40

2.1K 170 20
                                    

Masih adakah yang nungguin aku up?

VOTE!
KOMEN!

Aku tuh suka bngt tau bacain komen kalian🥺
Nanti ku balas lah, biar gak sepi-sepi amat hp ku ini😔

***


Gara mencengkram kerah baju Sean dengan kuat. Ya Sean, entah apa yang di rencanakannya.

Yang pasti Gara tidak terima dengan semua perkataan Sean tentang daddy-nya.

"Gue gak tau masalah Lo sama bokap gue apa, tapi jangan pernah Lo jelekin dia di depan gue anjing" geram Gara.

"Cih! Anak angkat kayak Lo udah pasti bakalan belain bajingan itu. Dan asal Lo tau, bokap yang Lo banggain itu adalah bajingan tukang bohong!" Sarkas Sean.

"Maksud Lo?" Tanya Gara.

"Lo gak tau kan, sebuah fakta yang selama ini dia tutupi dari Lo. Fakta kalo Lo gak pernah di buang sama keluarga kandung Lo itu" jawab Sean dengan remeh.

Gara terpaku, apa itu benar?

Jikapun itu benar, dia tidak masalah. Tetapi mendengarnya dari orang lain, rasanya sedikit sakit.

Tidak, mungkin saja Sean hanya berbohong padanya. Mungkin saja Sean tengah mencoba memprovokasinya.

"Gue tau, Lo pasti gak percaya tapi itu kebenarannya. Dari dulu sampai sekarang, bajingan tetaplah bajingan" ujar Sean.

Gara memukul dadanya cukup keras, Sean mundur dan membungkuk. Matanya menatap pada Arshavin yang mendekati mereka, kemudian ia menyeringai tipis.

"Lo-"

"Sagara!!!"

Gara terkejut sampai tubuhnya tersentak, mendengar bentakan itu. Sudah lama ia menguburnya dalam-dalam, namun Arshavin justru mengeluarkannya dengan mudah.

Dia menoleh menatap Arshavin yang mendekatinya, tangannya gemetar. Bukan takut pada Arshavin.

Melainkan takut pada bentakan Arshavin barusan. Bahkan Arshavin menyebut nama lamanya.

"Sial" gumamnya ketika merasakan dirinya sudah diluar kendalinya.

Keringat dingin mulai keluar dari pelipisnya. Dan kepalanya kian berisik seiring dengan langkah Arshavin yang semakin dekat.

"Apa yang kau lakukan hah?!" Tanya Arshavin dengan nada yang tinggi.

Gara menggeleng cepat, dia kesulitan untuk berbicara. Dadanya terasa sesak sebisa mungkin ia mengatur nafasnya. Suara lama mereka kembali terngiang di telinganya.

Dan bayangan tentang ruang bawah tanah itu membuatnya lemas.

Arshavin sendiri memeriksa Sean. Raut wajahnya jelas menunjukkan kekhawatiran.

"Kita ke rumah sakit" ujar Arshavin.

Sean baru saja ingin mengeluarkan suaranya namun Arshavin langsung menariknya pergi.

Gara menatap kedua punggung yang kian menjauh itu, dia sendiri jatuh terduduk. Memeluk lututnya dan membenamkan wajahnya.

"Arbian cepat kemudikan" ujar Arshavin.

G A R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang