Typo mana typo?
Setelah berhasil menjauh dari kawasan sekolah, kini keempat remaja laki-laki itu tengah berada di sebuah taman di pusat kota. Masing-masing dari mereka memegang sebuah gelas plastik yang berisi minuman dengan warna yang berbeda. Mereka duduk melingkar di bawah pohon yang rindang.
"Gue baru tau kalo ada minuman yang seenak ini, mana murah pula" ujar Denand yang di angguki oleh Gara.
"Iya, mana warnanya juga bagus" timpal Gara.
"Serius? Lo berdua baru tau rasa pop ice?" Tanya Reka.
Denand mengangguk polos kemudian kembali meminum pop ice dengan rasa strawberry. Gara juga mengangguk kemudian menatap pop ice rasa taro miliknya, warnanya benar-benar bagus menurutnya.
"Gue dari kecil tinggal di luar negeri, dan baru pulang beberapa Minggu yang lalu. Jadi mana tau gue ada minuman beginian" jelas Denand.
"Lo Gar?" Tanya Reka.
Gara menoleh pada Reka kemudian tersenyum. "Gue tiap hari di kurung di mansion, keluar pun paling ke sekolah dan kebetulan di sekolah gue yang dulu gak ada minuman beginian. Meskipun akhir-akhir ini gue bebas, gue gak bisa sembarangan keluar" jelasnya.
"Gila" gumam Aksa.
Meskipun keluarganya sangat overprotektif namun sangat berbeda dengan keluarga Gara. Mereka tetap memberinya kebebasan karena dunia luar memang harus di ketahuinya bukan.
Bukan, bukan Grevanska yang Gara maksud. Namun Aksara, mereka memang tak membiarkan Gara keluar dari mansion selangkah pun. Gara juga pernah sekolah umum karena ia sendiri mengancam akan membeberkan perlakuan Aksara kepadanya, tentu saja itu hanya omong kosong yang Gara keluarkan.
Mana mungkin publik akan percaya, jika dirinya saja tak pernah di ketahui oleh publik sebagai bagian dari Aksara. Dengan sangat terpaksa akhirnya ayahnya mau menyekolahkannya tetapi tetap di bawah pengawasan mereka.
"Lo sendiri gimana Sa?" Tanya Reka.
"Gue pernah sekali, dulu pas SMP. Itupun gue langsung di bawa ke dokter pas udahnya" ujar Aksa.
"Kenapa?" Tanya Denand.
"Biasalah bokap, overprotektif banget. Dia takut gue kenapa-napa karena minum, minuman instan" jawab Aksa.
"Tapi Sa, sekarang kan Lo bolos. Emang bokap Lo gak marah gitu?" Tanya Gara.
"Bokap gue kalo marah ya langsung cosplay jadi Limbad" jawab Aksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
G A R A
RandomRumitnya takdir membuat Gara bingung, dari yang di buang oleh keluarga ayahnya. Sampai mereka mengemis bahkan bersujud di kakinya hanya untuk mendapatkan maaf darinya. "Bukankah Gara memang pembawa sial?" "Ck! Gue gak suka banget sama logika gue!" ...