"Tidur lah ini udah malam," ucap Seiji sembari membenarkan selimut yang di gunakan Raden.
"Besok gue pulang kan?" Tanya Raden.
"Besok sore kamu pulang."
"Loh kok sore sih? Seharusnya pagi dong!" Protes Raden.
"Ada seseorang yang ingin bertemu dengan kamu, jadi kamu pulangnya besok sore, ngerti?" Ucap Seiji.
"Siapa?"
"Teman saya."
"Ngapain mau ketemu sama gue?"
"Liat saja besok."
"Awas aja kalo macem-macem gue bunuh Lo!" Ancam Raden, tapi hanya di balas degan senyuman oleh Seiji.
Selama tiga hari ini Seiji tidak pulang ke tempat tinggalnya, dia menemani Raden di rumah sakit, dan merawat Raden dengan baik, bahkan kondisi Raden sudah membaik dua hari yang lalu, dan sekarang dia sudah jauh lebih baik.
Sebenarnya jika Seiji tidak membuat janji dengan seniornya Seiji sudah mengantarkan Raden pulang di pagi hari.
Setelah melihat Raden sudah terlelap di atas kasurnya, Seiji merebahkan tubuhnya di atas kasur yang memang di sediakan di sana atas perintah Seiji tentunya. Seiji tidak langsung tertidur seperti Raden, dia menatap plafon rumah sakit itu dan menerawang masa lalunya, saat dia bersekolah, bermain dengan teman-temannya bahkan Seiji ingat sekali saat dia berusaha kabur dari sekolah tapi berujung celaka karena saat itu kaki Seiji menyangkut di ujung pagar yang tajam hingga ujung pagar itu menusuk betisnya.
Brakk
"Maaf dokter saya menganggu waktu istirahat dokter, tapi ada pasien gawat darurat."
Dengan tergesa-gesa Seiji bangkit, tanpa memikirkan apapun lagi dia langsung berlari.
"Kemana dokter yang bertugas?"
"Dokter yang bertugas malam ini belum datang dok," ucap suster itu yang ikut berlari di samping Seiji. Seiji hanya menggerutu saja, kenapa harus dirinya yang di panggil kan masih banyak dokter di sini yang bertugas, sial sekali Seiji hari ini.
Sedangkan di ruangan Raden, Sekarang anak itu tengah menatap pintu ruangannya yang terbuka. Untung saja sebelumnya Raden mendengar orang yang berlari di luaran sana, jika tidak mungkin sekarang dia sudah mati karena serangan jantung.
Tapi yang sekarang ada di otak Raden bukan itu, Raden memikirkan Seiji. Ada sedikit rasa tidak enak hati dengan Seiji, dia rela menemaninya di sini selama tiga hari bahkan Seiji tidak pulang ke rumahnya, setelah Seiji selesai bertugas Seiji langsung ke kamarnya.
Dari tadi tanpa sepengetahuan Seiji, Raden sering melirik wajah Seiji yang kelihatannya seperti letih sekali, mungkin hari ini banyak pasien yang membutuhkannya. Dan sekarang di luar jam kerjanya Seiji rela membuang waktu istirahatnya untuk menolong orang yang membutuhkannya.
"Siapa Lo? Kenapa lo baik sama gue?" Ucap Raden.
Tak
Tak
Tak"Selamat malam."
Raden menatap orang yang kini masuk ke dalam kamarnya, entah Raden tidak tau itu siapa.
"Siap?"
"Perkenalkan nama saya Wika, saya temannya dokter Seiji, tadi saya ke rumahnya tapi kata ART di sana Seiji sedang menemani adiknya di rumah sakit, makannya say----"
"Gue bukan adeknya si Seiji," ucap Raden sembari memutarkan bola matanya.
"Tapi sikap kamu tidak bisa membohongi ku anak kecil."
"Apa sih anak kecil anak kecil! Udah sana lu pergi ah, gue mau tidur!" Raden membelakangi orang itu.
"Saya akan menunggu di sini," ucap orang itu, tapi Raden bodo amat, dia lebih memejamkan matanya.
Tepat jam dua dini hari, Seiji sudah kembali ke kamar Raden dengan wajah yang nampak begitu letih sekali.
"Lo di sini Wika?" Ucap Seiji ketika melihat temannya yang tengah duduk di sofa sembari memangku laptop nya.
"Tadinya sih gue mau nginep di rumah Lo, tapi kata pembantu di rumah Lo, Lo ada di sini ya udah gue sini aja, sekalian jagain Adek Lo, kasian kalo sendirian." Ucap Wika tanpa melihat orang yang sedang di ajak mengobrol.
"Terus dari siapa Lo tau kalo gue di kamar ini?"
"Nanya lah tolol, gue tanya noh sama suster di bawah kamar adeknya tuan Seiji di mana, terus dia jawab di sini, ya udah gue langsung di ke sini," ucap Wika.
"Kebiasaan Lo, kalo lagi ngomong fokus Lo ke laptop Mulu!" Seiji menutup laptop Wika dan menyimpan laptop sahabatnya itu ke tampat yang aman.
"Mandi dulu bangke jangan langsung tidur, katanya dokter tapi kok gak tau kebersihan sih?!" Ucap Wika.
"Nanggung wik, udah mau subuh ini."
"Nanggung mata Lo! Kalo kumannya nempel di baju sama barang-barang Adek Lo gimana hah? Entar dia nambah sakit karena Lo!" Wika melempar bantal ke tubuh Seiji.
"Ah elah ribet Lo!" Seiji melempar balik bantal yang di lemparkan Wika kepadanya.
Bukannya langsung ke kamar mandi, Seiji malah duduk di samping Wika dan memeluk Wika dari samping dengan sangat erat. Wika yang di perlakukan seperti itu memberontak melepaskan pelukan Seiji.
"Lepasin bangsat!"
"Jangan kasar kasar Napa wik sama temen sendiri," ucap Seiji sembari menduselkan wajahnya di pundak Wika.
"Heh heh heh! Inget ya gue masih normal! Jangan deket-deket lagi!" Akhirnya Wika berhasil melepaskan pelukan Wika. Tapi setelah itu Seiji kembali memeluk Wika dengan amat erat.
"ANJING KALO MAU NGE-HOMO JANGAN DI SINI BANGSAT!" Teriak Raden menari melemparkan bantal yang dia pakai ke dua orang itu, sungguh waktu tidur Raden terganggu dengan kehadiran mereka berdua, tidak tau kah jika saat ini kepalnya tengah di Landa pusing.
Seiji yang kaget langsung berlari ke kamar mandi sedangkan Wika hanya pura-pura tertidur saja, ternyata manusia kecil ini marahnya seram jiga, melebihi seramnya ketika Seiji marah.
"Gue semakin yakin kalo Lo bener-bener adeknya di Seiji," Batin Wika.
"Gak usah pura-pura tidur Lo! Sono pulang!" Ucap Raden kepada Wika.
Karena tidak ada jawaban dari Wika, akhirnya Raden hanya diam dan kembali memejamkan matanya, semoga kali ini Raden benar-benar tertidur hingga pagi setelah itu bangun kembali, ya kali gak bangun.
Clek
Seiji sedikit mengintip dari pintu toilet, setelah melihat suasananya sudah aman, dengan mengendap-endap Seiji keluar dari kamar mandi dengan baju yang berbeda dan juga rambut yang basah.
"Bangke lu Wika," ucap Seiji. Merebut bantal Raden dari pelukan Wika setelah itu Seiji menyimpan bantal Raden di bawah kepalanya.
____________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
RADEN
Teen Fiction❌NOT BxB❌ ❌NOT BL❌ Mereka itu HEBAT sekali, mereka bisa menyelamatkan ratusan bahkan ribuan nyawa orang lain. Tapi mereka belum tentu bisa menyelamatkan ku. Gak bisa bikin Deskripsi ges yok baja aja |Jangan lupa VOTE dan KOMEN ya kawan|