Tok
Tok
TokPintu kamar Raden di ketuk dari luar, Raden pun tidak tau itu siapa, perasaan Raden tidak punya teman, gak pesan paket apapun tapi kenapa ada tamu?
Perlahan Raden membuka pintu kamarnya dan..
Deg
"I---iya."
"Wih ganteng juga, kenalin gue Gaza tetangga kosan lo," Gaza menyodorkan tangannya untuk berkenalan.
"Ah.. ya, gue Raden," Arik membalas tangan Gaza.
"Kita gak di suruh masuk nih?"
"Ah ya gue sampe lupa, ayo masuk," Raden mempersilahkan mereka masuk ke dalam kosannya.
"Maaf bang, gak punya apa-apa," ucap Raden sambil menyimpan minuman dan beberapa cemilan.
"Yoi, santai aja kali Den," Gaza menepuk pundak Raden.
"Den, semoga lo betah di sini ya."
"Kalo malem juga lo gak usah takut, soalnya kita sering nongkrong di kamar si Gaza, jadi kalo lo bosen lo gabung aja sama kita," ucap Cilvin.
"Ya bang, kalo lagi libur kerja gue gabung sama kalian."
"Loh, Lo kerja juga?"
"Iya bang, gue kerja, ya buat nutupin kebutuhan hidup gue."
Akhirnya mereka mengobrol bersama hingga tak mereka sadari kini jam sudah menunjukan pukul dua dini hari. Mata Raden pun sudah beberapa kali tertutup karena ngantuk tapi dia tidak enak dengan mereka yang masih berbincang di kamar kos an nya.
"Eh lo kalo ngantuk tidur aja kali," ucap Gaza yang menyadari mata Raden sudah memerah.
"Ah gak kok gue cuma capek aja hehe," balas Raden sambil membenarkan posisinya.
"Ya udah deh kalo gitu kita mau pindah tongkrongan aja, tapi sebelumnya maaf maaf deh ya kalo agak berisik," ucap Gaza.
"Mau kemana? Santuy aja kali bang di sini aja, nginep aja sekalian juga gak papa," tawar Raden.
"Ah gak enak gue, soalnya para babu gue kalo molor suka gak tau diri."
"Ya udah deh," Raden tersenyum.
__________Ke esokkan hari nya Raden sudah siap dengan baju seragamnya, rupanya matahari sangat terik sekali hari ini.
Tak memperdulikan lagi dengan mata hari, Raden menjalankan motor kesayangannya berangkat sekolah, biasanya di jalan sangat ramai dengan anak sekolahan yang membawa motor, tapi kenapa hari ini sangat sepi padahal kan sekarang hari Rabu dan bukan tanggal merah pula.
Saat sampai di sekolah, ternyata gerbang sekolah sudah di tutup, pantas saja matahari sudah sangat terik sekali, dan juga tidak ada anak sekolahan yang masih di jalan rupanya sudah masuk toh.
"Sial banget gue hari ini," Raden mengacak rambutnya frustasi, seharusnya hari ini dia harus masuk ke kelas karena ada ulangan harian.
"Bodo lah, yang penting gue harus masuk ke kelas sebelum ikan koi masuk kelas," Raden turun dari motornya dan memanjat ke gerbang, membiarkan motornya terparkir di luar.
"Anjing anjing arrrgghhh adik gue kejepit jir," teriak Raden begitu kencang karena barang berharganya terjepit di antara pagar-pagar yang menjulang tinggi itu.
"Heh ngapain kamu di atas hah?!" Teriak pak satpam.
"Pak, pak, pak tolong ini, ini kejepit," teriak Raden sembari memegangi selangkang nya. Ada rasa kesal juga kepada satpam sekolahnya ini karena dia malah tertawa terbahak-bahak di bawah sana bukannya membantunya terlebih dahulu.
"Pak tolongin saya kenapa sih!!"
"Iya iya iya bentar bapak ambilin tangga dulu," pak satpam berlari untuk mengambil tangga di gudang, nasib beruntung sedang berpihak kepada Raden karena kebetulan tangga itu ternyata ada di samping pos satpamnya.
"Ayo turun," dari bawah pak satpam memegangi tangga yang kini di pihak oleh Raden, perlahan dan sangat hati-hati Raden turun dari atas.
"Hadohhh sakittt," Raden mendudukkan dirinya di bawah, tidak peduli jika seragamnya kotor kini masa depannya sedang di pertaruhkan.
"Ayo, ayo bapak bantu ke UKS kebetulan lagi ada dokter yang jaga," ucap pak satpam sembari memapah Raden untuk berjalan.
"Dokternya cewek apa cowok?"
"Cowok tenang aja."
Setelah di UKS, kini keadaan Raden mulai membaik, rasa sakitnya tinggal sedikit lagi berkat dokter yang menyuruhnya menggunakan sarung saja untuk saat ini.
"Gimana masih sakit?"
"Gak, udah lumayan," ucap Raden.
"Lagian kamu ngapain sih pake manjat-manjat segala, mau cosplay jadi Spiderman?" Tanya dokter yang masih bingung dengan perilaku Raden yang katanya manjat pagar dan berakhir seperti ini.
"Gak ngapa-ngapain cuma mau uji coba burung gue bisa terbang atau nggak," ucap Raden asal ceplos saja.
"HEH!!" Dokter itu menggeplak pelan paha Raden, dan membuat dia meringis lagi.
"Huaaaaaaaa mama Adek di KDRT!!" Teriak Raden begitu histeris sekali.
"Eh eh eh maaf maaf saya gak sengaja, lagian kamu sendiri yang ngomongnya gak di saring dulu."
_____________Bel istirahat pun berbunyi, Raden yang dari tadi tertidur pun terpaksa harus terbangun karena suara bel yang yang keras dan lama sekali.
"Berisik jir," Raden terduduk karena jengkel dengan suara bel di sekolahnya ini, ngomong-ngomong sekarang anunya Raden udah lumayan tidak sakit jika masih pake sarung seperti ini, lain cerita lagi kalo dia pake celana.
"Laper banget gue," Raden memegang perutnya yang rata itu.
"Tapi sisa uang gue kemaren cuma buat beli batagor, ya udah lah itung-itung buat pengganjal perut biar gak rewel," ucap Raden, sebenarnya dia juga sangat prihatin dengan dirinya sendiri yang setiap sekolah harus membawa uang pas-pasan setiap hari, kadang juga Raden tidak jajan di sekolah supaya uangnya tetap utuh.
Se panjang lorong sekolahnya, Raden terus menjadi pusat perhatian oleh semua siswa siswi yang ada di sana, mereka tertawa sambil menunjuk Raden yang kini berjalan dengan aneh apalagi Raden menggunakan sarung seperti ini, persis seperti anak yang baru saja di sunat.
"Kaya yang baru di sunat lo Den," ucap salah satu siswa.
"Sembarangan aja lo kalo ngomong," Raden tidak memperdulikan omongan mereka, selagi tidak di luar batas dan membuatnya emosi Raden bisa memakluminya.
Sesampainya di kantin, Raden langsung di sambut dengan orang yang beradu mulut bersama ibu kantin yang di kenal sebagai si ibu emosian, karena setiap bicara ibu itu selalu ngegas tidak pernah ramah kepada pembeli. Raden mencoba abai dengan suasana kali ini tapi.
"KALO GAK MAMPU BAYAR JANGAN BELI DI SINI!" teriak ibu kantin membuat ke fokusan Raden kini teralih ke mereka.
"Ya saya kan udah bilang saya lupa bawa dompet, lagian makanannya belum saya sentuh ini kok," ucap orang itu.
"Ya tetap saja saya rugi!"
"Nih," Raden menyodorkan uang dua puluh ribu miliknya ke ibu kantin itu, dan tanpa menolak ibu itu langsung mengambilnya dan pergi.
"Eh, makasih, entar gue ganti uangnya," ucap orang itu.
"Gak papa Sans aja gak usah di ganti gue ikhlas kok, ya udah lo makan aja gue tau lo laper, kalo gitu gue cabut dulu," ucap Raden .
____________________________________
Jangan lupa VOTE dan KOMEN ya kawannn...
KAMU SEDANG MEMBACA
RADEN
Teen Fiction❌NOT BxB❌ ❌NOT BL❌ Mereka itu HEBAT sekali, mereka bisa menyelamatkan ratusan bahkan ribuan nyawa orang lain. Tapi mereka belum tentu bisa menyelamatkan ku. Gak bisa bikin Deskripsi ges yok baja aja |Jangan lupa VOTE dan KOMEN ya kawan|