajaknya ke sirkuit. Setelah pulang dari markas tadi, cewek itu memang mengajak Revan ke suatu tempat yang tidak ia kasih tau sebelumnya. Dan ternyata inilah tempatnya, Sirkuit.

"Jemur baju mungkin," balas Alisya asal seraya melepas helm yang berada di kepalanya.

"Gue gak sebodoh itu, Sya,"

Alisya tertawa pelan. "Balapan sekarang, kita tanding yang terakhir kali sebelum lo pergi keluar kota,"

"Ada masalah?" Tanya Revan.

"Enggak, gue cuma mau balapan yang terakhir kali sama lo," balas Alisya dengan menampilkan senyum di sudut bibirnya. Bohong jika ia tidak mempunyai masalah, pasalnya setiap harinya ia selalu saja terjebak dalam lubang masalah.

Diatas motor kesayangannya, kedua remaja itu tengah bersiap memakai helm untuk melindungi kepalanya.

"Siap?" Tanya Revan sebelum memulai pertandingan.

"SIAP!" Seru Alisya sambil mengacungkan kedua tangannya ke atas tinggi-tinggi.

"Tetep jaga keselamatan," ujar Revan.

Dan dalam hitungan detik kedua motor tersebut sudah melesat dengan kecepatan tinggi. Didalam area sirkuit yang terlihat sangat ramai dengan anak-anak motor yang berlalu lalang untuk untuk melihat balapan. Kini motor Alisya memimpin jalannya balapan malam ini. Dari jarak kurang lebih tiga meter dibelakang Alisya, disanalah Revan dan motornya berada.

Suara riuh tepuk tangan disertai sorakan penuh kemenangan mewarnai kemenangan Alisya hari ini. Tak heran jika cewek itu selalu memenangkan setiap kompetisi balapan disana. Sampai-sampai ia dijuluki sebagai 'ratu sirkuit' oleh mereka semua.

"Gak salah kalau lo jadi ratu sirkuit, Sya. Skill balapan Revan aja kalah," ucap Aldo sembari bertepuk tangan.

"Keren! Keren!" Sahut Bagas sembari mendekat kearah Alisya lalu mengajaknya untuk melakukan tos ria sebagai apresiasi.

Alisya membuka kaca helm-nya memperlihatkan wajah cantiknya. Ia menatap ke arah Revan yang berada di sampingnya.

"Jangan nangis lo," ledek Alisya saat mendapati mata Revan yang memerah.

"Hah? Ketua geng kayak gue nangis? Gak ada sejarahnya," kata Revan menyangkal. Kedua tangannya sibuk mengucek matanya. "Gue cuma kelilipan," sangkal cowok itu.

Alisya mendekatkan badan motornya dengan motor Revan. Gadis itu mengarahkan kepalan tangannya di hadapan Revan.

Melihat itu, Revan terdiam sejenak. Bibirnya tertarik keatas membentuk senyuman tipis di ujung bibirnya. Ia menyatukan kepalan tangannya dengan milik Alisya.

"Bang Revan ngak boleh sedih," ucap Alisya sama persis seperti anak kecil. "Kalau Abang sedih nanti gue ikut sedih,"

"Ngak salah gue nganggep lo sebagai adik," ucapnya sambil mengacak rambut Alisya.

"Salahnya gue malah taruh hati sama lo, Alisya," Batin cowok itu dalam hati.

*****

Dibawah gelapnya langit malam yang dihiasi beribu bintang, kini terdapat kurang lebih 185 anggota inti geng Airon yang tengah berkumpul di sebuah tanah lapang yang berada agak jauh dari keramaian. Dengan ditemani semilir angin malam yang menusuk kulit, mereka semua berbaris dengan sangat rapi. Tempat ini adalah tempat dimana mereka semua meresmikan sebuah geng motor terbesar di kotanya. Tempat awal mula mereka membangun sebuah komunitas.

Sudah hampir lima belas menit mereka semua berbaris dengan rapi tetapi sama sekali belum ada yang membuka pembicaraan. Revan yang berdiri paling depan menghadap ke arah anggotanya dan disampingnya terdapat Arrayan yang juga hanya diam sembari menunggu ketuanya angkat bicara.

SAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang