Woy! Bisa-bisanya kalian cuma baca doang tapi gak vote!😾
Ayo vote, mau di tamatin ini. Biar bisa publish cerbar, hehe.***
"Daddy!!! Lihat siapa yang ku bawa!!"
Itu suara Zoe, terdengar begitu antusias. Gara yang tengah melukis pun kini keluar dari ruang ikannya.
Teman-temannya sudah pulang sedari sore, dan Arshavin juga sudah di mansion. Sedangkan Ziel, pria itu belum menampakkan dirinya.
Zoe, pria muda itu berjalan ke ruang tengah dimana Arshavin masih duduk santai sembari memangku laptop.
"Dad!" Panggilnya.
Arshavin menoleh, menatap Zoe juga seseorang yang berdiri di samping Zoe. Raut wajahnya jelas menunjukkan keterkejutan. Laptopnya hampir jatuh jika dia tidak refleks memegangnya.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Arshavin.
Zoe mengernyitkan keningnya, kenapa Daddy-nya bertanya seperti itu. Alih-alih senang, Arshavin justru terlihat khawatir.
"Daddy tidak merindukan Sean?" Tanya pemuda di samping Zoe.
Gara yang baru datang, cukup terkejut mendengar pemuda bernama Sean itu memanggil Arshavin dengan sebutan Daddy.
"Bukan, maksud Daddy kenapa kamu bisa disini? Bagaimana dengan paman mu?" Tanya Arshavin.
Zoe duduk di sofa diikuti dengan Sean. Sedangkan Gara, dia memilih bersembunyi di balik pilar yang cukup besar.
"Paman yang mengizinkan ku" jawab Sean.
Arshavin diam mendengar jawaban itu. Dia menatap Sean dengan intens mencari kebohongan namun nihil.
Mari berkenalan dengan Seandra Putra Gumilang. Seharusnya memang Grevanska, karena bagaimanapun juga dia adalah darah daging Arshavin.
Gumilang merupakan marga dari mantan istrinya. Dan alasan Sean mengenakan marga itu, karena Sean mengikuti ibunya.
Setelah perceraiannya beberapa tahun silam, Arshavin benar-benar menutup diri. Istrinya yang pernah begitu dicintai ternyata diam-diam berkhianat.
Sebuah proyek besar yang sudah dipersiapkannya, kala itu tiba-tiba saja bocor ke tangan musuh. Perusahaannya jelas mengalami kerugian yang besar karena hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
G A R A
RastgeleRumitnya takdir membuat Gara bingung, dari yang di buang oleh keluarga ayahnya. Sampai mereka mengemis bahkan bersujud di kakinya hanya untuk mendapatkan maaf darinya. "Bukankah Gara memang pembawa sial?" "Ck! Gue gak suka banget sama logika gue!" ...