Sesungguhnya, masa lalu adalah pemenangnya.
-Letta
*****
Sejak pulang sekolah tadi, Raka sama sekali tidak berhenti berbisik tepat di telinga Alisya. Cowok yang masih menggunakan seragam sekolah itu seolah-olah mengajak seorang gadis yang tengah tertidur pulas diatas ranjang untuk berbicara. Walaupun ia tahu, seseorang yang kini ia ajak bicara tidak akan mungkin membalas perkataan demi perkataan yang ia lontarkan.
"Sya? Ayo bangun, buka matanya." Perintahnya entah yang sudah keberapa kalinya. Kedua tangannya sibuk mengelus kening Alisya dengan lembut.
"Lo denger suara gue nggak, Sya? Gue harap suara gue bisa masuk ke dalam alam lo sekarang," ujarnya masih setia mengajak gadis itu berbicara.
Enam anggota inti lainnya hanya bisa diam sembari memperhatikan Raka yang terlihat begitu khawatir dengan keadaan Alisya sekarang. Tak ada yang berani mengeluarkan suara sedikitpun. Mereka sama-sama khawatir dengan keadaan salah satu ratunya.
"Si bos kelihatan khawatir banget," kata Galang berbisik di telinga Kevin.
"Lo kalau ngomong jangan bisik-bisik. Geli kuping gue!" Balas Kevin sedikit mengeraskan suaranya saat telinganya terasa tergelitik mendengar suara Galang.
"Diem!" Valerio membekap mulut Kevin menggunkan telapak tangannya.
Kevin melepaskan tangan Valerio dari mulutnya. "Tangan lo asin, anjir!"
"Namanya juga keringetan," balasnya cengengesan.
Tak lama setelah itu, pintu ruang rawat Alisya dibuka oleh seseorang. Dua orang pasutri bersama satu anak kecil laki-laki itu masuk ke dalam ruangan tersebut. Mereka adalah kedua orang tua Galang dan juga kedua orang tua Arrayan berserta adiknya.
"Kakak Lisya," panggil anak kecil tersebut seraya berlari menghampiri brangkar Alisya. Ia naik ke atas brangkar lalu duduk di pinggiran sambil memandang Alisya dengan sorot berkaca-kaca.
"Gimana kondisi Alisya sekarang? Sudah ada perkembangan?" Tanya Reynald-ayah Galang kepada Venus. Anak semata wayangnya itu memang sudah memberi tahu kepada dirinya tentang hal yang belakangan ini menimpa Alisya. Begitupun dengan Arrayan, ia juga sudah memberi tahu hal ini kepada kedua orangtuanya untuk meminta bantuan supaya kejadian ini tidak semakin parah.
Venus menghembuskan nafas panjang. "Kondisinya sudah mulai membaik. Hanya saja efek bius yang diberikan oleh pria misterius tadi pagi belum hilang,"
"Galang sudah memberi tahu kepada saya mengenai hal ini," kata Rey mulai fokus kepada inti pembahasan. "Kita harus mencegah hal ini agar tidak kembali terjadi. Bagaimanapun juga ini semua berhubungan dengan nyawa. Peneror itu memiliki motif yang masih belum kita ketahui sampai sekarang,"
"Saya sudah mengecek semua CCTV yang ada di rumah sakit. Semua CCTV itu mati sebelum pelaku itu menghampiri Alisya. Tapi anehnya, CCTV itu kembali menyala setelah saya menemukan Alisya dan sudah membawa Alisya kembali," kata Venus menjelaskan. Memang benar apa yang ia katakan, beberapa saat yang lalu ia memang meminta bukti rekaman CCTV rumah sakit ini kepada petugas keamanan namun anehnya CCTV itu mati sebelum pelaku membawa Alisya kabur dan kembali menyala ketika ia sudah menemukan Alisya.
"Om punya ide untuk masalah ini?" Tanya Venus dengan alis sedikit terangkat menatap kedua orang tua Galang dan juga kedua orang tua Arrayan.
Rey mengangguk dengan santai. "Soal itu jangan ditanya lagi. Om udah siapin rencana yang bakal kita pakai untuk menangkap pelaku itu," balas Rey sedikit membanggakan diri. Mendengar itu, Inara-istri Rey sekaligus Ibunda Galang menyenggol lengan suaminya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMA
Teen FictionIni tentang Alisya... Gadis cantik yang memegang jabatan menjadi waketos. Gadis cantik yang selalu bilang 'gapapa' didalam hidupnya. Gadis cantik yang selalu tersenyum dibalik luka-luka yang ditimbulkan oleh keluarganya. Gadis cantik yang selalu ber...