40

1.5K 63 0
                                    

"Ada perlu apa anda memanggil saya?" Tanya Raden.

"Kamu tau ini sekolah milik keluarga saya?"

Raden tersenyum sinis sembari memalingkan wajahnya, sungguh sombong sekali orang di hadapannya ini.

"Dan saya gak mau sekolah saya bermasalah karena anak seperti kamu!" Ucapnya dengan penuh penakanan.

"Dan seharusnya kamu tidak pantas sekolah di sekolah ini, seharusnya kamu itu sudah mati beberapa tahun silam."

"Gue punya hak untuk sekolah di manapun," ucap Raden.

"Mulai berani kamu ya!"

"Kenapa gue takut? Lo manusia, gue juga manusia, Lo bisa beli apapun dengan uang? Tentu gue juga bisa!"

Plakk

Satu tamparan keras mendarat di wajah Raden dan meninggalkan bekas yang berwarna merah.

"Kurang puas menyiksa saya satu Minggu?" Ucap sinis Raden.

"Belum! Tentu belum! Saya ingin kamu mati di tangan saya dengan perlahan! Karena kamu sumber masalah yang pernah saya hadapi, karena kamu anak kandung ku merenggut nyawa, karena kamu dulu saya hampir bangkrut bajingan!"

"Kenapa anda menyalahkan saya? Salahkan saja sifat sombongmu itu tuan! Dari dulu anda memang besar kepala kepada semua orang, bahkan anda tidak mau memberikan uang sepeserpun untuk orang yang pernah anda tabrak hingga mati!"

"Kurang ajar!" Orang itu menarik rambut Raden hingga kepala Raden mendongak ke belakang.

"Biadab! SAYA SUDAH BEBERAPA KALI NGOMONG SAMA KAMU UNTUK TIDAK MEMBAHAS HAL ITU LAGI!"

"TAPI ANDA SELALU MEMBAHAS TENTANG ANAK ANDA YANG SUDAH MATI KEPADA SAYA! DAN MENYALAHKAN SAYA SEBAGAI PEMBUNUH ANAK ANDA YANG SEPERTI IBLIS ITU!"

Orang itu menghempaskan kepala Raden ke depan hingga kepala Raden pun terbentur meja yang terbuat dari kayu kokoh.

"Karena kamu pantas mendapatkan itu! KARENA KAMU PANTAS SIALAN! KAMU ITU HANYA MANUSIA YANG TIDAK BERGUNA! TIDAK TAU TERIMAKASIH! TIDAK TAU SOPAN SANTUN! DAN KAMU JUGA MANUSIA PALING BERDOSA KARENA TELAH MEMBUNUH ANAK SAYA!"

"Iya, dia emang anak anda dia juga bukan adek saya!" Ucap Raden.

"Tutup mulut sialan mu!" Orang itu menyumpal mulut Raden menggunakan segepok tisu, dan juga mengikat tangan Raden supaya tidak melepaskan tisu di mulutnya.

"Dengarkan saya! Selama kamu masih berkeliaran di dekat saya apalagi menampakan wajah kamu di depan saya! Saya pastikan jika hidupmu tidak akan tenang! Kamu akan mati perlahan di tangan saya, hingga kamu stres dan mati! Dan ingat, kamu tidak akan bisa lepas dari tangan saya, kemanapun kamu pergi, di manapun kamu berada, saya akan menemukan mu, dan saya akan mengajakmu bermain, itukan yang kamu inginkan dari kecil? Bermain dan bersenang senang dengan seorang ayah," ucap orang itu dengan nada yang mengerikan.  Sedangkan Raden terus menggelengkan kepalanya hingga air matanya terjun membasahi pipinya. Demi apapun Raden selaku sangat takut jika berhadapan dengan dia. Selama ini Raden selalu menghindar dari jangkauan dia karena siksaannya yang harus Raden terima.

"Jangan berharap jika ada orang yang bisa membantumu, apalagi mencoba menyembunyikan kamu dari saya. Maka saya pastikan orang itu akan mati."

"Menjauhlah dari teman-teman mu jika kamu tidak mau mereka jadi tumbal ku,
P A H A M?" Ucapnya.

Plakk

"Ah saya belum puas menyiksa mu bajingan, kenapa kamu kabur hah?! Apa kamu ingin bermain lebih lama dari kemarin?"

"Baiklah saya berjanji akan melaksanakan perintah anak kesayangan ku," ucapnya.

"Jangan menangis jagoan ayah, tunggu ayah pulang dan kita akan bermain sepuasnya."

"Ayah akan memberikan kamu banyakkkk hadiah, yang pastinya kamu suka, okey," orang itu mengusap rambut Raden, lama kelamaan usapannya itu berubah menjadi jambakkan yang menyakitkan. Sedangkan yang bisa Raden lakukan hanya menangis dan mencoba untuk memberontak.

"Stop menangis, keluar dan bersikap seolah tidak ada apa-apa, jika mereka bertanya kamu jawab kita hanya mengobrol biasa, ngerti anjing kecil?" Ucapnya.

Orang itu melepaskan tisu yang meyumpal mulut Raden dengan kasar. Demi apapun Raden sangat marah dengan nya, Raden capek jika harus menjadi boneka nya selama ini, Raden capek jika terus di jadikan samsak, Raden juga manusia Raden punya hak untuk berbahagia dan lepas dari siksaan ini.

Dan Raden berjanji, Raden akan lepas darinya sebelum Raden mati, dan sesudah Raden mendapatkan kebahagiaannya di dunia meskipun hanya sebentar, meskipun itu di akhir hayatnya.

Raden lelah, segala cara telah dia lakukan, semua motivasi dan afirmasi yang telah Raden tanamkan dalam diri ini, kini telah memudar di telan waktu.

"Pergi lah," orang itu mendorong tubuh raden untuk keluar.

Dan ketika Raden keluar, ternyata Arik dan kepala sekolah yang katanya akan menunggu Raden di luar tidak ada, bahkan siswa siswi pun tidak ada di kelas dan di manapun, sepertinya mereka sudah pulang lebih dulu.

Raden berlari sekuat mungkin, sebisa mungkin dengan kaki yang pincang, berlari sambil menangis itulah yang Raden lakukan. Biarlah jika nanti ada orang yang melihatnya begitu cengeng, Raden tidak peduli, mereka tidak akan merasakan apa yang kita rasakan, bahkan mereka tidak akan pernah tau betapa besar beban yang harus Raden pikul dan berjuta juta masalah yang harus Raden selesaikan untuk mendapatkan kebahagiaannya.

Raden benci dengan dirinya sendiri, kenapa dia harus lahir dengan takdir yang seperti ini. Tidak bisakah tuhan memberikan sedikit cahaya di kehidupan Raden karena kehidupan Raden itu terlalu gelap sangking gelapnya Raden hampir tersesat di jalan yang salah. Kegelapan seolah tidak memberi ijin cahaya untuk menggantikannya barang Sesat pun.

Setelah keluar dari gedung seolah dan kini dia berada di parkiran, Raden melihat Arik yang duduk di atas motornya. Kenapa dia ada di sini? Kenapa tidak langsung pulang saja.

Tanpa memperdulikan Arik, Raden berlari ke arah jalan keluar lain yang tentunya hanya Raden yang tau jalan itu. Beribu-ribu penyesalan yang terus tertanam di dalam diri Raden terus menumpuk. Jika saja dia tidak mengancam seperti itu Raden akan menemui Arik, melupakan egonya dan memeluk Arik seerat mungkin. Seperti dia memeluk Ilham beberapa waktu lalu untuk melepaskan Rasa sedihnya.

Bagaimanapun Raden juga butuh teman, Raden butuh teman, sungguh Raden butuh teman.








____________________________________

Wahhh cahaya ilahi, udah ketebak dong udah ketebak hah pasaran banget ya alurnya, tapi gak papa karena AKU BANGGA DENGAN KARYA KU.

Selamat menikmati tulisan ku kawan, sampai jumpa di Part selanjutnya.

RADEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang