30

1.6K 59 0
                                    

Sudah setengah jam berlalu pak Ikmal memperhatikan Raden berenang bulak-balik, bahkan dari tadi pak Ikmal terus mengomel karena Raden tidak mendengarkan perkataannya.

"Lebih cepat Raden, lebih cepat, kamu ini! Liat kamu berenang ke tengah kolam aja nggak loh!" Ucap pak Ikmal.

"Ya sabar pak, kan saya gak bisa berenang," ucap Raden.

"Gini deh, Sekarang kamu berenang dari sini ke ujung sana terus balik lagi ke sini, kalo kamu berhasil hukuman kamu saya akhiri," ucap pak Ikmal. Dan diangguki oleh Raden.

Sebelum meluncur Raden terdiam sejenak, entah kenapa kepalanya terasa berputar, dan juga dadanya yang terasa sesak.

"Ayo!"

Byurr

Raden memaksakan dirinya untuk berenang, dan menyelesaikan tugasnya.

Dan setelah selesai berenang, pak Ikmal menyuruh Raden untuk mengganti pakaiannya dan dia akan menunggu di luar saja.

Tak lama kemudian Raden sudah kembali dengan seragam sekolahnya, meskipun ada yang berbeda karena rambut Raden yang masih basah.

"Ikut saya," ucap pak Ikmal, Raden tidak berkata apapun, dia hanya mengikuti langkah pak Ikmal saja.

Ternyata pak Ikmal membawa Raden ke kantin, bahkan dia memesankan bakso dan juga air hangat untuknya.

"Makan lah sebelum masuk ke kelas," ucap pak Ikmal.

"Makasih," Raden menyantap bakso yang di pesankan pak Ikmal tadi, tapi dia menyisihkan bawangnya karena Raden itu sangat alergi dengan yang namanya bawang.

"Kenapa bawangnya di buang?" Tanya pak Ikmal.

"Alergi," ucap Raden, pak Ikmal hanya mengangguk.

"Ingat ya, kalo kamu buat kesalahan lagi saya kasih hukuman kamu untuk berenang lag---"

Srekk
Srekk
Srekk

"Bapak terlalu bersisik," ucap Raden dengan kepala yang menunduk dan tangan yang memegang tisu pemberian pak Ikmal.

"Bukan bapak yang berisik, tapi kamu yang gak bisa jaga kesehatan, liat sekarang kamu mimisan kan?"

"Ya mimisan lah orang bapak nyuruh saya berendam di air setengah jam!" Omel Raden.

"Terserah kamu lah, cepat habiskan."

"Dih gak mau tanggung jawab!" Dumel Raden.

"Kalo bapak gak mau tanggung jawab bapak gak akan tuh ngasih kamu makanan hangat ini."

"Iya in deh biar cepet."

Pak Ikmal hanya diam saja memerhatikan Raden yang menekan baksonya padahal di hidungnya masih tersumpal tisu untuk memberhentikan darahnya.

Setelah acara makan di kantin tadi, pak Ikmal menyuruh Raden untuk kembali ke kelasnya. Meskipun ada sedikit perdebatan di antara mereka karena Raden yang memaksa pak Ikmal untuk mengantarkannya ke kelas, jika tidak bisa saja Raden di beri hukuman yang lebih berat lagi oleh guru yang mengajar. Jadi mau tidak mau pak Ikmal mengantarkan Raden ke kelasnya.

Awalnya pak Ikmal tidak percaya jika guru lain bisa memberikan hukuman lebih berat dari guru BK tapi setelah mendengar secara langsung bagaimana si guru itu malah menyuruh Raden untuk keliling lapangan hingga guru itu menyuruh Raden berhenti. Raden menolak karena dia pikir pak Ikmal ikut masuk ke dalam kelas tapi ternyata tidak sama sekali pak Ikmal malah diam di luar mendengarkan semua perintah atau bisa di bilang hukuman untuk Raden.

Pak Ikmal tidak tinggal diam, dia langsung masuk ke kelas dan membela Raden tentunya, dan menjelaskan penyebab Raden tidak masuk kelasnya.

"Ya sudah, saya minta maaf, kamu boleh duduk lagi," ucap gitu itu sembari memutarkan bola matanya.

"Okey, makasih," Raden cengengesan karena dia merasa senang di bela pak Ikmal.

"Maaf karena saya menganggu waktu pembelajaran ibu, kalo gitu saya permisi Bu," ucap Pak Ikmal berpamitan.

Setelah pak Ikmal pergi, sang guru langsung melanjutkan lagi pembahasannya, bahkan dia tidak menghiraukan Raden yang tidak mengerti dengan pembelajaran yang sedang di bahasnya. Raden juga sangat malas untuk bertanya yang ada masalahnya semakin rumit.

Raden tidak memperhatikan apa yang di bahas sang guru, dia asik memandangi langit yang berwarna biru.

Tak lama kemudian dia melihat satu pesawat yang terbang di atas sana.

"Dasar orang kaya, sombong amat, liat aja kalo gue udah jadi orang kaya gue bakalan beli pesawat pribadi."

"Lagian tuhan kenapa sih menciptakan takdir gue gini-gini amat, udah miskin, sebatang kara lagi, parah banget."

"Eh gak boleh ngeluh entar di pecat sama Allah dari dunia."
_____________

Sepulang sekolah, Raden langsung ke cafe Fito untuk bekerja. Hari ini hari di mana dia akan menerima gaji yang ke sekian, jadi harus semangat dan tidak boleh membuat kekacauan yang ada entar gajinya di potong, meskipun Raden yakin Fito tidak akan melakukan hal kejam seperti itu.

"Kucrit, sini dulu," nah kan baru saja di bicarakan Fito sudah memanggil Raden, ya memang se sepesial itu Raden untuk Fito.

"Ada apa bang?"

"Lo masih di kosan itu?"

"Iya bang, emangnya kenapa? Lagian di sana banyak remaja sekolah kok, jadi aman lah."

"Aman menurut Lo, tapi nggak buat gue."

"Pindah aja, gue cariin kosan yang lebih baik deh, terus entar gue kasih dp buat setahun dulu ya."

"Bang, Lo udah banyak banget ngebantu gue, makasih banyak, tapi lebih baik gak usah bang, gue masih nyaman kok di sana."

"Crit, ayolah Lo ikutin kata-kata gue ya, pindah dari sana."

"Apaan sih bang, udah lah gak usah segitunya kan gue juga udah bilang di sana banyak yang masih sekolah SMA bahkan yang kuliah juga ada apalagi Bang Gaza----"

"Stop! Gue gak mau tau, pulang sekarang juga, beresin barang-barang Lo terus kita cari kosan yang lain, kalo perlu Lo tinggal sama gue."

"Gak bang, sayang uang gue nanti! Belum juga sebulan!" Ucap Raden.

"Persetan sama uang Lo, gue bisa gantiin sepuluh kali lipat!"

"Kok Lo gitu sih bang! Dah lah males," Raden pergi dari hadapan Fito. Selain kesal karena ulah Fito, Raden juga malu karena semenjak ngobrol bersama Fito, dia menjadi tontonan para pekerja di sini. Bahkan mereka memberikan tatapan tak suka.










____________________________________

Akhirnya aku bisa up lagi

Sebenernya udah gatel pengen up dari beberapa hari yang lalu, tapi ya gitu lah ya

Jangan lupa VOTE dan KOMEN aku tunggu yaaa

RADEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang