Ada typo kayaknya mah~
Setelah seharian kemarin mendiami Arshavin, saat ini Gara sudah kembali bersekolah. Namun sayang seribu sayang saat Gara sedang semangat untuk belajar, sang Guru justru tidak masuk dikarenakan ada urusan penting. Dan di jam pelajaran ketiga ini, gurunya tidak masuk lagi dikarenakan sakit.
"Tai banget, tau gini gue lanjut tidur aja tadi" ujar Aksa.
"Padahal gue lagi semangat banget buat belajar ekonomi" timpal Denand.
Reka melirik kemudian melanjutkan bermain game di ponselnya. "Kayak yang ngerti aja pelajaran ekonomi" ujarnya.
"Ngerti lah, apa sih yang gue gak ngerti. Gara lagi nahan berak aja gue ngerti, ya gak Gar?" Balas Denand dengan angkuhnya.
"Gue udah berak tadi sebelum berangkat" ujar Gara yang membuat Reka terkekeh pelan.
"Tinggal iya in aja apa susahnya sih Gar" ujar Denand dengan kesalnya.
"Udahlah cuy, perihal berak doang Lo ributin" ujar Aksa.
"Daripada ributin berak, mending adu marga aja. Siapa marga yang paling terkenal, dia yang traktir makan hari ini" lanjut Aksa dengan randomnya.
Reka melirik Aksa yang duduk di sebelahnya kemudian meletakkan ponselnya di meja. Gara dan Denand berbalik menghadap mereka karena memang bangku mereka di belakang Gara dan Denand.
"Gue dulu ya, berhubung Lo pada belum tau nama lengkap gue jadi gue kasih tau deh. Tapi nanti Lo semua juga harus kasih tau gue juga" ujar Aksa.
Berhubung mereka ini hanya menyebutkan nama panggilan saja saat berkenalan, ya jadi begitulah. Mereka tak tahu nama lengkap satu sama lain, apalagi Gara yang bahkan masuknya setelah mereka.
"Arkananta Denandra Hengkara" ucap Denand mendahului Aksa yang hendak buka mulut.
"Sebastian Reka Arsana" lanjut Reka.
Aksa menatap tajam keduanya yang memiliki mulut secepat cheetah itu. Sedangkan Gara terdiam mendengar marga keduanya.
"Elgara Putra Grevanska" ujar Gara.
"Hah?" Beo ketiga remaja laki-laki itu.
Mereka tercengang mendengar marga yang tersemat pada nama Gara. Tapi tak lama kemudian mereka bersorak kegirangan dalam hati tentunya.
"Oke, jadi tinggal gue ya" ujar Aksa.
Kini ketiga remaja lainnya menatap Aksa dengan penuh penasaran.
"Fabian Aksara Wicantra, keren kan nama gue" lanjutnya dengan bangga.
Namun melihat ketiga temannya yang justru terdiam membisu setelah mendengar namanya, Aksa ikutan diam juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
G A R A
RandomRumitnya takdir membuat Gara bingung, dari yang di buang oleh keluarga ayahnya. Sampai mereka mengemis bahkan bersujud di kakinya hanya untuk mendapatkan maaf darinya. "Bukankah Gara memang pembawa sial?" "Ck! Gue gak suka banget sama logika gue!" ...