Siang ini Gara berjalan-jalan di taman belakang. Dia berjalan sendirian tanpa seorang pun yang menemaninya.
Dia menatap sekitar yang begitu sepi. Gara tersenyum getir melihat bunga-bunga yang sudah tak terawat. Tampaknya sang ayah tidak mempedulikan taman favorit bundanya lagi.
Lama berjalan membuatnya sedikit lelah, dia duduk di tepi kolam yang bahkan airnya sudah berwarna hijau. Gara menghela nafas pelan melihat taman yang sudah rusak ini.
Sisi lain dari mansion Aksara yang begitu megah. Sisi yang begitu buruk, hingga rasanya Gara ingin menghancurkan seluruh mansion ini.
Setelah beberapa saat Gara kembali berdiri meskipun rasa sakit di kepalanya tak pernah reda. Dia tak tau apa yang membuat kepalanya begitu sakit. Ingin memeriksanya ke dokter tapi untuk keluar saja begitu sulit.
Gara terus berjalan melewati setiap tanaman yang sudah rusak. Sesekali ia akan memungut tanaman itu dan mengelusnya dengan sayang, tapi pada akhirnya dia membuangnya lagi.
Mansion ini sungguh sepi, hanya ada beberapa orang saja. Itulah mengapa Gara merasa bebas. Entah kemana para anggota keluarganya.
Dia terus berjalan dengan perlahan hingga sampai didepan kamarnya. Membuka pintu dan tak lupa menutupnya kembali. Saat ia berbalik dia dikejutkan oleh kehadiran seorang pria.
"Hallo Sea" ucap pria itu.
Gara mundur dan hendak membuka pintu. Namun pria itu justru semakin mendekat. Gara memegang gagang pintu hendak keluar.
"Keluarlah, maka kau akan melihatnya mati" ucap pria itu sembari menunjukkan ponselnya yang berisi foto neneknya Gara, yaitu Lina.
Gara diam tak berkutik, dia semakin mundur saat pria itu semakin mendekatinya. Sayangnya di belakang Gara adalah pintu jadi dia tidak dapat mundur lagi.
Dalam jarak tiga langkah, pria itu berhenti kemudian tersenyum menatap Gara.
"Ikut denganku maka kau akan mendapatkan kehidupan impian mu" ujar pria itu.
Gara mendongak menatap wajah pria yang begitu sempurna. Dia terpana sesaat kemudian mengerjapkan matanya. Meski wajahnya masih ada goresan-goresan kecilnya, itu tak membuat ketampanan Gara berkurang sedikitpun.
"Sial... Kau membuatku ingin memakan mu" ujarnya melihat Gara yang begitu menggemaskan di matanya.
Gara mengernyit heran ketika mendengar perkataan yang begitu ambigu. "Om si-siapa?" Tanyanya.
"Your Daddy" ujar pria itu.
"Hah?" Beo Gara tak mengerti.
"Aku Daddy mu, satu-satunya Daddy mu" ujarnya lagi.
"Ta-tapi Gara punya Ayah" ucap Gara.
"Ayah sialan mu itu, bukanlah ayah yang baik" ujar pria itu.
Gara hendak menjawab lagi tetapi ia di tahan.
"Dengar, aku tak memiliki banyak waktu jadi ikutlah denganku dan akan ku berikan kehidupan impian mu. Tapi jika kau tidak mau ikut maka aku akan membawamu secara paksa kapanpun aku mau. Jadi sekarang kau hanya punya dua pilihan"
"Pilihlah" ujar pria itu.
Gara terdiam dia masih bingung dengan situasinya. Apalagi kini dia sedang memikirkan bagaimana bisa pria ini masuk dengan mudah. Penjagaan di mansion ini sangat ketat bahkan Gara pun tidak pernah menemukan celah.
Tuk!
Sentilan di dahinya itu menyadarkan lamunan Gara.
"Apalagi yang kau pikirkan, son?" Tanya pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
G A R A
RandomRumitnya takdir membuat Gara bingung, dari yang di buang oleh keluarga ayahnya. Sampai mereka mengemis bahkan bersujud di kakinya hanya untuk mendapatkan maaf darinya. "Bukankah Gara memang pembawa sial?" "Ck! Gue gak suka banget sama logika gue!" ...