17

11.9K 778 27
                                    

Adakah typo?
Warning ada kata-kata kasar!
Eh biasanya juga ada sih🐸

Sudah satu Minggu semenjak perkenalannya ke publik, kini Gara tengah menatap gedung sekolah yang menjulang tinggi di hadapannya. Di sampingnya ada Arshavin yang memperhatikannya.

"Ayo masuk" ajak Arshavin.

Gara menatap ragu pada Daddy-nya, tapi Arshavin menatapnya penuh keyakinan. Dengan ragu dia mulai melangkah sepelan mungkin, membuat Arshavin menggandeng tangannya.

Sebenarnya ini adalah keinginan Gara sendiri untuk bersekolah, Arshavin sempat melarangnya untuk sekolah umum. Namun dengan segala bujuk rayu dari Gara akhirnya ia mengizinkannya.

"Ingat, apapun yang terjadi hari ini ceritakan semuanya pada Daddy nanti" ujar Arshavin yang kini berdiri di hadapan Gara.

Gara mengangguk kemudian tersenyum. Arshavin membuka pintu di hadapannya kemudian membawa Gara masuk.

"Eung? Uncle Ail?" Tanya Gara melihat Aillard yang duduk di kursi kebanggaannya.

"Pekerjaan sampingan, Gara" jawab Aillard.

"Uncle jatuh miskin?" Tanya Gara dengan polosnya.

"Yak! Sembarangan" jawab Aillard tak terima.

"Terus kenapa punya pekerjaan sampingan?" Tanya Gara lagi.

"Jika bukan karena mu, mana mau aku memiliki pekerjaan merepotkan seperti ini" batin Aillard.

"Lupakan, duduklah" ujar Aillard yang ternyata menjabat menjadi Wakasek kesiswaan di sekolah ini.

Gara duduk di sofa, diikuti Arshavin yang duduk di sebelahnya. Aillard mendekati mereka kemudian ikut duduk di seberang mereka.

"Karena tahun kemarin kamu tidak melanjutkan sekolah mu, maka tahun sekarang kamu masih berada di kelas 11. Mau tak mau kamu harus mengulang lagi Gara, dan untuk jurusannya-"

"IPA" ucap Arshavin memotong perkataan Aillard.

"Tapi Gara maunya IPS, Dad" ujar Gara.

"IPA saja yang memiliki reputasi bagus" balas Gara.

"Gak mau pokoknya mau IPS" ujar Gara ngotot.

Dari awal juga dia memang anak IPS, mana mau pindah ke IPA. Apalagi dengan pelajaran-pelajaran yang lebih banyak menghitung membuatnya pusing saja.

"Mengalah saja kak, lagi pula yang akan bersekolah juga Gara bukan kau" ujar Aillard yang mulai jengah melihat perdebatan ayah dan anak itu.

"Tuh kan, uncle aja ngerti. Masa Daddy enggak sih" ujar Gara mulai kesal.

"Hah... Baiklah, pilih sesukamu" balas Arshavin yang tak ingin putranya marah padanya.

"Yeay! Sayang Daddy" ujar Gara dengan girang kemudian mendekati Arshavin dan mengecup pipi pria paruh baya itu.

G A R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang