16

11.9K 762 6
                                    

Ada typo? Kayaknya ada sih.

Gara duduk menatap hamparan bintang-bintang yang mengeluarkan cahayanya, menemani bulan yang bersinar dengan terangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gara duduk menatap hamparan bintang-bintang yang mengeluarkan cahayanya, menemani bulan yang bersinar dengan terangnya. Sesekali helaan nafas dikeluarkannya. Hatinya gelisah dan takut, banyak pertanyaan yang muncul di benaknya.

Bohong jika ia tak melihat keluarga lamanya, bohong juga jika ia tak merasakan sedikit kebahagiaan ketika melihat mereka. Tapi itu bukanlah hal yang terpenting baginya. Sebelumnya ia kira dengan memperkenalkan dirinya ke publik akan membuat keluarganya menyeretnya pulang, namun ia salah.

Ia bahkan melihat tatapan tak menyenangkan dari mereka, seolah-olah kehadirannya memang tak pernah diinginkan oleh keluarga itu. Masih pantaskah ia menyebut mereka keluarga sedangkan mereka saja selalu menorehkan luka di tubuhnya maupun batinnya.

Sulit sekali untuk mencapai puncak ini, puncak dimana ia akhirnya di nyatakan sembuh oleh dokter. Rumah sakit sudah seperti tempat hiburannya selama setahun terakhir. Dokter sudah seperti temannya selama ini.

Namun apakah dirinya benar-benar sembuh?

Dan keluarga barunya, sudah seperti keluarga yang diimpikannya selama ini. Arshavin dan perkataanya tak pernah mendusta. Ia benar-benar memberikan kehidupan impian Gara selama ini. Gara bersyukur bahwa Daddy-nya itu adalah orang yang begitu baik. Baginya Arshavin lebih dari sekedar pahlawan.

Ia adalah cahayanya, obatnya dan segalanya bagi Gara. Sebagai seorang putra ia begitu bangga memiliki sosok ayah seperti Arshavin.

Lalu bagaimana dengan Gabriel di mata Gara?

"Tak tahu" gumam Gara.

Ia menatap kertas gambar yang berada di sisinya. Sapuan angin menerpa wajahnya membuatnya memejamkan mata. Elusan lembut di kepalanya membuatnya semakin nyaman.

"Daddy, kenapa sudah pulang?" Tanya Gara kemudian membuka mata dan menatap Arshavin yang masih mengenakan jas.

"Sudah selesai dan ingin menemani putra Daddy" ujar Arshavin yang kini sudah duduk di sebelah Gara.

"Apa yang Gara gambar?" Tanyanya.

"Ini... apa yang sedang Gara rasakan" jawab Gara.

Arshavin tersenyum tipis melihat kertas yang hanya berisi coretan tak jelas itu.

"Dokter bilang, Gara harus menggambarkan apa yang Gara rasakan Dad. Dan Gara selalu menggambarkannya" lanjutnya.

Arshavin terdiam, rupanya Gara belum sembuh sepenuhnya. Hanya luka fisiknya saja yang sudah di nyatakan sembuh. Mereka sudah sering ke psikiater, dan akhir-akhir ini hasilnya selalu bagus. Itulah sebabnya Arshavin mau menuruti permintaan Gara untuk dikenalkan ke publik.

G A R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang