25

1.7K 66 0
                                    

Hari Senin, tepat setelah tiga hari di rawat di rumah sakit kini Raden sudah kembali bersekolah lagi. Seharusnya dia masih ada di rumah untuk istirahat total, tapi bukan Raden namanya jika dia tidak keras kepala.

Setelah selesai upacara, Raden masuk ke kelasnya dan memainkan hp nya. Hidupnya terlalu monoton, tidak ada hal yang begitu menarik, Raden sangat bosan dengan suasana seperti ini. Raden ingin keluar dari zona seperti ini, tapi apakah bisa? Apakah Raden mampu menemukan jalan keluar dari zona yang monoton ini.

Jika tidak bisa bagaimana? Jika sang maha kuasa tidak berkehendak bagaimana? Apa lagi yang harus Raden lakukan untuk mencari jalan keluarnya? Apakah dia harus mengakhiri hidupnya sendiri, atau menunggu sang malaikat menjemputnya.

"Hah....," Raden menghembuskan nafasnya kasar, dia menatap sekeliling kelasnya yang begitu ramai sekali. Raden iri dengan mereka yang bisa berbaur satu sama lain, Raden ingin berada di antara mereka tapi apakah bisa? Apakah mereka bisa menerima Raden sebagai teman mereka, dan bermain bersama mereka.

Halu! Setiap hari Raden selaku menepis khayalan nya itu jauh-jauh, dia mencoba untuk menyamankan dirinya sendiri. Mencari ketenangan sendiri sampai dia berteman dengan takdirnya yang begitu kejam. Hanya ini yang bisa Raden lakukan demi tidak mengakhiri hidupnya atau usaya Raden supaya tidak di seret ke rumah sakit jiwa.

Dari luar memang Raden itu terlihat sangat sehat, dan terlihat sangat baik-baik saja, seperti tidak ada masalah ataupun beban hidup yang dia pikul, tapi jika kalian tau lebih dalam tentang Raden, anak itu jauh lebih hancur fisik maupun batinnya.

Di tinggal kedua orang tua dan saudaranya bukan lah hal yang mudah Raden lupakan. Bertahun-tahun Raden berjuang hidup sendirian di luaran sana, mencari uang demi sesuap nasi, pindah kontrakan dari sana ke sini Raden lakukan demi bertahan hidup, dan mewujudkan cita-cita nya yang telah lama tertanam. Dokter, yah anak berandalan seperti Raden ini juga punya  cita-cita menjadi seorang dokter yang hebat.

"Selamat pagi anak-anak," seorang guru cantik masuk ke kelas mereka membuat satu isi kelas sontak terdiam dan kembali ke bangkunya masing-masing.

"Baik, karena hari ini ibu ada tugas lain jadi sebagai gantinya ibu minta kalian untuk mengerjakan soal yang di halaman 157, dan harus selesai sekarang, paham!" Ucap ibu guru.

"Paham!" Ucap semuanya.

Setelah guru itu kembali keluar, jangan harap jika kelas akan tenang dan mengerjakan tugas yang guru tadi berikan. Kini mereka kembali ricuh karena mereka menemukan surga anak sekolah, apa lagi jika bukan jamkos.

Raden lagi-lagi hanya menghela nafasnya. Karena bosan Raden lebih memilih menyimpan kepalanya di atas lipatan tangan, menghadap jendela yang memperlihatkan langit biru ciptaan tuhan.

"Gak bosen Lo dari tadi diem Mulu?"

Raden mengangkat kepalanya ketika ada yang menepuk pundaknya dan sepertinya berbicara dengannya, karena hanya Raden yang hanya diam di bangkunya dengan tenang.

"Seharusnya gue yang nanya, emang Lo gak capek apa dari tadi lari-lari kaya anak SD, mana di kelas orang lagi" ucap Raden, kepada Ilham.

"Nggak, malahan seru kalo main sama mereka."

"Ya udah sana main lagi lah, jangan ganggu gue," Raden kembali menelungkapkan kepalanya di atas lipatan tangan.

"Ke kantin yuk," ucap Ilham menarik tangan Raden.

"Males, gue mau tidur," Raden menepis tangan Ilham.

"Ya udah gue bawain makanan ke sini, Lo mau makan apa?"

"Gak usah, gue gak lapar," ucap Raden.

"Siomay mau gak?"

"Gak."

"Tahu bulat, cilok, batagor?"

"Gue bilang gak mau ya gak mau," ucap Raden dengan sedikit menaikan nada bicaranya.

"Baso, ah kayaknya Lo suka sama ba----"

Bughhh

"GUE BILANG GAK MAU ANJING!" Raden berhasil memukul wajah Ilham dengan keras sehingga Ilham pun tersungkur ke lantai. Se isi kelas terdiam.

Ilham hanya meringis dan tersenyum secara bersamaan, dia tidak marah, apalagi membalas pukulan Raden. Ilham bangkit dan memegang pundak Raden, sedikit menekan pundak Raden supaya duduk di bangkunya setelah itu dia pergi ke luar kelas.

Se isi kelas masih diam menatap Raden, dan Raden yang di tatap seperti itupun malah menambah marah dan bergegas pergi saja dari kelas.
__________

"Key!"

"Mau kemana?" Tanya Keyala ketika Raden berjalan berdampingan dengannya.

"Jalan-jalan, suntuk di kelas Mulu," ucap Raden.

"Lo mau kemana?"

"Gue mau ke ruangan OSIS," ucap Keyala sembari menunjukan proposal yang dia pegang.

"WOY!"

"Kuncrut!"

"Apaan si Lo! Kalo gue sama dia jantungan gimana?" Ucap Keyala kepada Ilham yang mengagetkan mereka berdua.

"Untung jantung gue gak pindah tempat," ucap Raden sembari mengusap dadanya.

"Jantung Lo mah gak bakalan pindah tempat, kalo otak Lo gue yakin udah pindah ke dengkul dari jaman orok," ucap Ilham dengan gelak tawa khasnya.

"Setan Lo!" Raden menoyor kepala Ilham, sedangkan anak itu hanya cengengesan saja. Tadi ketika Raden memukul pipinya dia hanya tersenyum, dan sekarang Raden bermain kasar lagi dia hanya cengengesan.

"Udah-udah jangan ribut, kalian tunggu di sini, gue mau masuk dulu," ucap Keyala.

Raden dan Ilham hanya diam di depan pintu, mereka sedang menunggu Keyala keluar dari ruang osis.

"Apa Lo liat-liat?" Tanya Raden ketika dia memergoki Ilham yang menatapnya, seketika buku kuduk Raden berdiri jika berlama-lama berdekatan dengannya.

"Cantik," lirih Ilham, namun Raden mendengarnya, tentu saja dia sangat syok dengan ucapan Ilham. Dari sekarang, Raden tau jika Ilham itu tidak waras, alias otaknya sengklek, Ilham sudah belok terus sasarannya Raden. Sungguh mengerikan sekali.

"AAAAA ILA, SI ILHAM BELOKKK!" Raden ngibrit berlari masuk ke dalam ruang osis sembari berteriak.

"Ila, Ila, Ila bantuin gue pliss," Raden bersembunyi di belakang Keyala, tapi matanya ngintip ke pintu takut jika Ilham mengikutinya terus menculiknya, nanti jika Ilham grepe grepe dia bagaimana dengan masa depannya.

"Apa sih Den, gak jelas ih, lepasin," Keyala mencoba melepaskan tangan Raden yang memegang pundaknya.

"Lo tau! Lo tau kalo si Ilham ternyata belok anjir," ucap Raden.

"Ngaco lo!"

"Ih gue beneran Ila, gue gak bohong, tadi dia bilang kalo gue cantik, sumpah gue takut banget Ila," ucap Raden.

"Hah!" Keyala malah ikutan panik dan syok sekali ketika mendengar penjelasan Raden.

"Woy jangan ngadu macem-macem ya!" Ucap Ilham menunjuk Raden.






____________________________________

Hari yang sepesial buat aku yey....

Tapi ada sedihnya sih

Gpp lah ya

Kita buat kado ultah masing-masing aja ygy, se mandiri itukah akuh:)

By by jangan lupa VOTE dan KOMEN yang banyak, aku tunggu ya.

RADEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang