64

4.5K 164 21
                                    


Di pagi hari yang mendung ini, semua murid di salah satu sekolah sudah di kumpulkan di lapangan, acara ini sangat mendadak sekali mereka semua pun kebingungan karena kepala sekolah menyuruh mereka berkumpul semua di lapangan.

Petugas OSIS sudah menaikan bendera merah putih se tengah tiang bendera yang berarti berduka.

"Maaf bapak mengumpulkan kalian semua mendadak seperti ini karena, bapak harus menyampaikan berita duka dari salah satu teman kalian," ucap kepala sekolah itu.

Petugas OSIS menyerahkan satu bingkai foto yang masih tertutup oleh kain putih kepada kepala sekolah, dan setelah di tangan kepala sekolah beliau membuka bingkai Foto yang di dalamnya terdapat Foto Raden yang tengah tersenyum sangat indah.

"Teman kalian yang selalu kalian hindari, yang selalu kalian benci, teman kalian yang selalu keluar masuk ruang BK, yang setiap hari wajahnya selalu babak belur, sudah meninggalkan kita semua tadi malam." Kepala sekolah itu berhenti berbicara sebentar, dia melihat pada muridnya sudah mulai menangis.

"PAK JANGAN BERCANDA PAK!"

"IYA PAK, GAK MUNGKIN DIA NINGGALIN KITA SEMUA SE CEPAT INI!"

"Seperti yang pak Ikmal ucapkan waktu  kalian melakukan demo di sini, di tempat ini, jika selama Raden tidak masuk sekolah itu karena Raden tengah menjalani pengobatan jantungnya, mungkin kalian tidak percaya dengan semuanya karena ini terlalu mendadak, tapi itu memang kenyataanya, selama ini tanpa kita ketahui Raden yang selalu bercanda sama kalian, selalu ribut sama kalian ternyata dia sakit parah."

Semua murid pun menangis bersama di lapangan, tidak pernah di sangka hal seperti ini akan terjadi. Mereka menyesal karena mereka belum membuat kenang-kenangan terindah bersama Raden, bahkan foto satu kelas pun mereka tidak pernah mengajak Raden.
__________

Sedangkan di rumah Affan, mereka tengah berkumpul di ruangan keluarga, Qila, Affan, Tara dan juga Calvin mereka masih menangis setelah mengantarkan Raden ke rumah terakhirnya.

"Om, Bunda, key tau kalian sedih banget, kita juga sama sedih karena kehilangan Raden, tapi key mohon udah ya Bund, kalo Bunda sama Om kaya gini terus kasian sama Raden di sana. Raden pasti sangat berat sekali meninggalkan kalian semua."

"Diem Lo key! Lo gak tau seberapa sedihnya kita yang udah membuang Raden, kita udah menyiksa Raden selama ini, bahkan kita gak punya berang Raden satupun buat kenang-kenangan," ujar Tara.

"Kalo kalian mau barang-barang Raden, kalian ambil sendiri di rumahnya," ucap Arik.

"Ka--kamu tau kamu tau di mana tempat tinggal Raden?" Tanya Qila.

"Ikut gue," Arik bangkit dari duduknya dan di ikuti oleh semuanya, mereka semua akan berangkat ke kosan yang Raden tempati sekarang, di mana tempat Raden tinggal dan menyimpan barang-barang milik Raden.

Tak butuh waktu lama akhirnya mereka sampai di rumah Raden, Arik membuka pintu kosan Raden.

"Udah di sini?" Tanya Arik saat melihat punggung seseorang yang dia kenali sudah duduk di kursi dengan memegang bingkai foto Raden.

"Ngapain kamu bawa mereka ke sini?!" Ucap Seiji.

"Saya ayahnya."

"Kemana aja anda selama ini hah? Bahkan Raden ke rumah sakit itu saja bukan sekali dua kali, seharusnya anda tau jika Raden itu anak anda!" Ucap Seiji dengan amarah yang menggejolak.

Affan tidak bisa berkata-kata lagi, dia hanya diam dan menunduk, Affan merasa jika dia itu bodoh sekali.

"Mereka mau ngambil barang-barang Raden, tapi syarat dari gue kalian gak boleh ambil foto itu karena itu milik gue," ucap Arik sembari menunjuk foto Raden yang terpajang di dinding.

"Tapi saya boleh foto? Nanti biar saya print kembali," ucap Qila dan di angguki oleh Arik.

Dengan tangan yang bergetar, Qila mengambil ponsel miliknya dan memotret foto Raden dengan jelas, dia menatap sebentar foto Raden di ponselnya dan memeluknya dengan erat. Apa selama ini Raden juga merasakan apa yang Qila Rasakan sekarang? Rindu sekali.

Affan masuk ke dalam kamar Raden dia memasukan semua pakaian milik Raden ke dalam koper. Dengan mata yang terus berlinang air mata, Affan menguatkan sendiri, tangan yang bergetar itu terus memasukan pakaian Raden yang tidak seberapa itu. Lalu Affan mengambil semua peralatan sekolah Raden tanpa ada yang tertinggal, tapi Affan merasakan ada yang aneh, saat dia memasukan peralatan sekolah milik Raden dia tidak melihat ijazah SD dan SMP milik Raden sama sekali. Dia hanya melihat Rapor nya saja.

Sepertinya pulang dari sini Affan akan mengunjungi sekolah Raden dulu untuk meminta Ijazah Raden lagi.
________

Sesuai ke inginan Affan waktu di rumah Raden, dia sekarang sudah di perjalanan menuju sekolah Raden dulu bersama Qila tentunya.

Mereka langsung mengunjungi kepala sekolah SD Raden dulu dan meminta Ijazah Raden. Karena kebetulan kepala sekolahnya sudah ganti jadi sedikit agak lama mereka menunggu.

Setelah selesai dari SD kini mereka langsung meluncur ke sekolah SMP Raden dulu, untunglah kepala sekolah SMP Raden belum ganti jadi mereka tinggal memberikannya kembali.

"Akhirnya kalian mengambil ijazah Raden juga," ucap kepala sekolah itu kepada mereka.

"Maksudnya?"

"Dulu Raden pernah bicara sama saya jika dia tidak akan mengambil Ijazah SMP nya, karena dia bilang suatu saat nanti akan ada seseorang yang mengambilnya." Ucap kepala sekolah itu.

"Jadi dia sengaja?" Tanya Affan.

"Ya dia sengaja, daftar ke SMA pun dia hanya menggunakan fotocopy saja."

"Tapi sebelum saya ingin bertanya kalian itu siapanya Raden?"

"Kami orang tuanya," jawab Affan.

"LOH! Dia bilang dulu dia yatim piatu pak," ucap kepala sekolah itu kaget.

"Itu masalah privasi kami, tapi sebelumnya terimakasih karena sudah menyimpan Ijazah anak saya, kalo gitu saya permisi," ucap Affan, dia membantu Qila untuk berdiri dan berjalan ke arah mobilnya.

"Yatim piatu, se kejam itu ya mas," ucap Qila.

"Sudah sayang, kamu jangan seperti ini terus ya, Raden sudah tenang di sana."

"Aku masih rindu sama Raden mas, selama Raden hidup di dunia dia belum ter sentuh sedikit pun oleh ibunya mas, aku bener-bener menyesal, dan mungkin sampai mati pun aku bakalanan merasa menyesal." Qila menundukkan kepalanya.

Qila mengangguk, dia menarik ke dua ujung bibirnya sembari menatap Affan. Meskipun Affan tau jika keluarganya tidak akan se mudah itu melupakan Raden.

Pada dasarnya se kejam apapun orang tua kepada anaknya, bahkan membuang mereka, mereka akan turut terpukul ketika anaknya pergi meninggalkan mereka semua.

Karena Sebesar apapun rindumu padanya, dia tak akan kau temui lagi di dunia. Kecuali di akhirat nanti.












____________________________________

END

Cerita yang gak jelas ini udah berhasil aku selesaiin.

Makasih banyak sama kalian yang udah baca cerita aku ini, maaf banget kalo kurang memuaskan karena aku juga baru belajar hehehe.

Kalo ada apa-apa kalian boleh DM aku di
Ig:salwa_shalwa

RADEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang