Awas typo~
Gara menghubungi daddy-nya namun sepertinya pria itu juga tengah panik mencarinya dan mengabaikan panggilan yang masuk. Tak kehabisan akal, Gara menghubungi dua abangnya. Beruntungnya salah satu dari mereka menjawab panggilannya.
"Ha-"
Prang!
Suara kaca yang pecah itu membuat Gara menjatuhkan ponselnya, mengabaikan Zoe yang memanggil namanya di seberang sana. Gara menatap ke belakang dimana Steve sedang berkelahi dengan mereka. Ia tahu lama-kelamaan kekuatan Steve akan melemah.
Jadi ia segera menyelinap keluar meninggalkan ponselnya, sebelum Steve benar-benar tumbang. Ia mengendap-endap keluar sebelum mereka menyadari keberadaannya. Namun langkahnya terhenti ketika mendengar rintihan Steve. Ia menoleh ke belakang menatap Steve yang masih bertahan meskipun sudah babak belur.
Gara menatap orang-orang yang berbadan besar dan tinggi. Hampir sama dengan Steve, ia jadi bimbang sekarang. Antara menolong Steve atau menunggu bala bantuan datang. Ia yakin Daddy-nya pasti sedang dalam perjalanan kemari.
Dengan sedikit keberanian yang tersisa di dalam dirinya Gara mendekati mereka. Hal itu membuat Steve terkejut dan terkena pukulan lawan.
"Paman! Ambil ini!" Ujar Gara kemudian melempar revolver pada Steve.
Steve dengan cepat menangkap revolver itu. Orang-orang itu menatap Gara yang berdiri dengan memegang belati. Mereka menyeringai membuat Gara semakin takut.
"Tuan muda, cepat cari tempat untuk berlindung! Cepat!" Ujar Steve yang mencoba menghalangi lima orang itu.
"Tapi-"
"Cepat!" Ujar Steve.
Gara melihat salah satu dari orang itu mendekatinya, remaja itu mulai berlari sekuat tenaga. Ia mengabaikan kepalanya yang tiba-tiba terasa sangat sakit. Pria itu terus mengejar Gara hingga remaja itu berbelok memasuki gang-gang penduduk. Belatinya terjatuh saat ia merasa lemas, sedangkan pria itu tertinggal cukup jauh.
"Tolong" lirih Gara saat melihat beberapa pemuda tengah nongkrong di sebuah warung.
Para pemuda itu saling melirik kemudian mengangguk kecil.
"Masuk" ujar salah satu pemuda, menyuruh Gara masuk ke dalam warung itu.
Tak lama setelah Gara masuk, pria yang tadi mengejarnya datang dan terus berlari tanpa mempedulikan pemuda-pemuda itu. Para pemuda itu masih tetap diam hingga pria itu berlari kembali dan hilang di persimpangan. Salah satu dari mereka melirik temannya untuk memeriksa apakah pria itu benar-benar pergi atau belum.
Temannya itu langsung memeriksa dan tak lama kemudian kembali dengan anggukan kecil sebagai jawabannya.
"Keluar" ujar pemuda dengan seragam batik yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
G A R A
RandomRumitnya takdir membuat Gara bingung, dari yang di buang oleh keluarga ayahnya. Sampai mereka mengemis bahkan bersujud di kakinya hanya untuk mendapatkan maaf darinya. "Bukankah Gara memang pembawa sial?" "Ck! Gue gak suka banget sama logika gue!" ...