Nanya aja:
Apa yang lebih menyakitkan dari, tidak mendapatkan kepercayaan dari orang tua?
Awas typo~
Gara menatap jengah layar televisi di depannya. Sungguh membosankan sekali di tinggal sendirian di mansion. Yah walaupun ada banyak maid dan bodyguard. Tapi tetap saja membosankan.
Setelah semalam di periksa oleh dokter, Gara tak di perbolehkan sekolah. Daddy-nya itu tahu Gara pingsan kemarin. Belum lagi ia mendapatkan ceramah panjang lebar dari kedua Abangnya.
Mereka bilang, jangan sok kuat kalau kamu sudah merasa lemah karena itu bisa membahayakan keselamatan mu. Ada benarnya juga mereka bilang begitu, nyatanya saat terjatuh kemarin ia merasakan sakit. Saking lemahnya, ia tak bisa jatuh secara perlahan. Terjatuh secara tiba-tiba seperti itu membuat punggungnya sakit.
Gara berdecak pelan, saat sendiri seperti ini membuat pikirannya berkecamuk. Itulah sebabnya Gara tak suka sendirian, dulu memang suka tapi sekarang tidak.
Daddy dan kedua abangnya pergi bekerja, sedangkan Steve pria itu tengah berdiri di samping tempat duduk Gara. Lama berpikir akhirnya Gara memutuskan akan keluar untuk jalan-jalan saja. Lagi pula ini kesempatan bagus untuk dirinya menikmati waktu sendiri.
Ia jadi ingin membeli es krim cokelat dan strawberry cake, berapa hari ya tak memakan dua makanan favoritnya itu. Sudahlah itu tak penting baginya sekarang, ia menoleh ke arah Steve dengan senyum manis yang terpatri di wajahnya.
Perasaanku tak enak. Batin Steve yang melihat senyuman Gara.
"Paman" panggil Gara.
"Ya tuan muda" jawab Steve.
"Hehe... Temenin Gara keluar ya, tapi berdua aja sama paman" pinta Gara.
Sudah kuduga. Batin Steve.
"Apa tuan muda tak takut akan di hukum karena keluar saat sedang sakit?" Tanya Steve.
Gara dengan cepat berdiri di depan Steve yang membuat Steve mundur karena jarak mereka yang terlalu dekat.
"Sakit dari mananya? Gara sehat kok, lihat nih" ujarnya sembari berputar di hadapan Steve. Untuk menunjukkan bahwa tak ada bagian yang menunjukkan bahwa dirinya sakit.
"Baiklah tuan muda, tetapi saya minta anda izin dulu kepada tuan Arshavin" ujar Steve.
Gara berdecak kesal, lelucon macam apa itu. Meminta izin kepada daddy-nya sama saja dengan mengurung dirinya semakin lama. Sedangkan Steve tersenyum tipis melihat tuan mudanya yang kembali duduk dengan gerutuan yang keluar dari mulut tuan mudanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
G A R A
RandomRumitnya takdir membuat Gara bingung, dari yang di buang oleh keluarga ayahnya. Sampai mereka mengemis bahkan bersujud di kakinya hanya untuk mendapatkan maaf darinya. "Bukankah Gara memang pembawa sial?" "Ck! Gue gak suka banget sama logika gue!" ...