41

2.7K 229 9
                                    

Malem tuh tidur, bukannya ovt tentang masa depan!!!!

Ini lagi! Malah buka WP bukannya tidur! 😾

Hehe happy Reading luvv💙

V O T E
SIAPA YANG UDAH FOLLOW AKU?
ADAKAH YANG FOLLOW IG AKU?
K
O
M
E
N
!!

Sang dokter keluar dari ruang IGD, ia menghela nafas pelan. Menepuk pundak Arshavin, sang dokter lagi-lagi menghela nafasnya.

"Ku pikir anak mu itu sakit parah, hingga kau begitu panik" ujarnya.

Arshavin menatapnya dengan bingung, ia tak tahu apa maksud perkataan dokter ini. Memang benar, ia sangat panik tadi bahkan hampir berteriak memanggil dokter.

"Yah, wajar saja. Dia baru-baru ini memenangkan sebuah penghargaan. Seorang aktor berbakat sepertinya, merupakan suatu hal yang mudah untuk menipu orang dengan aktingnya" lanjut dokter itu.

"Maksud mu?" Tanya Arshavin, dia tak mengerti akan perkataan temannya ini.

"Oh kau tak tahu, anak mu ini seorang aktor. Dia memulai debutnya dua tahun lalu. Sudah ku katakan bukan, jangan terlalu menyibukkan diri" jawab dokter itu.

Arshavin terdiam, dia tak tahu apapun tentang Sean. Jelas karena keluarga Gumilang memblokir aksesnya untuk mengetahui Sean.

Meskipun Sean menjadi aktor yang begitu terkenal, dia tak pernah tahu karena dia juga tak pernah mencari tahu.

Apalagi di tahun-tahun sebelumnya dia memang gila kerja dan tidak peduli dengan dunia luar. Hanya untuk mengembalikan perusahaan yang mengalami kerugian besar.

"Dia baik-baik saja, tapi dimana putra angkat mu itu?" Tanya dokter itu.

Arshavin tertegun, dia melupakan Gara. Jantungnya berpacu dengan cepat. Melihat raut wajah Arshavin yang berubah, sang dokter menepuk pundaknya lagi.

"Kau baik-baik saja?" Tanyanya.

"Tidak, aku melupakan sesuatu. Sialan Arshavin, dasar bodoh" gerutu Arshavin, dia panik sekarang.

Sudah berapa lama waktu berlalu? Apa Gara masih di sana?

Arshavin merogoh ponselnya, ia hendak menghubungi Arbian. Pantas saja Arbian menahannya tadi. Memang dasar ceroboh, bagaimana bisa ia meninggalkan Gara.

"Tolong jaga Sean, pamannya dalam perjalanan kemari. Aku harus pergi" ujar Arshavin kemudian melenggang pergi dengan tergesa-gesa.

Sang dokter hanya menatap kepergiannya dengan bingung.

Arshavin terus mencoba menghubungi Arbian, namun Arbian tak menjawabnya. Sungguh tak biasa, dan lagi sejak kapan Arbian pergi. Padahal ia ingat sedari tadi Arbian berdiri di sampingnya.

Sampai di parkiran ia baru ingat bahwa ia tidak membawa mobil. Kunci mobilnya ada pada Arbian, sudah pasti Arbian yang membawa mobilnya.

Arshavin mengacak rambutnya, frustasi dengan keadaan sekarang.

"Sialan Arshavin, dasar bodoh!" Ujarnya.

G A R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang