ANG ANG ANG ANG
MANA YANG MINTA GUE UP HAH?!
BACANYA PELAN-PELAN AJA."Jadi siapa orang-orang tadi, apa kau tahu?" Tanya Reksa.
Gara mengernyit, seingatnya hanya ada Sean tadi. "Maksudmu Arbian?" Tanya Gara dengan ragu.
Ini sudah tengah malam tapi keduanya tidak ada yang bisa tertidur. Gara tak bisa tidur, mungkin karena takut Reksa akan melakukan sesuatu padanya saat ia tertidur.
Sedangkan Reksa tengah memikirkan perusahaannya. Yah, mungkin ayahnya tengah menangani masalah yang terjadi.
"Bukan, aku tau itu. Orang-orang yang datang dengan Cadillac Escalade" ujarnya.
Gara terdiam tampak berpikir, kemudian ia menggelengkan kepalanya. "Tidak tahu" balas Gara.
Setelah itu hening melanda keduanya. Hingga suara deru mobil yang kian mendekat memecah keheningan.
Gara menatap pada Reksa, sedangkan Reksa menyandarkan punggungnya pada sofa.
"Itu Ziel dan Zoe, aku yang menghubungi mereka. Tidak akan aman jika kau terus-terusan bersamaku" ujar Reksa.
Tatapan Gara turun pada lantai marmer, benar juga mereka pasti mengkhawatirkannya.
"Lagipula, aku tidak ingin mati muda" gumam Reksa.
Setelah itu, ketukan dari pintu membuatnya bangkit dari duduknya. Dia berjalan ke arah depan meninggalkan Gara sendirian.
"Hidup di dunia, ternyata tidak mudah" lirih Gara.
Suara langkah kaki yang tergesa-gesa membuat Gara mengalihkan pandangannya. Baru saja ia akan berbicara, Zoe sudah memeluknya begitu erat.
"Akhirnya, akhirnya aku menemukanmu" ujar Zoe dengan tangis yang lirih.
Gara terpaku, sebegitu frustasi nya kah Zoe. Hingga menangis seperti ini.
Zoe mengurai pelukannya, lalu memeriksa tubuh Gara. Sedangkan dari kejauhan, Reksa menatap semua itu dengan iri.
Zoe merapikan anak rambut Gara yang terlihat berantakan. Ia menggenggam tangan Gara begitu erat, seolah-olah jika ia melonggarkannya sedikit saja maka Gara akan pergi dari jangkauannya.
"Sakit" ujar Gara dengan pelan, tangannya yang kecil ini rasanya hampir hancur karena genggaman Zoe.
Dengan spontan Zoe melepaskannya, lalu melihat tangan Gara yang memerah.
"Ck! Aku tahu kau sangat khawatir, tapi jangan melukainya juga" ujar Ziel.
Ia berlutut di hadapan Gara dan meraih tangan Gara. "Kulitnya sangat putih, jadi wajar jika langsung terlihat merah" ujarnya.
Zoe terdiam lalu menunjukkan kepalanya. "Maaf" gumamnya.
"Aih tidak apa-apa" ujar Gara.
"Masih sakit?" Tanya Ziel.
Gara menggeleng dan tersenyum tipis. Reksa menatap interaksi mereka, dan menghela nafas pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
G A R A
RandomRumitnya takdir membuat Gara bingung, dari yang di buang oleh keluarga ayahnya. Sampai mereka mengemis bahkan bersujud di kakinya hanya untuk mendapatkan maaf darinya. "Bukankah Gara memang pembawa sial?" "Ck! Gue gak suka banget sama logika gue!" ...