"WIIKAAA LU BAWA KEMANA SI RADEN HAH?!" Seiji berteriak ke hp nya yang tengah menelpon Wika.
"Eh anjir kalo ngomong tuh pelan-pelan bangke, noh di rumahnya, tadi dia bilang udah di ijinin pulang sama lo, tapi karena Lo sibuk dia minta gue anterin dia, ya udah gue anterin dia aja,"
"Greget gue sama lu WIKA!" Seiji memutuskan sambungan telponnya. Seiji emosi sekarang, tadi dia keluar itu untuk menemui rekannya yang sesama dokter dan mengobrol sebentar tapi pas mau kembali lagi bersama rekannya yang sesama dokter itu tiba-tiba di kamar Raden tidak ada siapapun.
"Gimana?"
"Maaf dok, ternyata teman saya sudah membawa dia pulang duluan," Seiji menundukkan kepalanya.
"Gak papa, lain kali bawa dia sama saya ya," dokter itupun keluar dari ruangan yang pernah Raden tempati itu. Seiji sudah tidak tau harus bagaimana lagi sekarang, mau menyusul Raden pun Seiji tidak tau rumahnya di mana yang dia tau hanya sekolahnya saja.
_____________Bughh
Bughh
Bughh
"Anjing Lo!"
Bughh
Bughh
"Bangsat!"
"Apa Lo hah? Ngomong sekali lagi hah?!" Raden memegang dagu urang itu yang sudah terkapar tak berdaya.
Bughh
Satu pukulan terakhir, Raden segera pergi dari sana meninggalkan dia yang sudah tidak sadarkan diri. Orang-orang yang tadi hanya menonton saja mulai berbondong-bondong menolong orang itu dan berniat membawanya ke UKS.
Sedangkan Raden, berjalan santai seolah tidak ada masalah apapun. Banyak orang yang menatapnya tak suka bahkan ada yang menatap Raden ketakutan tapi Raden tidak peduli dengan mereka.
Pikiran Raden sedang mumet karena kepala sekolah telah memberi tahu Raden jika beasiswa yang Raden terima Talah di cabut oleh pemilik sekolah, alasannya ya karena Raden sering membuat onar, dan susah sekali di nasehatin. Jadi mau tidak mau dia terpaksa harus membayar biaya sekolahnya dari mulai sekarang.
Ah jangan tanyakan orang tadi. Raden tidak akan pernah membuat masalah jika tidak dia yang mulai duluan. Dia sengaja mengintip ketika Raden mengobrol dengan kepala sekolah. Bahkan dia juga mengejek Raden karena beasiswa yang Raden terima di cabut begitu saja, dan dia juga malah mengancam Raden akan menyebar luaskan berita ini ke seluruh siswa siswi yang ada di sekolah.
Itulah sebabnya Raden sangat marah, dan memukul orang tadi.
Brakk
"Apa maksud lo mukulin temen gue hah?!"
Baru saja Raden duduk di bangkunya, sudah datang pengganggu lagi, sungguh melelahkan sekali jika harus berhadapan dengan mereka.
Raden hanya acuh saja, dia melih memilih untuk menelungkapkan wajahnya di atas lipatan tangan yang di simpan di atas meja. Hari ini hari pertama Raden sekolah lagi setelah di skors tapi kenapa cobaannya sangat berat sekali.
Srekk
Orang itu menarik kerah baju belakang seragam Raden, dan memukulnya.
Kali ini Raden hanya diam, di pukuli habis-habisan seperti ini. Karena Inilah bentuk kepasrahan Raden kepada dunia dan takdirnya.
"Stop!"
"Apa-apaan kamu Temi!" Untunglah ada guru yang memisahkan mereka.
"Pak, yang buat Sugi babak belur kaya tadi itu dia!"
"Tapi gak perlu kamu balas dengan pukulan lagi Temi!"
Uhuk
Uhuk
UhukSemua orang yang ada di sana mengalihkan pandangannya kepada Raden yang tengah terbaring di atas lantai dengan kondisi yang sangat memprihatinkan sekali.
"Liat, LIAT karena ulah mu luka Raden lebih parah dari teman kamu!" Ucap guru itu sembari menunjuk Raden.
"Tapi dia pantas mendapatkan itu pak!"
"Terserah! Terserah kamu, sekarang kamu bawa dia ke UKS kalo perlu bawa dia ke rumah sakit sendiri! Capek bapak ngurusin kepulangan temen kamu sekarang di tambah sama dia!" Guru itu malah pergi begitu saja tanpa mau menolong Raden, padahal dia sudah tau kondisi Raden lebih parah dari Sugi tapi beliau malah acuh sekali.
"Gak Sudi gue nolongin orang biadab kaya Lo anjing!" Temi juga tidak mau bertanggungjawab kenapa sama orang-orang ini. Tidak ada rasa simpati sedikit pun.
Raden berusaha bangun sendiri, tubuhnya terasa remuk sekarang, bahkan kakinyapun sudah terlihat bengkak. Meskipun kesusahan Raden berusaha duduk di kursinya, dan setelah berusaha akhirnya Raden berhasil duduk di kursinya.
Tanpa ada yang tau, Raden meneteskan air mata. Untuk yang ke sekian kalinya Raden membenci takdirnya yang seperti ini, benci dengan dirinya sendiri.
"AAAAAAAAAARRKKKKKK!" Raden berteriak sekencang mungkin melampiaskan kemarahannya. Se isi kelas langsung menatap Raden heran.
"Den!" Ilham masuk ke dalam kelas Raden, dia memegang kedua pundak Raden, menyuruh Raden untuk mengangkat kepalanya tapi karena Raden tak kunjung mendongakkan kepalanya Ilham terus mengguncang tubuh Raden.
"Raden, plis jangan kaya gini! Liat gue, liat gue, RADEN LIAT GUE!" Ilham melihat tangan Raden yang terkepal kuat.
Grepp
Ilham memeluk erat tubuh Raden, karena Ilham berdiri jadi kepala Raden berada di perut sixpack Ilham. Di saat itu juga benteng yang Raden buat selama bertahun-tahun runtuh seketika.
"Plis jangan gini den," Ilham ikut meneteskan air mata, dia tau jika saat ini Raden tengah hancur, dan butuh teman untuk menghiburnya supaya bisa melupakan masalahnya sebentar, tapi teman-teman sekelasnya tidak ada yang peduli, bahkan mereka ikut menorehkan luka kepada Raden fisik maupun batin.
Se isi kelas diam di tempat, mereka sudah tidak tau harus berkata-kata lagi, entah harus bagaimana mereka melihat Raden yang terkenal dengan kenakalannya jalur adu jotos menangis, syok dan juga ah sangat bercampur aduk.
"Ham?!"
Ilham yang merasa dirinya di panggil segera melihat ke sumber suara, dan di sana terlihat Keyala yang masih ngos-ngosan. Sepertinya Keyala langsung ke kelas Raden setelah menerima telpon dari Ilham.
"GUE UDAH CAPEK YA SAMA ULAH KALIAN!! SEBENARNYA KALIAN ANGGAP GUE APA HAH?! DI SINI! DI SEKOLAH INI GUE MENJABAT SEBAGAI KETUA OSIS, DAN KALIAN TAU TANGGUNGJAWAB SEBAGAI KETUA OSIS ITU BESAR! SEKARANG KALIAN
MALAH KAYA GINI!""BUKAN CUMA KALIAN AJA YANG TERANCAM BAKALAN DI SKORS ATAU DI KELUARKAN DARI SEKOLAH INI! TAPI GUE JUGA TERANCAM BAKAL DI KELUARIN DARI OSIS!"
"Key! Jangan jadi orang so deh Lo! Lo ketua OSIS seharusnya Lo tau tingkah dia! Seharusnya Lo bela kita bukan dia!"
"Dia itu cuma sampah!"
____________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
RADEN
Teen Fiction❌NOT BxB❌ ❌NOT BL❌ Mereka itu HEBAT sekali, mereka bisa menyelamatkan ratusan bahkan ribuan nyawa orang lain. Tapi mereka belum tentu bisa menyelamatkan ku. Gak bisa bikin Deskripsi ges yok baja aja |Jangan lupa VOTE dan KOMEN ya kawan|