Saat ini aku hanya butuh pundak untuk membuatku lupa bahwa aku sedang bersedih.
-Alisya
*****
Mobil hitam yang dikendarai oleh Venus sampai di parkiran apartemen tepat saat adzan Maghrib berkumandang. Cowok itu baru saja pulang dari rumah sakit setelah seharian penuh bekerja. Masih dengan seragam khas dokter berwarna putih, Venus turun dari atas mobilnya lalu mulai berjalan menuju kamar apartemennya.
Drettt... Drettt...
Handphone di saku seragamnya berbunyi. Venus merogoh saku seragamnya saat merasa kalau handphone-nya bergetar tanda ada panggilan masuk.
"Papa," guman Venus pelan setelah membaca nama si penelepon. Kedua kaki jenjangnya berhenti berjalan. Setelah telepon mereka berdua terhubung, Venus dengan cepat meletakkannya di samping telinga.
"Bawa Alisya pulang malam ini. Ada yang mau Papa bicarakan denganmu dan juga dia,"
"Untuk apa? Belum puas Papa bikin dia menderita selama ini?" Venus tertawa sinis mendengar permintaan dari Darius. Seenak jidatnya saja dia menyuruh untuk membawa Alisya pulang ke rumah.
"Papa hanya ingin mengundangnya untuk datang ke acara pesta pernikahan Papa dengan Nata Minggu depan. Setelah itu, kamu boleh membawa Alisya untuk pergi dari rumah Papa lagi,"
Venus menggeram marah. Jadi ini tujuan Darius untuk membawa Alisya kembali ke rumah. Ia pikir, Papanya sudah sadar akan perlakuan buruknya selama ini. Tapi ternyata lebih buruk daripada yang ia pikirkan.
"Apa permintaan maaf sangat sulit untuk bajingan seperti anda?" Tanya Venus seraya menahan amarahnya agar tidak meledak-ledak di sini. Ia memejamkan matanya guna menetralkan deru nafasnya yang memburu.
Ttuut
Venus mematikan sambungan teleponnya secara sepihak setelah mengatakan hal yang tidak sepantasnya dia katakan kepada Darius. Emosinya benar-benar tidak terkontrol sekarang. Ia memijit pelipisnya yang terasa berdenyut sekarang. Setelah emosinya agak terkontrol, barulah ia berjalan menuju kamarnya yang tinggal beberapa langkah lagi.
Cekelek!
"Alisya?" Panggi Venus saat mendapati kamar apartemennya masih dalam keadaan gelap gulita. Awalnya, ia pikir adiknya belum pulang dari sekolah atau sedang berkumpul bersama anak-anak Airon lainnya. Namun setelah lampu dinyalakan, ia dapat melihat tubuh Alisya yang berada di balik selimut tebal dan juga terdengar suara isakan dari dalamnya.
"Kamu kenapa, sayang?" Tanya Venus. Ia membuka selimut yang menutupi seluruh tubuh Alisya lalu merengkuh tubuh adiknya yang meringkuk seperti tengah kedinginan. Bahu gadis itu terlihat bergetar hebat seperti ketakutan.
Mendengar perkataan Venus barusan. Alisya cepat-cepat menghapus bekas air mata yang masih berada di pipinya. Ia bergerak maju lalu memeluk tubuh Venus dengan erat seolah-olah tak ingin kehilangan. Perlakuannya itu justru menimbulkan rasa penasaran Venus. Cowok itu membalas pelukan adiknya tak kalah erat dan juga mengelus rambut panjang Alisya dengan lembut.
"Lisya kenapa?" Tanya Venus lagi.
"Lisya ta-takut," balas Alisya semakin membuat kening Venus mengerut. Apa yang sedang dikatakan oleh Alisya?
"Takut kenapa?" Venus mengurai pelukannya lalu menatap wajah Alisya yang terlihat sangat ketakutan.
Jari telunjuk Alisya mengarah kepada ujung kasur yang terdapat secarik kertas. Venus mengikuti arah tunjukan Alisya dan juga menemukan objek yang cukup membuatnya penasaran. Secarik kertas kecil yang terdapat tetesan darah di atasnya. Tangan panjangnya bergerak untuk mengambil kertas tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMA
Teen FictionIni tentang Alisya... Gadis cantik yang memegang jabatan menjadi waketos. Gadis cantik yang selalu bilang 'gapapa' didalam hidupnya. Gadis cantik yang selalu tersenyum dibalik luka-luka yang ditimbulkan oleh keluarganya. Gadis cantik yang selalu ber...