48

1.3K 60 0
                                    


"Akhirnya Lo balik juga Raden," ucap Gaza.

"Ya sorry bang, akhir akhir ini gue banyak kerjaan jadi lupa buat pulang."

"Oh ya, gue hampir lupa sangking asiknya ngobrol sama Lo," Gaza menepuk pundak Raden pelan.

"Gini den, kemarin malam bos geng motor kita udah balik lagi, dan gue ceritain Lo ke dia, kayaknya dari cerita gue dia srek sama Lo, terus gue ajuin aja sama dia biar Lo gabung sama geng motor kita gimana dan dia setuju, sekarang tinggal persetujuan sama Lo, Lo mau atau gak?" Tanya Gaza serius.

"Makasih banyak bang Lo udah nawarin gue buat gabung sama geng motor Lo, tapi sepertinya gue gak bisa bang."

"Kenapa?"

"Gue masih sibuk sama urusan gue, kerjaan gue dan lain hal nya, bahkan setiap hari gue keteteran sama semua itu, apalagi kalo gue masuk geng Lo, entar di sana gue cuma jadi pengganggu aja."

"Lo kerja di mana? Kerjanya sampe jam berapa emang?"

"Gini aja ya bang, Lo bayangin pagi sampe sore gue sekolah, pulang sekolah sampe malam gue kerja di cafe, terus pulang kerja gue ngerjain tugas sekolah mesipun jarang gue kerjain sih karena kan Lo tau sendiri suasana cafe gimana  kadang sepi kadang rame juga, jadi kayaknya gue gak cocok kalo harus gabung sama geng motor Lo."

"Ribet juga ya jadi hidup Lo, emang gak capek apa setiap hari kerja?" Tanya Gaza.

"Ya capek sih bang, tapi ya mau gimana lagi kalo gue gak kerja dari mana gue bayar SPP tuh sekolah elit, bayar kostan, buat makan dari mana kalo gak kerja,"

"Belum lagi gue harus bulak balik rumah sakit, dan Nebus obat." Lanjut batin Raden.

"Yah gimana dong, padahal nih ya bos kita itu udah srek sama Lo."

"Makasih ya bang, tapi nanti kalo gue udah di angkat jadi anaknya sultan gue pastiin gue bakalan terima tawaran Lo," ucap Raden dengan cengengesan.

"Yeh kampret, kalo gitu sih gue juga mau."

"Huh... Coba aja kalo gue masih punya orang tua, pasti hidup gue gak gini gini amat," ucap Raden, hatinya begitu sakit ketika mengingat banyak sekali anak yang beruntung yang masih mempunyai orang tua, se seandainya Raden seberuntung itu.

Gaza di buat terdiam, dia masih mempunyai orang tua tapi Gaza memutuskan untuk mencoba mandiri dengan hidup di kosan sendirian, meskipun mereka masih memberikan Gaza pasilitas seperti uang bulanan, motor, dan mobil.
____________

Hari Rabu yang cerah. Hari ini Raden memutuskan berangkat sekolah lebih awal. Semenjak bangun tidur tadi suasana hati Raden sedang gembira, entah mimpi apa yang membuatnya seperti ini.

Sembari mendengarkan lagu kesayangannya, Raden mengendarai motor dengan santai.

"Kok hari ini rasanya beda ya?"Batin Raden.

Di saat mengendarai Raden melihat nenek-nenek yang kesusahan membawa batangnya di tengah jalan ketika ingin menyebrang. Dengan senang hati Raden turun dari motor dan membantu nenek itu membawa barang-barang yang beliau bawa.

Setelah itu dia kembali ke kotornya dan melanjutkan perjalanannya ke sekolah, tinggal satu belokan lagi Raden sudah sampai di sekolahnya.

Namun sayang Raden terlalu fokus dengan musik yang di dengarnya hingga dia tidak menyadari jika ada mobil yang melaju kencang berlawanan Arah dengannya. Hingga beberapa detik kemudian kecelakaan itu tidak bisa terelakan, Raden dengan motornya itu melayang jauh beberapa meter dari tempat kejadian dan mobil yang menabraknya itu sudah tak berdaya menabrak tembok pembatas jalan dan sekolah.

(Kalian ngerti gak? Ya gitu lah intinya si mobil yang nabrak si Raden tuh nabrak tembok sekolah)

Semua yang ada di sana menjerit kaget dan ketakutan ketika suara dentuman keras yang berasal dari kecelakaan antara mobil dan motor. Warga langsung berkerumun di lokasi kejadian, tidak ada yang berani mendekat ke karena sepertinya kondisi Raden yang tergeletak di aspal cukup parah dan mobil itupun sepertinya menelan korban jiwa.

"Ternyata ini," Raden sudah tidak berdaya, seluruh tubuhnya sakit dan sangat sulit untuk di gerakan, kepalanya juga begitu sakit hingga rasanya Raden tidak sanggup untuk membuka matanya.

Dia hanya berharap, ada yang menolongnya saat ini.

Seluruh siswa siswi di sekolah itu berhamburan keluar untuk melihat apa yang terjadi, dan mereka juga sepetinya kaget karena ternyata korbannya itu siswa di sekolah mereka.

"Itu buka helmnya pak!" Ucap salah satu warga melihat Raden yang tergeletak tanpa ada orang yang membantunya.

"Kayaknya dia sudah meninggal Bu, lebih baik kita tunggu saja petugas ambulans dan polisi datang."

"Iya kayaknya dia udah meninggal."

Beberapa mobil polisi sudah datang ke lokasi kejadian, mereka langsung bertugas untuk mengamankan lalu lintas dan sebagainya, terutama melihat kondisi korban, yang tak lain dan tak bukan itu ad
Alah Raden.

"Dia sudah tidak bernafas," ucap salah satu polisi.

"Tutup saja pake koran dulu pak," ucap rekannya.

Ilham, dia terdiam di tempat, dia ikut berlari ke luar ketika semua siswa siswi keluar, tapi dia tidak bisa berkata apapun lagi, badannya seperti mati rasa ketika melihat Raden sudah tergeletak di sana.

"Gak, gak, gak mungkin," Ilham berlari menerobos para polisi yang bertugas di lokasi kejadian, dia membuang semua koran yang menutupi tubuh Raden.

"Raden," lirih Ilham melihat wajah Raden yang sudah pucat pasi.

"Pak ambulans mana pak?! Cepet temen saya harus di bawa ke rumah sakit!" Teriak Ilham histeris di samping tubuh Raden.

"Mohon tenang dek, kami akan segera membawa jenazah teman anda ke rumah sakit."

"JAGA OMONGAN BAPAK! TEMAN SAYA BELUM MENINGGAL! DIA MASIH HIDUP!"

"Dek mohon tenang dan sabar," salah satu polisi menahan tubuh Ilham yang akan memeluk tubuh Raden yang sudah berlumuran darah.

Ilham menangis histeris, bahkan beberapa polisi udah mencoba untuk menahan Ilham, menjauhkan Ilham dari Raden tapi Ilham memberontak dia terus meronta dan meminta petugas untuk melepaskannya.

Mata Raden melihat ke belakang, mobil itu, mobil itu yang sudah menabrak Raden, dia sudah kehilangan akal. Ilham mendekat ke arah korban yang sudah di keluarkan dari mobil, Ilham menarik bapak-bapak yang masih dalam kondisi sadar untuk berdiri dan memukul dia menendangnya hingga tak berdaya.

"LO UDAH BUNUH TEMEN GUE! LO UDAH BUNUH TEMEN GUE! TANGGUNG JAWAB ANJING!"










____________________________________

RADEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang