31

6.6K 400 15
                                    

Gara menatap keluar jendela yang menampilkan awan mendung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gara menatap keluar jendela yang menampilkan awan mendung. Ia berkedip pelan, ruangan yang berisi dirinya saja terasa begitu sepi. Tak kebisingan dari luar yang terdengar. Daddy dan Abangnya mungkin sedang mencari informasi tentang Anarghya.

"Anarghya" gumamnya.

Ia terkekeh pelan setelah menggumamkan marga itu. Sudah ia duga sedari mendengar kabar kepulangan kakak pertamanya. Cepat atau lambat, pria muda itu akan mengambil dirinya untuk di tempatkan di sisinya.

Anarghya adalah marga dari mantan istri Setyo. Kakaknya itu mengikuti marga sang nenek. Yah wajar saja, bukankah sedari bayi ia di urus oleh neneknya.

Gara memejamkan matanya, namun ia tak tertidur. Suara pintu yang di buka pun tak dapat membuatnya terusik. Ia pikir, mungkin itu adalah Daddy atau abangnya.

"Adik kecil" panggil orang itu.

Gara membuka matanya dan langsung melihat ke arah sofa. Dimana seorang pria muda tengah duduk dengan tenang. Senyuman lebar yang terpatri di wajah pria itu membuatnya terlihat begitu menawan.

Gara diam melihat wajah yang sangat mirip dengan Reksa. Bedanya, Reksa tak memiliki tahi lalat kecil di ujung kelopak mata kirinya. Reksa juga tak mungkin memanggilnya dengan sebutan adik kecil. Jadi Gara menyimpulkan bahwa pria muda yang masih tersenyum lebar ini adalah kakak pertamanya.

"Heksa" gumam Gara.

Heksa Pratama Anarghya, pria muda yang sudah mengambil alih segala hal milik Anarghya. Pria muda yang selama ini tak pernah kembali ke keluarganya. Pria berusia 23 tahun ini tengah ramai di perbincangkan oleh publik karena kesuksesannya di usianya yang masih terbilang muda.

"Tak sopan memanggil namaku secara langsung, sedangkan kau adalah adikku" tegur pria itu dengan nada yang cukup santai.

Gara tak menghiraukan teguran itu, ia melirik ke arah pintu yang tak memberikan tanda-tanda keributan di depan. Melihat itu, Heksa menyeringai lebar.

"Cukup mudah, menerobos masuk ke dalam sini" ujarnya sembari memperlihatkan kartu anggota milik orang yang bekerja pada Grevanska.

"Oh dan lagi, orang-orang yang berjaga di luar juga sudah ku ganti. Adik kecil, bukankah aku sangat cerdas?" Tanyanya.

Gara diam tak menjawab pertanyaan itu. Ia duduk di ranjangnya kemudian menatap wajah Heksa. Ia bisa saja pergi dari sini, tapi masalahnya adalah haruskah ia melompat dari lantai 7 ini? Ide yang sangat buruk, jika saja di depan sana tidak di jaga mungkin Gara sudah berlari sekarang.

Gara pasrah saja, mungkin Heksa tak akan macam-macam dengannya. Heksa pasti berbeda dengan mereka, bagaimana pun juga Heksa tak tumbuh bersama dengannya jadi ia tak tahu akan sikap dan sifat Heksa.

"Kenapa baru datang?" Tanya Gara.

Pertanyaan itu membuat Heksa menurunkan tatapannya. Ia diam untuk waktu yang cukup lama. Sedangkan Gara masih menunggu jawaban darinya.

G A R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang