56. Arti Teror

58 6 0
                                    

"Aku masih butuh pelukan dan juga kasih sayangmu, Kak..."

-Alisya Calista Graham

*****

"Hebat lo, Sya. Masalah sebesar ini lo masih bisa kuat hadapainnya. Mungkin kalau gue jadi lo, gue udah bunuh diri dari dulu," celetuk Aldara ketika menatap sahabatnya yang kini tengah tertidur pulas.

Saat ini, seluruh inti Airon gang ditambah lima belas orang anggota Airon gang tengah berkumpul diruang tengah markas. Mereka semua sedang menunggu Venus untuk membahas masalah teror yang belakangan ini terus menimpa salah satu anggota mereka.

"Iya, Dar. Kalau gue ditakdirin jadi Alisya gue juga lebih milih mati daripada hidup," sahut Kevin.

Helaan nafas berat dan panjang keluar dari mulut Raka. Tangan besarnya tak berhenti mengelus rambut panjang Alisya yang tengah tertidur pulas di pahanya. Sejak tadi pikirannya hanya berpusat kepada gadis itu. Walaupun Alisya sudah berada didepan mata, tetapi entah mengapa ia merasa begitu takut kehilangannya.

"Tenang, Bro. Alisya nggak bakal ninggalin lo. Dia cuma butuh ditemani dan disemangati. Lo nggak perlu khawatir kalau dia bakal ninggalin lo. Justru mungkin yang ada, Alisya yang khawatir kalau lo pergi," ujar Valeno seolah-olah tahu dengan apa isi pikiran Raka.

"Sebisa mungkin gue bakal selalu ada buat dia dan bakal terus ada buat dia," balas Raka.

Valeno menganggukkan kepalanya. "Gue pegang omongan lo. Jangan cuma jadi cowok tebu. Manis diawal doang,"

"Gue nggak sebrengsek itu buat nyakitin cewek," balas Raka dan obrolan mereka pun berakhir karena kedatangan Venus.

Seorang pria berjubah dokter dengan stetoskop yang senantiasa menggantung dilehernya berjalan memasuki markas. Pandangan mata Venus langsung tertuju kepada seorang gadis cantik yang tengah tertidur pulas. Seketika bibirnya sedikit tertarik ke atas melihat adik kesayangannya dapat tertidur dengan sangat pulas.

"Malah molor," ujarnya.

Ucapannya ditanggapi dengan kekehan ringan dari para anggota geng Airon yang tengah berkumpul. Tidak pakai lama, mereka pun langsung to the poin untuk membahas semua teror yang menganggu ketenangan mereka semua.

"Gue udah nggumpukin semua angka-angka misterius yang ada diteror," kata Aldara memulai pembahasan. Cewek berponi itu mengeluarkan sebuah buku beserta sebuah pulpen merah dan biru.

Aldara mulai menuliskan beberapa angka misterius yang sudah ia kumpulkan dari teror-teror yang menghantui Alisya belakangan ini. Setelah semua angka tertulis rapi dibuku tersebut, barulah ia meletakkan buku tersebut dihadapan sahabat-sahabatnya.

"Angka yang dikirim nggak semua angka bilangan. Ada beberapa yang pakai angka Romawi dan ada beberapa yang pakai huruf. Gue bakal coba ngerubah angka-angka itu jadi huruf. Siapa tahu lewat angka itu kita bisa tahu apa maksud dan tujuan peneror itu nggirim teror-teror nggak guna kayak gini ke Alisya," ujar Aldara kepada mereka semua.

"Gimana caranya kita jadiin angka-angka itu biar jadi huruf?" Tanya Valerio tak paham.

"Setelah gue inget-inget lagi, gue jadi kepikiran sama sandi angka waktu gue ikut ekskul Pramuka. Jadi, gue bakal coba pakai sandi angka buat mecahin angka-angka sialan ini," balas Aldara memberi tahu apa yang akan ia lakukan sekarang.

Semua orang yang berada diruang tengah markas berfokus kepada buku tulis yang berada di tengah-tengah mereka. Semuanya berpikir keras untuk menyelesaikan semua permasalahan ini.

"Dar, coba lo urutin semua angka-angkanya. Mulai dari yang pertama kali kita temuain sampai yang paling akhir," saran Raka dan langsung diberi anggukan setuju oleh Aldara. Cewek itupun segera menyusun angka-angka yang ia dapatkan mulai dari yang pertama kali ia dapat hingga yang paling akhir.

SAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang