"Gimana sudah pak?"
"Sudah sebentar lagi ke sini," ucap pak Ikmal setelah berbicara kepada kepala sekolah terkait kondisi Raden yang sangat mengkhawatirkan, dan harus segera di bawa ke rumah sakit karena detak jantung dan denyut nadinya yang melemah.
Sedangkan di dalam UKS Keyala terus menangis karena Raden yang harus di larikan ke rumah sakit, dia terlihat sangat sedih sekali melihat kondisi Raden.
Tak lama kemudian beberapa orang masuk ke dalam UKS bersama pak Ikmal dan kepala sekolah. Mereka dengan hati-hati memindahkan tubuh Raden ke branka ambulance setelah itu mereka membawa Raden ke rumah sakit bersama Keyala yang memaksa untuk ikut.
________"Key."
"Ah syukur lo udah bangun, bentar gue panggil dulu pak Ikmal," Keyala berlari keluar ruangan untuk menemui pak Ikmal yang pamit untuk mengobrol sebentar dengan dokter yang menangani Raden tadi.
Tak lama kemudian, Keyala kembali lagi bersama pak Ikmal dan seorang dokter. Namun ketika kembali lagi ternyata Raden sudah tertidur kembali.
"Key, sebaiknya kamu pulang saja, biar Raden bersama saya," ucap pak Ikmal.
"Ya udah pak saya pamit pulang dulu, saya nitip Raden ya pak," ucap Keyala, setelah itu dia pergi dari rumah sakit untuk pulang ke rumahnya, jika saja orang tuanya tidak terus menelpon Keyala mungkin Keyala akan menunggu lagi sampai Raden bangun.
Di dalam ruangan sekarang tinggal Raden dan pak Ikmal. Pak Ikmal yang masih senantiasa menunggu Raden di dalam ruangan karena dia tidak tau siapa saudara Raden, bahkan dia sudah melihat hp nya tapi tidak ada kontak saudaranya sama sekali.
"Sekarang saya tau rahasia mu," tangan pak Ikmal terangkat dan di simpan di dada Raden dan mengelusnya pelan. Pak Ikmal tidak menyangka jika murid kesayangannya ini menyimpan suatu rahasia yang sangat luar biasa. Bahkan dia sangat pandai menyembunyikannya.
"Istirahat lah, jangan lupa besok bangun kembali," ucap pak Ikmal.
Drttttt
Merasa hpnya berbunyi, pak Ikmal segera mengambilnya. Namun ternyata bukan hp miliknya yang berbunyi melainkan milik R
Aden."Assalamualaikum,"
"....."
"Ah, iya hp saya lowbat pak, maafkan saya."
"...."
"Iya pak, Alhamdulillah kondisinya baik-baik saja."
"......"
"Ah tidak pak, ini bukan salah bapa, ini hanya kecelakaan saja, jangan terlalu di pikirkan."
"...."
"Baik pak saya tunggu di sini," ucap pak Ikmal, setelah memutuskan sambungan telponnya, pak Ikmal kembali ke tempat semula, dan ternyata Raden sudah terbangun meskipun terlihat sangat lemas dan matanya yang masih sayu.
"Siapa?" Tanya Raden dengan lirih. Raden merasa heran karena tumben-tumbenan ada yang menelpon ke hp nya.
"Tadi kepala sekolah menelpon ke nomor kamu karena hp saya kehabisan baterai, beliau juga menanyakan kondisi kamu, dan sebentar lagi beliau ke sini buat menjenguk mu," ucap pak Ikmal.
"Gak perlu," ucap Raden.
Clekkk
"Terlambat," ucap pak Ikmal sembari tersenyum seolah mengejek Raden.
"Selamat sore pak," pak Ikmal saling berjabat tangan dengan kepala sekolah, sedangkan Raden hanya diam memalingkan wajahnya saja, sungguh dia sangat kesal sekali dengan kepala sekolah ini.
"Raden, sebelumnya saya ingin meminta maaf karena hukuman saya kamu jadi seperti ini."
"Hemm,"
"Saya tau kamu marah sama saya, dan saya sangat menyesal sekali, dan sebagai bentuk permintaan maaf saya, saya bersedia bertanggung jawab dan membayar semua biaya rumah sakit selama kamu di sini," ucap kepala sekolah itu. Tapi Raden tidak menyahut dia hanya sibuk memainkan tangannya yang di infus.
"Raden kamu mendengarkan saya?" Kepala sekolah itu memegang tangan Raden. Raden yang merasa terganggu pun hanya menatap kepala sekolah itu sini, tatapan yang sangat tajam dan mengerikan membuat buku kuduk merinding.
"Ah baiklah sepertinya kamu harus istirahat."
"Oh ya pak, di mana keluarga Raden, saya ingin berbicara dengan mereka."
Seketika pak Ikmal bingung harus berbicara apa lagi, apakah dia harus jujur? Tapi jika dia jujur nanti rahasia Raden terbongkar.
"Belum datang pak, mungkin sebentar lagi mereka datang," ucap pak Ikmal.
"Gimana kalo sa---"
"Tidak perlu pak, sebaiknya bapak pulang saja, biar permintaan maaf bapak nanti saya sampaikan."
"Ah baiklah pak Ikmal, Raden saya pamit pulang dulu, cepat sembuh Raden," ucap kepala sekolah.
Setelah kepala sekolah keluar, dan di dalam ruangan kini hanya pak Ikmal dan Raden saja. Pak Ikmal yang fokus memperhatikan gerak gerik Raden yang memainkan tangannya yang di infus.
"Kok darahnya naik?" Raden terlihat sangat panik ketika darahnya naik ke selang infus.
"Nah kan, makannya tangannya diem, jangan di mainin terus infusnya," pak Ikmal terus mengomel karena ulah Raden, untung saja ada suster yang melintas di depan ruang rawat Raden, jadi dia bisa meminta tolong sebentar.
"Raden."
"Apa?"
"Tadi waktu kamu pingsan, dokter ngambil Sempel darah kamu buat di periksa di laboratorium, karena mereka bilang ada sesuatu yang ganjal degan kesehatan kamu."
"Terus?"
"Bapak cuma minta, apapun hasilnya kamu harus menerima dengan lapang dada."
"Paling cuma sakit biasa, gak bakalan sampai terkena kanker," ucap santai Raden sembari terkekeh.
"Kamu yakin?"
"Ya yakin lah, orang setiap hari saya makan makanan yang sehat dan bergizi."
"Makanan apa yang kamu konsumsi?"
"Telur sama mie, kalo gak nasi sama mie, oh paling enak itu baso sama mie Indomie yang pedesnya bikin dower, beuh mantap bangat," ucap Raden. Rasanya pak Ikmal ingin sekali menggeplak kepala Raden yang bilang kalo mie itu makanan yang sehat dan bergizi.
Untung pak Ikmal tipikal orang yang sabaran mengahadapi Raden selama ini, dengan sikap arogannya siapa sih yang tidak kesal terus tiap hari harus berurusan dengan pak Ikmal selaku guru BK, sampe pak Ikmal sendiri pun bingung harus mengomeli Raden bagaimana. Hukuman paling berat pun pernah Raden jalani, tapi dia masih tidak ada kapok-kapoknya.
Waktu kelas sepuluh semester dua, bahkan Raden pernah ijin tidak masuk sekolah karena alasan sakit selama satu bulan penuh, dan ketika di datangi ternyata benar dia di rawat di rumah sakit karena kecelakaan ketika balap liar, kakinya patah dan hampir satu semester Raden tidak membuat ulah seperti bolos. Meskipun tidak bolos tetap saja pak Ikmal di buat darah tinggi karena setiap hari Raden tidur di kelas.
"Sudah lah, bapak mau istirahat dulu," ucap pak Ikmal.
"Pulang aja pak."
"Kamu ngusir saya?" Tanya pak Ikmal dengan membelakan matanya.
"Nggak pak, elah sensian amat, saya nyuruh pak buat pulang biar istirahat nya di rumah saja di temani sama istri dan anak."
"Saya belum berumah tangga, apalagi punya anak," ucap pak Ikmal santai, sedangkan Raden hanya ber 'oh' saja, ternyata dugaannya selama ini benar adanya, pak Ikmal masih berumur dua puluh tujuh tahun jadi dia pasti belum menikah.
___________________________________

KAMU SEDANG MEMBACA
RADEN
Novela Juvenil❌NOT BxB❌ ❌NOT BL❌ Mereka itu HEBAT sekali, mereka bisa menyelamatkan ratusan bahkan ribuan nyawa orang lain. Tapi mereka belum tentu bisa menyelamatkan ku. Gak bisa bikin Deskripsi ges yok baja aja |Jangan lupa VOTE dan KOMEN ya kawan|