28. A P (5)?

82 10 3
                                    

Cukup satu orang untuk membuatku bahagia. Tetapi mengapa begitu banyak orang yang ingin membuatku menderita?

-Alisya

*****

Sepulang sekolah tadi, Valerio, Kevin, Galang, dan Valeno pergi ke salah satu tempat pencetakan foto yang berada tak jauh dari markas. Keempat cowok tersebut tentunya akan mencetak foto Alisya yang hangus terbakar tadi malam. Mereka semua tak ingin Alisya mengetahui apa yang sebenarnya terjadi kepada dirinya malam tadi. Dan ini juga atas permintaan Raka dan juga Venus yang memerintahkan kepada mereka semua untuk tutup mulut kejadian ini kepada Alisya.

Sedangkan Aldara dan Arrayan kini berada di markas untuk membereskan markas yang terlihat seperti kapal pecah karena kejadian semalam.

"Mang, cetak foto ini 6R sekalian dikasih bingkai," ujar Valerio kepada bapak-bapak pemilik toko tersebut sembari menyodorkan layar ponselnya.

"Siap, Mas. Sebentar, ya," balas bapak-bapak tersebut lalu mengambil ponsel milik Valerio untuk mulai mencetak foto tersebut.

Valerio mengangguk singkat. Ia beralih menghampiri teman-temannya yang duduk di teras toko seperti orang hilang. Memang benar, mereka semua duduk lesehan diatas lantai keramik tanpa alas persis seperti gembel yang sedang menunggu orang untuk memberinya uang.

"Toko elite kursi sulit," guman Kevin pelan. Tak mungkin jika ia mengatakan hal tersebut secara terang-terangan didepan pemilik toko tersebut. Bisa-bisa, ia dicap sebagai anak yang tidak sopan oleh orang-orang karena mengatakan hal fakta yang memang kenyataan.

"Daripada lo, pacaran elite seiman sulit," balas Galang meng-roasting Kevin. Tenang, ini memang sudah menjadi kebiasaan mereka berdua sama-sama saling meng-roasting satu sama lain.

"Yahaaaa, lah situ gamon elite balikan sulit," timpal Valerio tertawa terbahak-bahak diakhiri kalimatnya.

Obrolan random mereka berhenti saat Galang menyenggol lengan Valerio pelan. "Kenapa lo nggak cetak foto Alisya di studionya Pak Mario?"

"Kalau gue cetak foto disana, otomatis Pak Mario pasti nanya-nanya tentang Alisya. Lagian, kita juga disuruh tutup mulut tentang hal ini sama Kak Venus," jelasnya.

Mulut Galang membulat membentuk huruf 'o' tanda mengerti dengan maksud ucapan sahabatnya.

Diantara mereka berempat, hanya Valeno lah yang sedari tadi hanya diam tak berniat untuk ikut membuka suara. Pandangannya lurus ke depan memperhatikan hiruk-pikuk kondisi kota Jakarta yang terlihat sangat padat sore ini. Namun, bukan padatnya jalanan yang ia lihat sekarang. Ekor matanya tanpa sengaja mendapati orang yang tak asing baginya.

Serba hitam masih menjadi identitas misterius seorang pria yang kini berada di gang sepi yang mengarah ke markas Airon. Cukup lama ia memperhatikan gerak-gerik orang tersebut dari jauh dan akhirnya ia kehilangan jejak karena sebuah truk tronton yang melintas di depannya.

"Gue lihat orang itu lagi," ujarnya membuat ketiga sahabatnya itu mengerutkan kening. Orang siapa yang Valeno maksud kali ini?

"Orang itu siapa?" Tanya Valerio kepada Kakak selisih lima belas menitnya itu.

Tanpa menjawab pertanyaan dari adiknya, Valeno segera meninggalkan para sahabatnya yang kebingungan di tempat. Cowok itu berlari menyusuri gang sempit yang ada di seberang jalan. Kelakuannya itu berhasil membuat para teman-temannya merasa heran.

"Kenapa dia?" Tanya Galang sambil menaikkan salah satu alisnya tanda bertanya.

Valerio dan Kevin sontak mengangkat pundaknya dua kali tanda ia juga sama-sama tidak tahu. Ketiganya saling pandang satu sama lain seolah-olah saling bertanya dengan tatapan mata. Apa yang dilakukan oleh Valeno sekarang? Mengapa cowok itu terlihat tergesa-gesa berlari menyusuri gang menuju markas padahal motornya masih terparkir di teras toko.

SAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang