45

1.3K 55 0
                                    


"Gila banget tuh guru baru! Untung gue strong," ucap Raden sembari menunjukan otot lengannya.

"Iya in, udah sekarang kamu masuk, dan buat hari ini dan besok kamu jangan buat ulah, karena hari ini sampai besok saya ada tugas di luar sekolah mungkin lusa saya ngajar lagi."

"Oh berarti kalo ada bapak saya boleh bikin ulah, kalo tidak ada papak saya gak boleh bikin ulah, oh baiklah."

"Tidak! Tidak seperti itu, maksud saya---"

"Katanya ada tugas, udah sana ngapa sih pada nempelin saya Mulu gak bapak, gak si Seiji, gak bang Fito gak si Arik semuanya nempelin saya! Emang saya apaan!"

"Saya nempelin kamu itu karena saya peduli sama kamu, saya gak mau terjadi sesuatu sama kamu."

"Saya bukan anak kecil, ya Allah," Raden mengusap wajahnya secara kasar.

"Ya sudah saya pergi dulu, ingat jangan buat ulah lagi," ucap pak Ikmal.

Raden tidak peduli, dia masuk ke dalam kelasnya dan langsung mendapatkan tatapan yang berbeda-beda dari teman sekelasnya ada yang menyapanya benci, kasihan, marah, dan yang lainnya, yang penting Raden tidak peduli.

"Raden."

"Sa?" Raden melihat siapa yang memanggilnya.

"Makasih," ucap teman Raden.

"Buat?" Ucap Raden.

"Gue gak tau harus ngapain kalo gak ada Lo, gue ngucapin terimakasih banyak sama Lo karena waktu itu Lo udah ngebantuin gue."

"Sama-sama," ucap Raden. Tapi para Raden seketika turun ke bawah dan melihat perut temannya itu, menaikan alisnya seolah bertanya.

"Gak papa, cepat atau lambat gue mutusin bakalan keluar dari sekolah dan gue sepertinya bakalan fokus ke dia."

"Orang tua Lo?"

"Mereka udah maafin kesalahan gue, dan mereka juga Nerima dia."

"Syukur kalo gitu. Eh btw gue denger-denger ada tuh sekolah yang bisa ituh, kalo Lo mau entar gue cari deh info nya lagi biar lebih jelas."

"Gak usah den, makasih, udah di tolongin sama Lo waktu itu aja gue udah makasih banget, gue jadi gak enak kalo Lo ngelakuin itu."

"Ya gak papa lah, gue ikhlas kok bantuin Lo. Lagian gue juga kasian sama dia, gue gak mau ya nanti dia jadi kaya gue, dan gue doa in supaya dia gak kaya gue, dan Lo juga harus janji sama diri Lo sama dia juga kalo apapun keadaannya apapun kondisi Lo, Lo harus ada di samping dia."

"Gue janji, gue janji bakalan jaga dia semampu gue."

"Jangan di titipin inget, dia bukan barang, Lo harus jaga dia."

"Gue janji."

"Ya udah sana balik lagi ke bangku Lo," ucap Raden.

Sasa tidak pernah membayangkan jika hal ini akan terjadi, Raden yang dia kenal berandalan itu ternyata mempunyai hati bak malaikat, Raden yang sudah menemani dia ketika dia sedang merasa di bawah.
_________

"Bang,"

"Apaan?"

"Bang punya kerjaan yang lain lagi gak?"

"Maksud lo cil?" Fito menatap Raden dengan tajam dan penuh tanda tanya, untuk apa Raden menanyakan pekerjaan lain lagi? Apa gaji bekerja di cafe nya kurang banyak.

"Ya maksud gue tuh Lo masih punya kerjaan lain gak selain di cafe ini."

"Buat apaan lagi sih? Gaji nya kurang? Mau di tambahin berapa hah?"

"Bukan soal gaji bang, ini soal kerjaan."

"Ya kerjaan apa, Lo aja di ini dari pulang sekolah sampe malam, gimana mau kerja part time?"

"Ya kan bisa abis kerja di cafe terus kerja yang lain lagi gue butuh banget kerjaan bang."

"Sekarang gue nanya sama lo cil, uangnya buat apa hah?" Tanya Fito yang sudah mulai curiga.

"Buat bayar utang, gue gak enak bang sama temen gue, dia udah bayarin uang SPP gue lima bulan ke depan, terus dia juga udah bayarin uang kosan gue selama setahun."

"Sultan banget temen lu cil? Siapa sih?"

"Jangan ngalihin pembicaraan deh bang, gimana kerjaannya ada gak?"

"Ada."

"Apaan?"

"Lo jadi Adek gue, udah cukup, gue bakalan bayarin utang Lo, terus setiap hari gue bakalan ngasih uang jajan sepuluh juta, fasilitas seperti motor mobil dan yang lainnya gimana?"

"Ya jangan yang itu juga bang, mana mungkin gue jadi Adek Lo!"

"Di dunia ini gak ada yang gak mungkin, gimana Lo mau jadi Adek gue gak?"

"Gue gak minat makasih," ucap Raden, dia kembali bekerja lagi dari pada harus meladeni omongan Fito yang di luar nalar.

"CIL SEPULUH JUTA SETIAP HARI!"

"GAK!"Balas Raden dengan teriakan.

"DUA PULUH LIMA JUTA SETIAP HARI!"

Pegawai maupun pengunjung di cafe ini seketika terdiam mendengar suara melengking bersahutan milik Raden dan Fito.
__________

Raden berjalan lesu di dalam kostan nya, hari ini Raden merasa sangat capek sekali padahal di cafe tadi tidak terlalu banyak pengunjung. Apa mungkin karena tadi dia di hukum berjemur. Sepertinya tidak mungkin, biasanya Raden di hukum keliling lapangan juga dia masih ceria.

Karena malas untuk hanya sekedar ke kamar mandi, Raden langsung menidurkan tubuhnya di atas kasur setelah mengganti seragam sekolahnya.

Raden merasa capek, iya. Tapi kenapa dia susah tertidur, jantungnya malah berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Raden mengubah posisi tidurnya beberapa kali tapi masih tetap tidak ada tempat yang nyaman.

Dan pada akhirnya Raden hanya pasrah, dia membuka matanya dan menatap plafon kosannya. Ini yang sangat Raden benci, susah tertidur, padahal dia merasa capek, dan pada akhirnya dia bergadang dengan pikiran yang berkeliaran kemana-mana, hingga pagi Raden harus berangkat sekolah dengan tubuh yang lemas.

Seperti sekarang, dia melamun sendirian membayangkan jika sekarang dia berada di sisi keluarganya, tersenyum bersama, bermain bersama. Dari kecil, dari kecil Raden mengharapkan hal ini, terlihat sangat mudah tapi ternyata tidak se mudah yang kita bayangkan.

Tepat pukul dua belas malam, sekarang Raden malah merasa takut, takut jika jantungnya yang berdetak dua kali lipat sekarang tiba-tiba berhenti.

Tangannya meraba dadanya, entah di sadari atau tidak air matanya kini telah terjun membasahi wajahnya.

Raden sendirian, Raden butuh mereka saat ini, entah sampai kapan Raden akan bertahan seperti ini sendirian, entah sampai kapan Raden akan melihat dunia ini Raden tidak tau. Raden tidak butuh uang, Raden gak perlu harta yang melimpah yang Raden inginkan hanya mereka yang ada di samping Raden saat ini hingga waktunya habis nanti.

Hingga pagi pun tiba Raden masih setia menatap plafon, jam sudah menunjukkan jam tujuh pagi dan Raden baru beranjak dari kasurnya, mandi, setelah itu dia langsung berangkat ke sekolah tanpa sarapan.

Ya seperti itulah Raden, hidup sendirian, tidak ada yang mengurusnya ketika sakit, mencari uang sendiri untuk bertahan hidup, bahkan Raden tidak punya teman satu pun, Raden benar-benar sendirian selama ini sebelum ada Keyala teman kecilnya dulu, Ilham yang sepertinya mendekati Raden karena dia belok, pak Ikmal yang tiba-tiba care kepadanya, dan Seiji ya sepertinya dia dekat dengan Raden karena kasihan, itu makannya Raden tidak terlalu menaruh harapan kepada Seiji.









____________________________________

RADEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang