Akhirnya aku up🥺
Seneng gak kalian?
Harus seneng pokoknya!!!!Oh jangan lupa vote komen!!!
Aku maksaaa!!!!
Awas typo!Gabriel menatap tubuh putra ketiganya yang kini terbaring di atas ranjang rumah sakit. Ia mengepalkan tangannya begitu erat melihat kondisi Jevian yang jauh dari kata baik.
Bahkan putranya itu belum siuman sedari kemarin. Dan yang membuatnya terkejut adalah orang yang menolong Jevian ternyata Gara.
Sungguh ia merasa sangat malu sekarang, bahkan untuk sekedar berhadapan dengan Gara pun ia tak berani. Setelah ia dan dua putranya menorehkan luka pada anak itu, ternyata anak itu masih mau menolong putranya.
Bahkan saat kondisi Gara lebih parah dari Jevian pun ia hanya tertawa puas saat itu. Dan jika saja Steve tidak ada, mungkin sudah lama Gara meninggalkannya.
Pintu ruangan terbuka menampilkan Reksa juga asistennya yang kini memasuki ruangan itu.
"Bagaimana?" Tanyanya pada Gabriel.
"Masih belum sadar, dokter mengatakan ada keretakan di tengkoraknya. Benturannya sangat keras jadi tak menutup kemungkinan jika ingatannya akan sedikit terganggu" jelas Gabriel.
Terdengar helaan nafas panjang dari Reksa, jujur ia tak menyangka bahwa adiknya akan menjadi target pertama.
Ia jelas tahu bahwa orang di balik kecelakaan adiknya, menginginkan kehancuran keluarganya.
Dan kecelakaan di jalan juga ternyata ulah dari si pelaku yang sama sekali belum di ketahui olehnya. Sudah pasti di sengaja, agar kondisi Jevian semakin parah karena tidak cepat-cepat mendapatkan penanganan.
"Bagaimana dengan pencariannya?" Tanya Gabriel.
"Tidak di temukan, semua identitas pelaku itu palsu dan yang aslinya tidak dapat di temukan sama sekali. Jadi dalang di baliknya masih belum jelas" ujar Reksa.
Gabriel memijat pelipisnya, sungguh siapapun orangnya ia akan langsung menghabisinya ketika ia menemukannya.
"Berhati-hatilah, kemungkinan kau target keduanya" ujar Gabriel.
Reksa menghela nafas pelan, ia sungguh pusing menghadapi keadaan ini. Bisnisnya tengah bermasalah karena seseorang ingin bermain-main dengannya. Dan kini adiknya justru menjadi korban penyerangan.
Reksa memilih keluar setelah puas melihat wajah Jevian. Ia memilih untuk mencari udara segar setidaknya agar rasa sesak di dadanya sedikit menghilang.
****
Senyum menawan tercetak sempurna di wajah tampannya. Dengan memegang selembar kertas kecil, dan tak lupa sebatang rokok di tangan kirinya.
Heksa merasa begitu bahagia.
"Dia akan kembali, dan ini akan semakin mudah" ucapnya diakhiri kekehan ringan.
"Adik kecil, siapa pun tidak bisa memilikimu selain aku. Hahaha!" Lanjutnya dengan tawa yang menggema di seluruh sudut ruangan.
Tawanya membuat bulu kuduk sang asisten berdiri, tawa obsesi itu jelas dapat dirasakan oleh asistennya.
Menghisap rokok yang tersisa setengah, Heksa berdiri dari duduknya. Berjalan mendekati jendela yang menampilkan pemandangan pepohonan rimbun sepanjang mata memandang.
"Adikku suka sekali memelihara ikan, kau pasti tahu apa yang harus dilakukan" ujarnya.
Sang asisten mengangguk paham dan bertanya. "Di dalam atau di luar ruangan tuan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
G A R A
RandomRumitnya takdir membuat Gara bingung, dari yang di buang oleh keluarga ayahnya. Sampai mereka mengemis bahkan bersujud di kakinya hanya untuk mendapatkan maaf darinya. "Bukankah Gara memang pembawa sial?" "Ck! Gue gak suka banget sama logika gue!" ...