Awas typo~
Malam ini Gara tengah duduk di pangkuan Abang Ziel-nya yang berada di ruang keluarga. Tadi dia sudah di hukum untuk berdiri selama satu jam di depan Daddy dan kedua abangnya. Namun baru lima belas menit berlalu Gara sudah mengeluh pegal. Akhirnya pada menit ke dua puluh, Gara di suruh duduk oleh Arshavin.
Ia mana tega melihat Gara yang berdiri sembari meringis pelan. Gara sendiri tersenyum penuh kemenangan pada Zoe yang sedari tadi begitu senang melihatnya di hukum dengan cara seperti itu. Namun kini wajah pria muda itu justru sangat kusut.
"Abang, Zoe ngantuk" rengek Zoe sembari memegang lengan Ziel.
"Dih! ngantuk ya tinggal tidur sendiri, gak usah ngajakin Abang Ziel" cibir Gara kemudian berbalik dan memeluk Ziel dengan erat.
"Apa sih bocah, ikut campur aja" balas Zoe.
"Terserah gue lah" ujar Gara.
"Lo-"
"Gara, Zoe" panggil Arshavin yang membuat keduanya diam.
"Gara, tidur dengan Daddy ya" pinta Arshavin.
Namun Gara justru menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Ziel. Ziel menyeringai pada Daddy-nya yang di balas tatapan datar dari Arshavin.
"Daddy beli ikan baru tadi" ujar Arshavin.
Gara menoleh dengan cepat, ia menatap wajah Daddy-nya yang tak menunjukkan tanda-tanda kebohongan.
"Mana?" Tanya Gara.
"Ada di kamar Daddy, mau melihatnya?" Tanya Arshavin.
"Mau" ucap Gara dengan antusias.
Zoe menatap datar Daddy-nya yang kini menyeringai tipis. Pak tua itu sungguh mengganggu kesenangannya, mengganggu Gara.
"Gar mending Lo tidur sama gue sama bang Ziel juga deh" ujarnya.
"Tidak, Gara akan tidur dengan Daddy" balas Arshavin mutlak.
"El tidur dengan Abang ya" pinta Ziel.
Gara kini menatap bingung pada ketiga pria itu. Jika ia tidur dengan Zoe dan Ziel maka ia tak akan mendapatkan ikan hiasnya. Namun, ia juga sebenarnya tak ingin tidur dengan Arshavin karena ia masih marah padanya.
"Gengsi gue, atau ikan ya?" Batin Gara.
Ketiga pria itu menatap Gara dengan menanti jawaban yang akan di keluarkan dari remaja laki-laki di pelukan Ziel.
KAMU SEDANG MEMBACA
G A R A
RandomRumitnya takdir membuat Gara bingung, dari yang di buang oleh keluarga ayahnya. Sampai mereka mengemis bahkan bersujud di kakinya hanya untuk mendapatkan maaf darinya. "Bukankah Gara memang pembawa sial?" "Ck! Gue gak suka banget sama logika gue!" ...