49

1.1K 50 0
                                    


Ilham menunggu di depan ruang ICU sendirian dengan perasaan yang campur aduk. Cemas, khawatir, dan takut jika Raden akan benar-benar menyerah.

Tadi Raden sudah benar-benar di nyatakan meninggal oleh polisi, tapi ketika petugas ambulans datang dan melihat kondisi Raden ternyata Raden belum meninggal, dia tidak bernafas karena tulang rusuknya ada yang patah sehingga Raden kesusahan untuk bernafas.

Beberapa jam kemudian dokter belum juga keluar, Ilham sudah merasa takut bahkan dia sempat menangis sangking takutnya, sudah ada beberapa dokter dan suster yang keluar masuk ruangan Raden, tapi mereka masih belum memberikan kabar kepada Ilham.

"Ilham!"

"Key," Ilham mendekat ke arah Keyala dan langsung memeluk Keyala dengan erat, meskipun ada pak Ikmal di sana Ilham tidak malu dia sudah terlanjur takut Raden kenapa-kenapa.

"Pak!" Seiji berlari tergesa-gesa menghampiri pak Ikmal.

Tadi pak Ikmal sempat menelpon Seiji dan memberi kabar jika Raden kecelakaan dan di bawa ke rumah sakit terdekat, Seiji sudah bilang jika Raden harus di bawa ke rumah sakit tempat dia bekerja, tapi petugas ambulans mengatakan jika tidak akan sempat kalo Raden di bawa ke sana karena harus cepat di tangani.

"Dok, dok, gimana keadaan Adek saya?" Seiji menahan salah satu dokter yang akan masuk ke dalam. Seiji tidak bisa bertindak sesuka hati karena ini bukan rumah sakit tempatnya bekerja.

"Keadaannya masih Kritis, tapi maaf sebelumnya apa pasien menderita penyakit serius?" Tanya dokter itu.

"Dok, pasien mengalami pendarahan," salah satu suster keluar dan memanggil dokter yang tadi berbicara dengan Seiji.

Seiji mengambil hp nya di dalam kantong, dia memutuskan akan menelpon dokter Affan untuk membantunya. Karena se ingat Seiji rumah sakit ini milik teman dokter Affan siapa tau dokter Affan dan temannya bisa membantu Seiji untuk ikut menangani Raden di rumah sakit ini.

Drttttt

"Gimana dok?"

"......"

"Makasih banyak dok, makasih, ya saya akan menunggu di sini."

Akhirnya dokter Affan bisa membantunya, temannya dokter Affan mengijinkan Seiji untuk ikut menangani Raden di dalam, dan sudah meminta ijin pula kepada kepala rumah sakit dan kepala rumah sakit sendirilah yang akan mengantarkan Seiji masuk ke dalam supaya tidak ada pro-kontra.

Di dalam sana, Seiji langsung mengambil alih penanganan Raden, dia sudah tau semuanya jadi Seiji akan berusaha untuk menolong Raden.
_____________

Setelah kondisi Raden membaik, Seiji memutuskan untuk memindahkan Raden ke rumah sakit tempat dia bekerja, alasannya ya biar Seiji mudah untuk merawat Raden.

Ilham juga dari tadi dia ikut terus, di suruh pulang dia tidak mau, dan sekarang dia malah tertidur di kasur sebelah Raden. Orangtuanya pun sudah menyuruh Ilham untuk pulang tapi dia masih kekeh tak ingin pulang, dia ingin menemani Raden di rumah sakit karena Seiji bilang orang tua Raden tidak akan datang.

Seiji saat ini tengah berhadapan dengan dua polisi sekaligus di ruangannya, Seiji di minta keterangan wakil orang tua dari Raden. Untung saja waktu itu Raden sempat memberikan identitasnya kepada Seiji jadi Seiji bisa berbohong jika dia adalah kakak Raden. Dan bilang jika orang tua mereka sudah meninggal, untunglah ke dua polisi itu percaya dengan ucapan Seiji.

Setelah beberapa saat di interogasi ke dua polisi itu pergi, dan akan kembali lagi ketika Raden sadar untuk di mintai keterangan. Dan untuk pemilik mobil yang menabrak Raden sudah meminta maaf dan mengganti rugi semua kerusakan terutama biaya rumah sakit Raden, meskipun mereka harus kehilangan kakek mereka tapi mereka mengaku bersalah dan mau bertanggung jawab.

Dengan lapang dada Seiji tidak melaporkan mereka ke kantor polisi. Karena Seiji tau mereka jauh lebih terpukul karena kehilangan salah satu anggota keluarga mereka.

Setelah itu, Seiji memutuskan untuk ke ruangan Raden, kebetulan juga waktu bekerjanya sudah habis dan kini tinggal menunggu Raden.

Tapi ketika di lorong Seiji bertemu dengan pak Ikmal dan juga seorang pria berjas berwarna hitam berjalan berdampingan.

"Dok," pak Ikmal mengulurkan tangan kepada Seiji, dan di balas oleh Seiji.

"Pak ini dokter Seiji yang menangani Raden," ucap Pak Ikmal.

"Terimakasih telah menolong murid saya," ucap pemilik sekolah. Dan hanya di balas anggukan saja, entah kenapa dengan cara bersalaman saja Seiji merasakan ada yang aneh dengan orang ini.

"Gimana keadaan Raden dok?" Tanya pak Ikmal langsung.

"Masih dalam pantauan petugas medis pak," ucap Seiji.

"Ah begitu ya,"

"Gimana pak? Mau liat Raden dulu atau langsung pulang saja?" Tanya pak Ikmal.

"Jika menjenguk sekarang pun percuma, kita tidak di perbolehkan masuk?" Ucap pemilik sekolah.

"Kalo begitu mari."

Seiji menatap heran orang itu, belum bertanya sudah menyimpulkan hal yang dia sama sekali tidak tau. Jika tidak boleh masuk lah terus Ilham ngapain tidur di kamar rawat Raden?

Seiji menggelengkan kepalanya dan melanjutkan langkahnya ke ruangan Raden, semoga saja malam ini Raden siuman. Jika tidak Seiji akan membawa Raden kembali ke ruang ICU, karena penyebab Raden belum sadar hingga saat itu bukan cuma karena kecelakaan saja tapi penyakitnya pun yang membuat Raden belum sadar.

Clekk

Seiji masuk ke dalam, dia membuka jas kebanggaannya, pergi ke toilet terlebih dahulu untuk membersihkan tubuhnya. Setelah selesai dia duduk di sofa yang di sediakan di sana memandang Raden yang masih terbaring di atas ranjangnya.

Malam ini Seiji memutuskan untuk bergadang menjaga Raden, perasannya tidak tenang takut jika malam ini Raden tidak bangun, semoga saja Raden akan terbangun malam ini juga.

"Huh...." Seiji lupa jika masih ada satu orang lagi yang berada di ruangan ini.

"Bangun, makan dulu," Seiji menggoyangkan tubuh Ilham.

Ilham yang merasa ganggupun membuka matanya perlahan, ah sepertinya Ilham kebablasan hingga di bangunkan seperti ini.

"Cuci muka terus cari makanan sana," ucap Seiji, dan di angguki oleh Ilham.

Seiji berjalan ke arah Raden dia memeriksa keadaan Raden, ketika dia melihat infusnya tiba-tiba Raden mengalami kejang-kejang yang hebat, Seiji dengan cekatan langsung memberikan pertolongan.

Karena kewalahan Seiji akhirnya memanggil perawat, dan juga memanggil dokter Affan untuk membantunya, mesipun tak enak tapi ini dalam keadaan darurat.







____________________________________

RADEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang