Adakah typo?
Pagi ini di mansion Grevanska, lebih tepatnya di sebuah kamar seorang remaja masih bergelung di bawah selimutnya. Semalam ia pulang larut karena ia sendiri yang meminta keliling kota dulu.
Ceklek
Seorang pria muda dengan setelan kantornya masuk ke dalam kamar remaja itu. Ia mendekati ranjang dan membuka selimut yang menutupi tubuh remaja itu.
"Gara, ayo bangun. Ini hampir jam delapan, sarapan dulu nanti lanjut tidur lagi" ujarnya dengan suara yang begitu lembut.
"Nanti" sahut Gara.
Remaja yang dicari-cari oleh Aksara dan Revandra selam setahun ini ternyata telah masuk ke dalam keluarga Grevanska. Remaja yang diculik, tidak lebih tepatnya di bawa pulang oleh Arshavin satu tahun yang lalu dalam keadaan kritis.
Sagara yang kini telah berganti nama menjadi Elgara. Remaja yang dulunya menyandang dua marga kini hanya memiliki satu marga yang membuatnya bangga menyandang marga tersebut. Luka-lukanya telah sembuh, bahkan tak meninggalkan bekas luka.
Perawatan yang diberikan oleh Grevanska tak main-main. Gara, kini remaja itu memiliki tubuh yang tinggi. Rahangnya yang tegas menambah kesan tampan pada wajahnya.
Mata yang memiliki bulu mata panjang itu perlahan terbuka menampilkan bola mata yang berwarna zamrud. Tangannya bergerak hendak mengucek matanya tetapi di tahan oleh pria di sampingnya.
"Abang Ziel~" rengeknya.
"Mandi dulu, habis itu turun untuk sarapan" ujar Ziel.
"Gak mau, airnya lagi marahan sama Gara. Dingin banget kayak crush" gumam Gara yang masih terdengar jelas oleh Ziel.
"Kamu punya crush?" Tanya Ziel.
"Eung? Emang Gara ngomong gitu?" Tanya balik Gara yang sudah sepenuhnya sadar.
"Lupakan, cepat mandi" ujar Ziel.
"Daddy?" Tanya Gara, karena biasanya Arshavin yang akan membangunkannya. Tak tanggung-tanggung, pria paruh baya itu bahkan memandikannya seperti anak kecil saja.
"Daddy ada urusan mendesak jadi berangkat pagi-pagi sekali" jawab Ziel sembari membuka gorden kamar Gara.
"Abang Zoe?" Tanyanya lagi.
"Ada jadwal operasi, jadi sudah berangkat" jawab Ziel.
"Oh, kenapa Abang belum berangkat kerja?" Tanya Gara, karena tumben saja begitu biasanya Ziel berangkat paling dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
G A R A
RandomRumitnya takdir membuat Gara bingung, dari yang di buang oleh keluarga ayahnya. Sampai mereka mengemis bahkan bersujud di kakinya hanya untuk mendapatkan maaf darinya. "Bukankah Gara memang pembawa sial?" "Ck! Gue gak suka banget sama logika gue!" ...