12

12.7K 900 19
                                    

Sial! Sungguh sial! Pikir Reksa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sial! Sungguh sial! Pikir Reksa.

Baru semalam ia membahas sang kakek bersama sekretarisnya, siang ini dirinya sudah berada di mansion Revandra setelah mendapat panggilan pagi tadi. Ia berusaha untuk tetap tenang walaupun sebenarnya ia sangat gugup sekarang.

Reksa menghela nafas panjang sebelum masuk ke dalam ruang kerja sang kakek. Ia mengetuk pintu terlebih dahulu kemudian masuk setelah mendapat sahutan dari orang yang didalam.

Ia melihat ke arah sofa yang tersedia di dalam ruangan itu, rupanya dirinya datang yang paling akhir. Sudah ada ayahnya juga Jevian, jangan lupakan pak tua Setyo yang kini tengah menghisap rokoknya. Setyo nampak tenang dari luar, namun entah kenapa itu justru membuat Reksa sedikit takut.

"Duduk" ucap Setyo.

Dengan patuh Reksa duduk di samping Jevian, ia duduk dengan tegap.

"Jelaskan" lanjut Setyo.

Gabriel justru terdiam mendengar ucapan dari mertuanya. Bagaimana ia bisa menjelaskan kalau kronologi hilangnya saja ia tak tahu. Apanya yang harus di jelaskan? Ia saja tak mendapatkan jejak sedikit pun.

"Kami mengetahuinya setelah dua hari pa. Itupun karena ibu yang menyuruh seseorang memeriksa kamar Gara" jelas Gabriel.

Krak!

Pulpen seharga miliaran rupiah itu potong, pelakunya adalah Setyo. Ia sebenarnya menahan emosi sedari kemarin setelah mengetahui kabar hilangnya Gara. Mendengar hal itu ia tak bisa menahannya lagi.

Mengapa Setyo bisa telat mengetahui kabar itu?

Itu karena akhir-akhir ini Setyo sibuk di luar negeri. Pekerjaannya tak bisa ditinggalkan dan kabar mengenai cucunya ia sedikit mengabaikan.

Jevian menelan ludah gugup, sudah pasti hari ini tak ada yang keluar dengan baik-baik saja dari mansion Revandra. Apalagi yang terakhir memberikan luka pada Gara adalah dirinya.

Setyo menatap ketiga orang dihadapannya, membuat mereka koma sepertinya bukan hal yang buruk. Pikirnya.

Atau haruskah ia membuat mereka tak bisa jalan?

Tidak! Itu terlalu ringan.

Membuat mereka koma adalah pilihan yang tepat. Ia tidak kejam bukan? Mereka kan cuma koma, bukan meninggal.

"Ruang pelatihan" ucap Setyo.

Gabriel dan dua putranya itu sedikit terkejut, mereka pikir Setyo akan membawa mereka ke ruang penyiksaan. Ketiga orang itu bangkit kemudian menunduk sebentar dan pergi meninggalkan Setyo yang kini kembali menghisap rokoknya.

"Zein, buat mereka koma" ujarnya pada sang asisten yang berdiri di depan ruang kerjanya.

Zein, pria yang sudah menjadi asisten Setyo selama beberapa tahun terakhir ini langsung melaksanakan tugas dari Setyo. Ruang pelatihan itu kebetulan sedang digunakan oleh para pasukan elite milik Revandra. Ini akan mempermudah dalam menyelesaikan tugasnya.

G A R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang