11

2.2K 98 0
                                    

"Lo masih inget kan apa persyaratan yang gue bilang tadi?"

"Hemm."

"Bagus, kalo gitu gue mau berangkat kerja dulu, jagain rumah, awas aja kalo rumah gue di curi, lo orang pertama yang gue cari."

Setelah berpamitan kepada Arik, Raden segera pergi dari rumah untuk pergi bekerja.

Setelah beberapa menit di perjalanan akhirnya Raden sampai di tempat kerjanya, rupanya hari ini lumayan ramai, jadi Raden harus sedikit gesit bekerja melayani dan menghantarkan makanan ke sana kemari belum lagi Raden harus mengambil beberapa piring kotor yang telah di tinggalkan oleh pembeli. Ya kali di bawa.

Tidak ada kata mengeluh di hidup Raden, apapun pekerjaannya, seberat apapun itu pasti Raden lakukan selagi bisa, dan menghasilkan uang untuk memenuhi kehidupannya yang tinggal sebatang kara di dunia yang kejam ini.

Peluh keringat membasahi kening Raden, tapi dia masih belum istirahat sama sekali dari tadi, bahkan teman se- pekerjaannya dari tadi telah menyuruh Raden untuk istirahat tapi dia menolak nya, malah dia memberikan jatah makannya ke anak kecil yang mengamen di pinggir jalan.

"Raden!" Dari meja pojok melie memanggil Raden yang tengah bekerja sembari melambaikan tangannya.

"Hai mel," Raden juga melambaikan tangannya ke arah melie tapi hanya sesat karena Raden tak sengaja menabrak anak kecil yang sedang berjalan sendirian.

"Eh maaf, maaf kakak gak sengaja, kamu ke injak gak tadi?" Raden berjongkok di hadapan anak perempuan itu, sedangkan anak itu menggelengkan kepalanya.

"Kamu sama siapa di sini Hem?"

"Ma mama," balas anak kecil itu.

"Sekarang di mana mama kamu? Kenapa kamu jalan sendirian?"

"Adek mau balon itu kakak," dia menunjuk penjual balon yang duduk di depan cafe.

"Ya udah ayo kakak antar, setelah itu kembali lagi ke mama kamu ya?"

Raden menggandeng anak kecil itu ke arah penjual balon.

"Kamu mau yang mana?"

"Hello Kitty boleh?"

"Boleh."

"Paman ini uangnya," anak kecil itu memberikan kartu yang berwarna hitam.

"Ada uang case gak dek?" Tanya si penjual.

"Gak ada, uang Adek semuanya di sini."

"Ya udah uang kamu simpan aja ya, biar kakak yang bayar balon kamu, okey," setelah Raden membayar balon itu, mereka berdua kini masuk lagi ke dalam cafe untuk mencari orang tua anak hilang ini. Keadaan cafe yang lumayan ramai dengan mayoritas anak muda membuat Raden sedikit kesusahan mencari orang tua anak ini.

"Tadi kamu duduk di mana?"

"Hemmm... Di dekat tembok yang ada gambar Patrick monster."

"Oh di sana, yok kita ke sana kakak tau tempatnya."

Setelah sampai di tempat terakhir si bocil duduk, akhirnya Raden menemukan orang tua si anak, sebenarnya dia sedikit tercengang karena ternyata orang tua si anak ini adalah melie, tapi ternyata setelah mendengar penjelasan panjang melie akhirnya Raden mengerti dan tidak salah paham lagi.

"Ya udah jagain tuh keponakan lo, keponakan hilang bukannya di cariin malah asik nongkrong," ucap Raden.

"Males banget, lagian bukan anak gue ini ngapain harus di jagain, penculik juga gak bakalan mau sama anak kaya dia," ucap melie.

"Dek, nanti bilang sama bunda kamu, kalo Tante kamu hampir ngebuang kamu okey."

"Dia mamah aku."

"Heh!"

Raden hanye tersenyum saja karena dia berpikir mungkin Melie itu hanya di panggil 'mamah' saja bukan sebagai ibu kandung.

"Nanti kamu bilang gini aja sama bunda kamu bunda tadi aku mau di buang sama mama jelek ini, tapi untung ada kak Raden genteng yang nolongin aku. Okey, kalo bisa kamu ngomongnya sambil nangis aja."

"Eh Raden Lo jangan macem-macem ya, kalo beneran dia bilang gitu entar gue yang di tembak mati," ucap melie.

"Makannya jagain nih anak jangan keasikan nongkrong liatin cogan Mulu."

"Iya iya, dasar rese banget lo jadi cowok," melie memutarkan bola matanya malas.

"Siapa kamu?" Tiba-tiba datang seorang pria bertubuh gagah berdiri di hadapan Raden.

"Oh maaf om saya cuma pekerja di sini," ucap Raden sopan.

"Cuma pekerja tapi kok caper sama istri orang!" Ucap lelaki itu.

"Hah?!" Raden mengernyitkan dahinya, dia mulai merasa bingung Sekarang.

"DIA ISTRI SAYA! MAU NGAPAIN KAMU HAH?!"

"Hehe nggak kok om, tadi saya cuma nganterin anak om yang nyasar, kata adeknya mamahnya di sini jadi saya anterin aja ke sini," ucap Raden terus terang.

"Benar itu dek?" Tanya lelaki itu kepada anak kecil.

"Iya," jawabnya.

"Ya udah kalo gitu gue mau kerja lagi."

"Anjir gue kira masih remaja."

Raden kembali bekerja, seperti biasa dia yang mengantarkan makanan ke sana ke sini seperti setrikaan.

Tepat jam sebelas malam cafe akhirnya di tutup, semua pegawai sudah kembali pulang terutama Raden. Baru saja dia sampai di depan rumahnya dengan keadaan tubuh yang basah kuyup karena terguyur hujan, tubuhnya sedikit menggigil karena kedinginan.

Clekk

Raden masuk ke dalam rumahnya, tak lupa dia juga mengunci kembali pintu rumahnya, meskipun tidak ada barang berharga di sini tapi tetap saja Raden takut ada maling, kan ngeri sendiri jika Raden sedang tidur nyenyak tiba-tiba di bacok perampok, bangun-bangun pasti Raden sudah beda alam.

"Kucing manis," lirih Raden ketika melihat Arik yang tertidur dengan posisi duduk, apakah karena tadi Raden bilang jika Arik tidak boleh gerak? Ah tapi maksud Raden tidak seperti ini juga.

"Baru pulang?"

"Lo belum tidur? Gue kira udah tidur," ucap Raden ketika melihat Arik membuka matanya.

"Ganti baju, mandi pake air anget," titah Arik.

"Gak mandi ah dingin," ucap Raden sembari berjalan meninggalkan Arik.
____________

Di pagi hari tepatnya pukul tujuh pagi, Raden belum juga beranjak dari kasurnya, dia masih setia memejamkan matanya dengan tubuh yang di tutupi selimut, kepalanya yang pusing semakin menambah kemalasan Raden untuk sekolah. Mungkin ini efek hujan-hujan an  semalam, suhu tubuh nya menjadi tinggi.

Arik belum pulang meskipun Raden sudah menyuruh Arik untuk pulang, bahkan Raden sudah meyakinkan Arik bahwa dia tidak apa-apa hanya sedikit demam tidak masalah, mungkin istirahat sebentar demamnya akan hilang dan kembali sehat. Tapi Arik yang notabene nya keras kepala, dia tidak mendengarkan ucapan Raden sama sekali, malahan dia bertekad membawa Raden ke rumah sakit.

"Pulang aja Rik, gue gak papa," lirih Raden dengan mata yang terpejam.

"Ikut gue," Arik membantu Raden duduk, tanpa permisi Arik membuka lemari Raden dan mengambil dua jaket milik Raden di dalam lemarinya.

"Diem gue mau tidur."

Arik tak peduli dengan ucapan Raden, dia malah menggendong Raden seperti bayi dan berjalan ke luar. Dan ternyata di luar sudah ada satu mobil yang terparkir di depan kost an Raden.


____________________________________

Selamat berpuasa semuanya

Dari tahun ke tahun gak kerasa banget ya, perasaan baru kemaren puasa dan baru ngurusin buat masuk SMA sekarang udah puasa lagi eh udah keluar sekolah.

Aku butuh UANG aku butuh LOKER tolong :(

Huhu kalian jangan lupa VOTE dan KOMEN yang banyak ya biar penerbit terpincut sama ceritanya.. byby

RADEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang