Brukkk
"Hah untung ada lo hon," ucap Raden sembari menepuk-nepuk pelan tangan nya.
"Oh ya kalo nanti ada guru yang mergokin gue lagi Lo tolongin gue ya,"
"Gue ke kelas dulu, Bae-bae Lo entar ada yang nebang."
Raden berjalan hati-hati, takutnya nanti ada guru yang piket, bisa-bisa entar Raden malah terkena masalah lagi dan ujung-ujungnya di hukum menambah beban Raden saja.
Sesampainya di depan kelas ternyata di dalam kelas sudah ada guru mapel, rasanya Raden ingin menangis saja. Dia bingung sekarang, ke luar takutnya ketahuan guru piket, masuk ke dalam juga entar di hukum lagi.
"Ekhem."
"Anjing! Gue kira siapa?"
"Masuk."
"Entar," Raden mengintip dari jendela melihat ke dalam kelas.
"Masuk!"
"Ya bentar, di dalam masih ada guru, Lo mau gue di hukum lari lapangan, hormat bendera sampe sekolah selesai?"
"Sini," Arik menarik tangan Raden, tanpa ada rasa takut Arik masuk ke dalam kelas tanpa permisi. Se isi kelas yang sedang fokus pun sontak mengalihkan ke fokusan mereka ke dua orang yang baru datang.
"Ada apa Arik?"
"Duduk," Arik sedikit mendorong tubuh Raden supaya duduk di bangkunya, tapi Raden malah terdiam di samping Arik, dia melirik ke isi kelas semua bangku sudah di sini dan dia juga heran kenapa bangkunya tidak ada, terus bagaimana dia akan belajar.
"Gak ada bangkunya," Raden melirik Arik yang jauh lebih tinggi dari nya.
"Arik---"
"Ambilkan bangku sama kursi," ucap Arik sembari melirik guru yang berada di sampingnya.
"Kamu siapa nyuruh-nyuruh saya hah? Jangan mentang-mentang kamu yang paling berkuasa di sekolah ini KAMU BERANI MENYURUH SAYA! INGAT! SAYA ITU GURU KAMU DAN KAMU HARUS HORMAT SAMA SAYA!"
Tanpa bicara Arik membalikan badan nya menghadap sang guru, tatapan yang dingin itu menatap tajam orang yang ada di hadapannya.
Suasana kelas menjadi semakin tegang ketika Arik berjalan perlahan ke arah guru itu, sungguh mereka sangat takut dengan Arik.
Bughh
"Stop!"
"Biar gue yang ambilin kursinya!" Ucap salah satu siswa yang sepertinya sangat jengkel dengan suasana saat ini.
"Lo duduk dulu di kursi gue, dan Lo kak maaf kita mau lanjut belajarnya."
"Ngapain masih di sini?" Tanya Raden sembari menatap Arik.
"Udah sana Lo," Arik mendorong tubuh Arik sampai ke luar kelas setelah itu dia kembali masuk ke kelasnya.
___________"Raden!"
"Apa?"
"Tadi Lo telat kan?"
"Hemm."
"Sekarang lo mau kemana?"
"Bolos, dah lah Lo banyak nanya kaya wartawan," ucap Raden.
"Heh mau gue aduin ke guru biar Lo di hukum?"
"Aduan Lo dasar ketos!" Ucap Raden.
"Biar toh itu tugas gue!"
"Kenapa sih hari ini Lo ngeselin banget?" Tanya Raden.
"Lo yang sensian!" Ucap Keyala.
"Kok nyolot?!"
"Lo yang nyolot!"
"Dah lah gue lagi males debat!"Ucap Raden.
"Gue bilangin guru ya!" Teriak Keyala ketika baru menyadari jika Raden sudah mulai jauh.
Raden terdiam di tempat setelah itu dia kembali membalikan badannya berjalan santai ke arah Keyala.
"Eh eh eh mau kemana!" Keyala kaget ketika Raden menarik tangannya, entahlah Keyala tidak tau dia mau kemana berontak pun percuma tenaga nya tidak sebanding dengan Raden.
"Duduk!" Keyala yang bingungpun hanya mengikuti apa yang Raden ucapkan.
"Gue mau tidur ngentuk," ucap Raden sembari meletakan kepalanya di atas paha Keyala.
"Usapin," Raden menarik tangan Keyala ke atas dadanya, setelah itu menyuruhnya untuk mengelus dada Raden.
Setelah lama mengusap dada bidang Raden dan merasa Raden telah terlelap dalam tidurnya, Keyala baru menyadari jika detak jantung Raden sedikit berbeda. Untuk memastikannya Keyala memegang dadanya juga dan ternyata memang berbeda, detak jantung nya normal tapi detak jantung Raden sedikit melemah. Apa ketika orang tidur detak jantungnya seperti ini.
"Besok yang punya sekolah mau kesini, dan pasti gue gak bisa ngawasin lo, gue harap Lo gak berbuat macem-macem."
"Gue tau Lo sebenarnya anak baik, tapi baik Lo itu ketutup sama kenakalan lo."
"Gue harap lo jangan pernah menyerah sama keadaan lo yang sekarang."
"Gue pengen ketemu mereka key."
"Suatu saat nanti gue yakin Lo pasti bakalan ketemu sama mereka," ucap Keyala.
"Kapan?"
"Sabar, tunggu waktunya tiba."
"Gue bosen nunggu terus, gue pengennya sekarang, gue udah lama gak liat mereka," ucap Raden sambari terpejam, ya Raden mendengar semua yang Keyala ucapkan kepadanya.
"Lo masih menyimpan foto mereka kan?"
"Gue gak punya."
"Ila," Raden membuka matanya dan menatap wajah Keyala dari bawah.
"Apa?"
"Inget gak dulu kita pernah kabur dari rumah terus kita berdua malah jalan-jalan ke pameran yang ada di taman dekat rumah kita."
"Iya, Lo yang dulu ngajak gue ke sana kan? Tapi lo sendiri gak bawa uang dasar!" Keyala mencubit hidung Raden.
"Hehe maaf Ila, waktu itu kan kita masih umur tujuh taun jadi gue gak tau uang itu apa."
"Terus Lo tau uang umur berapa?"
"Pas gue kerja terus dapet uang lima ribu, bego banget gue ya kerja angkut beras sama sembako yang lainnya sampe rasanya tulang tuh patah semua tapi di bayar cuma lima ribu."
"Iya Lo bego, bego banget, sangking bego nya Lo neraktir gue lolipop yang lima ratusan," ucap Keyala.
"Tapi lo seneng kan?"
"Ya sih gue seneng karena gue orang pertama yang makan lolipop dari gaji pertama lo."
"Kalo sekarang gue kasih lolipop Lo mau gak?"
"Gak, entar gigi gue rusak lagi."
"Lebay, nih makan," Raden memberikan lolipop yang berukuran kecil dari dalam kantong celananya.
Tentu saja Keyala menerima pemberian dari Raden, meskipun tadi dia bilang giginya akan rusak tapi dia tidak peduli dia malah dengan semangat memakan lolipop itu sendirian.
___________________________________
Jangan lupa vote dan komen
Maaf kalo jarang up ya
Jujur ini juga nulis sambil kerja gaes tapi gpp tetap semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
RADEN
Teen Fiction❌NOT BxB❌ ❌NOT BL❌ Mereka itu HEBAT sekali, mereka bisa menyelamatkan ratusan bahkan ribuan nyawa orang lain. Tapi mereka belum tentu bisa menyelamatkan ku. Gak bisa bikin Deskripsi ges yok baja aja |Jangan lupa VOTE dan KOMEN ya kawan|