44

1.1K 48 0
                                    


Raden terduduk di depan cafe milik Fito meskipun hari semakin gelap tapi Raden masih betah di tempatnya sembari melamun.

Fito maupun pegawai lainnya sudah menyuruh Raden untuk pulang karena hari sudah semakin malam tapi Raden tidak mendengarkan mereka, hingga saat ini Raden masih terdiam di tempatnya.

"Gimana gue bisa balikin uang si Seiji?" 

Raden kepikiran dengan Seiji. Tadi pagi Seiji datang ke sekolah dan membayar uang SPP Raden untuk lima bulan ke depan. Terus Seiji juga membayar uang kost an Raden untuk satu tahun. Jika kalian bertanya kenapa Seiji tau di mana kostan Raden itu karena kemarin Raden pulang di antar Seiji.

"Raden," Fito menepuk pundak Raden pelan.

"Kenapa lagi? Galau di putusin apa galau karena di tolak cewek?" Ucap Fito

"Galau di lamar kuntilanak bang," ucap Raden asal.

"Serem dong. Pantesan belum pulang."

"Mau nginep di rumah Abang gak cil?" Tanya Fano.

"Boleh?" Tidak ada salahnya juga jika malam ini menginap di rumah Fito karena rasanya sudah lama Raden tidak menginap di rumah Fito.

"Boleh dong, yuk!" Fito mengajak Raden ke mobilnya tapi sebelumnya Raden memasukan motor kesayangannya ke garasi yang memang Fito sediakan untuk para pegawai menyimpan motor ketika shift malam, bahaya jika motor pegawai di simpan di luar ketika malam hari.

Tak butuh waktu lama akhirnya Fito dan Raden sampai di rumah milik Fito, langsung saja Fito membawa Raden masuk ke dalam rumahnya dan menyuruh Raden untuk membersihkan tubuhnya duluan, sedangkan dia akan menyiapkan makanan untuk mereka makan.

"Ternyata di sini rumahnya." Di luaran sana terdapat satu orang yang tengah duduk di atas motornya, bibirnya menunjukan sebuah senyuman licik. Setelah itu dia pergi.
___________

Prang!

Raden dan Fito yang tengah tertidur nyenyak seketika terbangun karena mendengar suara pecahan kaca yang begitu keras.

Mereka tidak langsung melihat di mana kaca yang pecah, mereka melamun sebentar karena masih merasa jika nyawa mereka di tarik secara paksa.

"Apaan tuh bang?" Tanya Raden, dan hanya di balas gelengan oleh Fito. Karena penasaran mereka berdua langsung keluar dari kamar dan melihat apa yang sudah terjadi.

Tepat di dapur, ternyata yang pecah itu kaca dapur Fito. Mereka bingung siapa yang sudah melakukan ini, trik yang sangat norak sekali, mereka melempar kaca dapur menggunakan batu.

"Norak banget," Fito mengambil batu yang tergeletak di lantai.

"Kaca dapur Lo gimana bang?" Raden menunjuk pecahan kaca.

"Gue gak mikirin, sekarang yang gue pikirin siapa yang ngelakuin ini den? Pagi-pagi udah buat ribut!"

"Lo punya musuh bang?" Tanya Raden dan mendapatkan tatapan tajam dari Fito.

"Mana ada gue punya musuh? Kan Lo tau sendiri musuh gue udah pada di penjara semua, terus juga geng motor gue udah bubur."

Sedikit informasi jika dulu juga Fito itu seorang anggota geng motor yang sangat di takuti di jalanan, tidak ada yang berani membuat masalah ke geng motor Fito karena jika mereka membuat masalah bisa jadi nyawa balasannya, sangat mengerikan bukan. Tapi sayangnya geng motor itu kini telah bubar karena si ketua yang pindah ke luar negri, awalnya ketua geng menyerahkan tahtanya kepada teman kepercayaannya tapi si temannya itu malah berkhianat dan akhirnya mereka semua bubar dengan tidak hormat.

"Jangan-jangan ketua Lo balik bang? Terus dia bikin geng motor baru lagi, terus dia bikin masalah lagi, terus----"

"Terus terus terus aja terus sampe mampus," Fito menoyor kepala Raden.

"Dah lah jangan kebanyakan fitnah Lo, mati masuk neraka baru tau rasa!"

"Bang beliin nasi goreng pedesnya level lima dong," ucap Raden.

"Beli sendiri!"

"Gue mau sekolah bang! Cepetan entar gue telat."

"Masih musim sekolah dek?" Ucap Fito bercanda.

"Yeh sekolah itu penting, perlu buat anak bangsa! Emang Lo baru SMA kelas sepuluh udah di D.O!" Ucap Raden sedikit menyindir Fito. Ya memang benar Fito sempat di D.O dari sekolah karena terlibat tawuran yang menyebabkan tiga musuhnya meninggal dunia karena terkena bacokan, maupun lemparan batu.

"Mau gue bacok Lo!" Fito memegang pisau yang tersimpan di dekatnya.

"Emang berani?"

"Ya Lo kan spesies yang di lindungi ya, dari pada entar gue di hukum jalur nyata sama Allah jadi gak jadi." Fito mengembalikan pisau yang dia pegang.

"Cepetan beliin nasgor dong, laper nih."

"Iya bawel!"

Setelah konflik tadi, kini mereka sudah kembali ke aktivitas nya masing-masing, Fito pergi bekerja di cafe nya, dan Raden kini anak itu tengah di jemur di tengah lapangan karena mobil Fito yang mogok alhasil Raden terlambat dan di hukum oleh guru sepertinya guru ini baru karena Raden tidak pernah melihat dia di sekolah.

"Bu udah Bu saya capek, panas nih! Lagian kemana sih pak Ikmal? Biasanya juga dia yang hukum saya kok malah jadi ibu sih?"

"Kenapa kamu protes? Gak mau di hukum sama saya hah?" Ucap guru muda nan cantik itu.

"Ya elah Bu! Saya sama pak Ikmal itu udah tanda tangan kontrak di atas materai kalo saya buat ulah hukumannya itu bukan berdiri di lapangan, lari ataupun bersihin toilet, tapi saya di suruh berenang. Karenaaaa nilai olahraga saya di materi berenang itu jelek banget sedangkan di materi lainnya selalu seratus."

"Sombong."

"Saya gak sombong Bu, emang itu kenyataanya kok, kalo gak percaya tanya aja sama pak Ikmal."

"Mana mungkin ada guru yang pilih kasih seperti itu! Tidak ada! Semua guru di sini harus adil kepada murid yang membuat salah!"

"Terserah! Terserah! Awas aja kalo saya kenapa-napa, saya tuntut ibu!" Ucap Raden.

"Permisi Bu?"

"Nah pak, pak, pak, liat tuh liat ada kuntilanak yang menjelma jadi guru tuh pak!"

"HEH! awas kamu ya!" Ibu guru itu menunjuk Raden.

"Maaf Bu, dia murid saya, jadi apakah boleh saya saja yang menghukumnya?"tanya pak Ikmal.

"Tidak! Saya sudah tau semuanya, bapak itu seorang guru kan? Seharusnya bapak tidak boleh pilih kasih dengan muridnya dong, kalo murid salah itu harus di beri hukuman yang sama dengan murid-murid yang lainnya."

"Tap---"

"Jika murid yang lain tau bapak pilih kasih bagaimana pak? Saya tau mungkin murid ini spesial buat bapa, atau mungkin anak, saudara bapak? Seharusnya meskipun begitu tidak boleh pilih kasih pak."

"Iya Bu, saya mengerti, tapi saya punya alasan tersendiri. Saya tau mungkin ini salah tapi ada sesuatu yang membuat saya seperti ini."

"Apa?"









____________________________________

RADEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang