52

1.1K 50 0
                                    


Dan benar saja, ketika masih jam dua dini hari Raden sudah meminta Seiji untuk pulang ke rumahnya, katanya hari ini Raden akan berangkat sekolah dan Raden tidak mau jika dia terlambat sekolah. Bahkan Raden sempat menangis Bombay di hadapan Seiji, Arik, dan juga Putra. Dia terus meminta untuk pulang.

Dan akhirnya mereka hanya pasrah saja, mereka mengantarkan Raden pulang bersama-sama, dan menunggu hingga pagi datang.

Di sekolah, sekarang masih dalam kondisi ricuh karena bel masuk sekolah belum berbunyi.

"Ila!" Raden memanggil Keyala yang tengah berjalan bersama temannya.

"Udah sembuh?" Keyala memeluk Raden dengan erat.

"Udah dong kan gue Ironman."

"Ironman gimana? Kemarin aja bikin gue panik tau gak, mana gue lagi ada acara di luar sekolah, terus dengar Lo kecelakaan gitu bikin gue panik tau gak!"

"Ya maaf kan namanya juga kecelakaan."

"Seharusnya Lo lebih hati-hati dong kalo bawa motor! Kalo bisa pas belok ke sekolah itu berhenti dulu, liat kiri kanan ada kendaraan nggak."

"Kalo gitu mah kaya yang baru belajar naik motor dong!" Ucap Raden.

"Ya gak papa ini kan demi keselamatan Lo juga!" Ucap Keyala.

"Udah jangan marah-marah, nanti pulang sekolah Lo ada acara gak?"

"Nggak."

"Gue mau ajak Lo jalan-jalan," ucap Raden.

"Kemana?"

"Sesuatu."

"Gak asik Lo!"

"Udah nanti pas pulang sekolah gue jemput Lo di kelas."

"Terserah Lo deh," ucap Keyala.
___________

Setelah pulang sekolah, Raden menepati janjinya untuk mengajak Keyala jalan-jalan dengan menggunakan motor Arik, ya tadi pas istirahat Raden meminjam motor Arik.

Selama di perjalanan Keyala maupun Raden sama-sama terdiam, Keyala yang menikmati perjalanan sedangkan Raden yang fokus mengendarai motor, dia tidak mau kejadian beberapa hari lalu terulang kembali.

"Kok Lo ngajak gue ke Bandung sih?!" Ucap Keyala.

"Pengen aja, lagian gue udah lama gak ke sini."

Raden memberhentikan motornya di tempat yang aman, setelah itu mereka berjalan berkeliling menyusuri taman yang indah sekali dengan di hiasi oleh bunga yang indah, dan juga pepohonan yang masih asri.

"Sesuka itu ya Lo sama kota Bandung ini?"

"Karena kata orang gue lahir di Bandung, dan pas umur gue baru tiga hari mereka pindah ke Jakarta."

"Jadi wanita baik ya Ila, jangan ke makan hasutan orang lain, meskipun dia pacar Lo sendiri," ucap Raden.

Keyala hanya diam di tempat, matanya sudah berkaca-kaca, entah harus apa lagi dia sekarang, Keyala sudah terlanjur terjun ke jurang dan tersesat di hutan, tidak ada jalan pulang lagi.

"Gue gak bisa selamanya ada di samping Lo Ila, bahkan gue gak tau besok gue masih bisa liat dunia lagi atau nggak."

"Jangan mencintai gue ketika di hati Lo masih ada orang lain la, Lo harus mencintai dia yang pertama masuk ke dalam hati Lo bukan orang ke dua."

"Gue mau kalian berdua."

"Gue cuma jadi senja di hati Lo Ila, hanya sebentar tapi bikin Lo bahagia dengan ke indahan gue."

"Gu---"

"Gue mohon Ila, Lo harus bisa bedain mana cinta dan empati, yang ada di hati Lo itu bukan cinta la, tapi empati karena Lo tau hidup gue dari kecil gimana. Lo cuma kasian sama gue karena setiap hari Lo denger gue di siksa sama keluarga gue sendiri, di jadiin pembantu di keluarga gue sendiri. Sakit la!"

"Gue kira dulu Lo itu bener-bener suka sama gue, dan gue juga suka sama Lo, tapi semenjak Lo ngomong ke orang tua Lo tentang gue, gue jadi narik perasaan gue yang udah buat Lo."

Keyala hanya terdiam, dia menangis di samping Raden, dia kira Raden mengajaknya ke sini benar-benar untuk liburan tapi ternyata dia membawa ke sini hanya untuk membongkar semua aib Keyala.

"Maafin gue," lirih Keyala.

Raden tersenyum, dia bangkit dari duduknya dan beralih berjongkok di hadapan Keyala, mengusap air mata Keyala dengan lembut.

"Jangan nangis, Sekarang Lo hanya perlu membuang semua rasa empati di dalam hati Lo. Karena sekarang gue udah berdamai dengan keadaan gue yang sekarang, gue udah berusaha mati-matian buat melupakan masa lalu gue, Lo tau sendiri kan gimana perjuangan gue selama ini Hem..?"

Keyala mengangkat kepalanya, dia menatap wajah Raden dengan mata yang berkaca-kaca, dia merasa bersalah sekali.

"Gue capek Ila, gue capek kalo harus berjuang yang ke dua kalinya."

"Maksud lo apa?" Tanya Keyala, tangannya menggenggam tangan Raden degan erat.

"Gue gak mau berjuang yang ke dua kalinya, Sekarang gue cuma mau menunggu waktu. sampaikan salam gue buat mereka ya Ila, gue kangen mereka, gue mau pulang."

"Lo udah janji sama gue, lo gak bakal pergi kemana-mana kan?"

Raden terdiam, melepaskan tangannya yang di genggam oleh Keyala.

"Udah mau sore, kita pulang."

Keyala hanya mengikuti apa yang di ucapkan Raden, Raden melajukan motor milih Arik itu dengan kecepatan yang sedang, Raden memikirkan apa ucapannya tadi ada yang salah? Semoga saja tidak ada yang salah dengan semuanya.

Dan juga Raden berharap Keyala bisa menerima semua yang Raden ucapkan, dan semoga saja hubungan Keyala dan dirinya akan baik-baik saja seperti biasanya.

Berbeda dengan Keyala yang masih meneteskan air matanya, karma yang nyata karena mencintai dua lelaki sekaligus. Dulu Keyala sangat berharap jika yang bicara seperti ini itu dia, bukan lah Raden. Sakit sekali rasanya ketika Raden mengucapkan itu, meskipun itu fakta tapi rasa ini bukan rasa empati tapi benar-benar rasa cinta.

Keyala dan Raden mereka, sama-sama bersyukur karena di pertemukan kembali setelah sekian lama terpisahkan, tapi ternyata ke bahagian itu hanya se saat. Mereka tidak tau apa yang akan terjadi selanjutnya, apakah mereka akan masih berteman atau justru merenggang.










___________________________________

Udah gatel ih pengen nyelesaiin ceria ini karena aku bakalan mempublikasikan cerita baru lagi hihihi

RADEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang