Hal terbodoh dalam hidupku adalah menjadikan orang yang tidak bersalah sebagai target utama pelampiasan amarahku.
-Galaksi Graham Galanendra
*****
Raka mendudukkan dirinya di sebuah kursi yang berhadapan dengan Venus. Ia menatap sekeliling ruangan tersebut dalam diam. Seperti ruangn dokter pada umumnya, hanga saja ruangan ini bisa dibilang sangat besar jika hanya akan digunakan untuk konsultasi dokter dengan pasien. Puas menatap sekeliling, kini ia mengalihkan perhatian ke sebuah frame foto yang terletak dipojok meja. Sebuah senyum tipis mengembang di ujung bibirnya ketika melihat sebuah foto bocah perempuan ompong yang tengah digendong oleh seorang laki-laki yang Raka yakini itu adalah Darius. Alisya, bocah perempuan ompong yang sedang menjadi objek pemandangan Raka.
"Keluarga lo bahagia banget, ya," Komentar Raka melihat foto yang keluarga tersebut.
"Ya, keluarga gue betul-betul sempurna dulu. Tapi sekarang, you know semuanya sudah berubah," helaan nafas panjang mengakhiri perkataannya.
"Kadang gue iri sama orang-orang yang bisa foto sama keluarganya. Bagi gue dan juga bagi keluarga gue, foto keluarga itu mahal. Nggak ada satupun foto keluarga di rumah. Jangankan foto keluarga, foto Ayah sama Bunda waktu nikah aja cuma ada di kamar Ayah," balas Raka disertai senyum getir yang terlihat menyakitkan. Dalam benaknya, ia juga ini seperti orang-orang yang memiliki foto keluarga, ingin mengabadikan momen-momen spesial bersama keluarga. Namun apalah daya, nyatanya semahal itu foto keluarga di keluarganya.
Seorang Anandraka Agam Gentala yang selalu terlihat baik-baik saja dan tak pernah menceritakan bagaimana kisah hidupnya kepada seseorang ternyata memiliki sebuah keinginan yang begitu besar. Ingin mempunyai foto keluarga seperti keluarga-keluarga cemara lainnya. Tak segampang itu untuk mendapatkannya, bahkan semenjak ia dilahirkan ke dunia pun ia sudah ditakdirkan untuk tidak bisa menatap wanita yang melahirkannya. Begitu sulit untuk berkumpul dengan keluarganya. Ia selalu sendiri dan juga selalu kesepian. Kesepian itulah yang menumbuhkan sikap dingin didalam dirinya.
Raka menghela nafas berat sembari tersenyum getir. "Bahkan gue nggak pernah diizinin Tuhan buat natap nyokap buat yang pertama dan yang terakhir kalinya,"
"Kita memang sama-sama nggak beruntung soal keluarga. Jadi, anggap aja ini adalah cara Tuhan supaya kita bisa lebih bersyukur sama dia. Ya, walaupun nggak sesuai sama yang kita inginkan," tutur Venus sembari menepuk pundak Raka sebanyak dua kali bermaksud menguatkan remaja laki-laki dihadapannya.
"Thanks, Kak," Raka tersenyum simpul. "Jadi, apa yang mau Kakak bicaranya sekarang?"
Venus terdiam beberapa saat sebelum bersuara. Keheningan itu tentunya berhasil membuat Raka yang bertanya semakin penasaran. Apalagi ketika ia melihat Venus yang justru menunjuk seseorang yang berada didalam foto yang ia tatap tadi, foto keluarganya.
"Lo kenal orang ini?" Tanya Venus sambil menunjuk seorang bocah laki-laki kecil berumur tujuh tahun yang sedang memeluk erat Alisya dari samping.
Kedua alis Raka saling menaut. Ia merasa tak asing dengan wajah orang itu. Semakin lama, ia semakin yakin pernah bertemu dengan orang itu. Dalam hitungan detik, lampu otaknya menyala. Ia betul-betul mengetahui orang itu.
"Arkan," tebak Raka to the poin.
"Nggak salah dan nggak benar," sanggah Venus semakin membuat Raka kebingungan. Memang, didalam foto tersebut dapat Raka simpulkan jika itu adalah Arkan kecil. Tak banyak perbedaannya dengan sekarang. Alisnya yang tebal dan juga rahangnya yang tegas sudah semakin memperjelas jika itu benar-benar Arkan, menurut Raka.

KAMU SEDANG MEMBACA
SAMA
Fiksi RemajaIni tentang Alisya... Gadis cantik yang memegang jabatan menjadi waketos. Gadis cantik yang selalu bilang 'gapapa' didalam hidupnya. Gadis cantik yang selalu tersenyum dibalik luka-luka yang ditimbulkan oleh keluarganya. Gadis cantik yang selalu ber...