57

1.3K 56 0
                                    


Brum
Brum
Brum
Brum

Terdengar suara kenalpot motor milik salah satu geng motor itu berjejer memenuhi jalanan.

Arik dan temannya terpaksa berhenti ketika ada geng motor lainnya yang menghalangi jalannya. Dia sudah turun dari motornya sendirian sedangkan anggota lainnya masih berada di atas motornya karena itu perintah dari Arik.

"Minggir!" Ucap Arik.

"Lo pikir se mudah itu melewati jalan kita hah?" Tara, ya itu adalah geng motor Tara, mereka marah karena mendapatkan kabar jika ada geng motor lain yang melintas di daerahnya.

"Gue gak ada urusan sama Lo, sekarang Lo minggir!"

"Lewatin kita dulu kalo Lo mau lewatin jalan ini," ucap Cilvin.

Arik sudah terpancing emosi, dia maju paling depan dan yang pertama pula memukul wajah Tara dengan kekuatan yang penuh.

Anggota geng motor Tara tidak terima bosnya itu di pukul, mereka langsung menyerang anggota geng motor Arik.

Dan tawuran pun tidak bisa di elakan, mereka semua saling pukul satu sama lain tanpa ampun, tidak memperdulikan jika tubuh mereka terluka yang terpenting mereka harus segera mengalahkan musuhnya.
__________

Di pagi hari ini, anggota OSIS sibuk untuk menenangkan para murid yang akan melakukan demo di tengah lapangan, mereka mencegat para murid untuk demo dengan melakukan segala macam cara termasuk menghasut mereka semua.

Mereka akan demo karena supaya RADEN di keluarkan dari sekolah ini, mereka mengira jika sekolah ini sudah pilih kasih dengan muridnya. Raden sudah lama tidak masuk sekolah dalam perhitungan absen Raden hanya lima kali dalam satu bulan ini, tapi tidak ada guru yang mencari tau di mana Raden berada, mereka hanya diam ketika para murid meminta ke Adilan.

Guru-guru sudah sangat tau jika Raden di sekolah ini tidak di terima dengan baik oleh mereka apalagi yang satu kelas dengan Raden. Mereka juga tidak bisa memberikan alasan untuk para murid kenapa Raden tidak masuk sekolah karena hal yang pertama di permasalahkan itu Raden yang tidak punya keluarga, dan Raden juga tidak punya teman untuk di mintai penjelasan kenapa Raden tidak masuk sekolah, jadi mereka merasa sulit untuk mencari tau kemana Raden selama itu.

"SEMUANYA KE LAPANGAN CEPETAN!"

Rombongan para murid sudah berjalan menuju ke arah lapangan, Sekarang anggota OSIS sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

"Key gimana ini? Anak-anak udah menuju lapangan," ucap salah satu anggota OSIS yang terlihat sangat panik sekali.

"Biarin mereka ke lapangan," ucap Keyala.

"Gila Lo key! Kalo mereka beneran demo, reputasi OSIS bisa rusak key!"

"Gue tau."

"KALO LO TAU SEHARUSNYA LO BERTINDAK DONG KEY! JANGAN DIEM AJA!"

"IYA LO JADI KETUA OSIS GIMANA SIH GAK BECUS BANGET!"

"DIEM LO SEMUA!" Keyala berlari ke arah lapangan dengan mata yang berlinang air mata.

"BAPAK IBU GURU SEKALIAN! KITA DI SINI BUKAN HANYA SEKEDAR DEMO, TAPI KITA DI SINI INGIN MEMINTA KE ADILAN!"

"BAPAK IBU GURU SEKALIAN PERNAH BERKATA JIKA MURID YANG TIDAK SEKOLAH DI SINI LEBIH DARI SEMINGGU KALIAN AKAN MENGELUARKAN MURID ITU! BAHKAN SUDAH ADA TEMAN KITA UANG DI KELUARKAN DARI SEKOLAH INI!! TAPI KENAPA KALIAN TIDAK MENGELUARKAN RADEN!"

"KAMI INGIN SEKOLAH INI MENGELUARKAN RADEN!"

"KELUARKAN RADEN DARI SEKOLAH INI! KELUARKAN RADEN DARI SEKOLAH INI! KELUARKAN RADEN DARI SEKOLAH INI!"

Mereka semua berteriak, guru-guru yang melihat para muridnya itu demo pun tidak tinggal diam, mereka mencoba untuk menenangkan mereka semua.
________

"Hah... Hah... Hah.. lep--as," Raden berusaha melepaskan tangannya yang di pegang oleh orang yang berbadan tinggi dan kekar.

"Saya sudah muak melihat wajahmu, SAYA SUDAH MUAK MELIHAT WAJAHMU SIALAN!" Dia memukul wajah Raden tanpa ampun seolah ingin menghancurkan wajah Raden menggunakan tangan kosong.

Raden hanya pasrah di perlakukan seperti ini, Raden sudah pasrah jika malam ini malam terakhirnya melihat dunia yang terpenting Raden sudah tidak merasakan sakit yang begitu menyiksanya.

"SAYA SUDAH MENGANCAM AFFAN PULUHAN KALI! TAPI KENAPA DIA TIDAK KE SINI UNTUK MENYELAMATKAN MU HAH?!"

"DASAR GAK BERGUNA!! KAMU HANYA MENGOTORI TANGAN SAYA AJA SIALAN! SAYA MUAK MELIHAT WAJAH MU ITU YANG MIRIP DENGAN AFFAN!"

Raden tersenyum kecut, dia meneteskan air matanya hatinya yang sudah retak itu kini sudah remuk tak berbentuk lagi, tidak se berharga itukah Raden untuk mereka? Apakah mereka benar-benar sudah melupakannya, se gampang itu? Ah Raden menyesal Sekarang, dia menyesal karena dulu dia pernah mengalami depresi hanya untuk melupakan mereka meskipun hingga saat ini Raden tidak bisa melupakan mereka semua, tapi kenapa mereka se gampang itu.

Dulu Raden rasanya sudah menghilangkan sebagian hidupnya hanya untuk melupakan kenangan yang mereka berikan kepada Raden.

"Nangis?! NANGIS KAMU HAH?! PERCUMA KAMU NANGIS! AIR MATA MU ITU TIDAK AKAN MEMBUAT AFFAN DATANG KE SINI SIALAN!"

"SEHARUSNYA SAYA TIDAK MENGINCARMU, SEHARUSNYA YANG ADA SI SINI SEKARANG ITU CALVIN ATAU TARA BUKAN KAMU SIALAN!"

Dia memukul tubuh Raden membabi buta, seolah tidak mengijinkan untuk Raden menghirup udara sebentar pun. Dia mengambil salah satu pisau tumpul dari meja, mengarahkan pisau itu ke paha Raden, dan perlahan pisau itu menusuk paha Raden. Raden tidak berteriak kesakitan, dia hanya menggigit bibir bawahnya ketika merasakan rasa sakit yang luar biasa ketika pisau itu mengiris dalam pahanya.

Dia mencabut pelan pisau yang menusuk paha Raden, kini dia menatap tangan atas milik Raden, di sana dia kembali mengiris tangan Raden menggunakan pisau tumpul itu.

"Aakhh"

"Bersuara lagi! Bersuara lagi saya suka suara kesakitan mu!"

"AAAAAAAAAAAKKKKKKK, BUNUH GUE SEKARANG JUGA ANJING! GUE UDAH GAK PEDULI SAMA MEREKA! GUE UDAH GAK PEDULI SAMA HIDUP GUE! GUE CUMA MAU TENANG!"

Bughh

Bughh

Bughh

Bughh

Uhuk
Uhuk
Uhuk

"Oh dengan senang hati saya akan mengabulkan permintaan mu, lagian percuma saya menyekap sampah seperti kamu di sini! Tidak ada gunanya sama sekali!" Dia mengambil sebilah pisau tajam yang sudah dia persiapkan tadi. Pisau yang mengkilap itu melayang di udara dan

Jleb

"Tepat sasaran!"












____________________________________

Anjir mati

Pacar ku satu satunya jadi ubi

RADEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang