0 7 || Lorong Kamar Mandi

257 20 6
                                    

HAYII😙 WELCOME BACK IN MY UNIVERSE🌏
SELAMAT MEMBACA KESAYANGANKUU🍓

🕊️🕊️🕊️

Terik matahari menyengat dua kali lipat dari biasanya, membuat kelopak berbola mata gelap itu menyipit. Menghindari sengatan hangat itu. Hawa panas membuat kancing bajunya sengaja ia buka beberapa, dengan dasi yang entah kemana hilangnya. Juga almamater berwarna biru tua tersampir di pundak kirinya. Penampilan yang sama sekali tidak mencerminkan ketua OSIS SMAN 1 Patriots.

Kaki kekarnya berjalan dengan tegap, beriringan dengan kaki jenjang yang mulus. Berdiri disampingnya seorang gadis berambut sebahu, seragamnya rapi. Berbanding terbalik dengan Reiga. Ia membawa beberapa map berisi kertas-kertas, hasil rapat OSIS tadi. Perkenalkan, sekretaris OSIS SMAN 1 Patriots yaitu Amelia Sondra.

"Reiga," panggilnya menghentikan langkah mereka. "Gue bisa ke toilet dulu nggak?"

"Nggak lama kan?"

"Enggak. Atau lo mau ke ruang pembina duluan?"

"Gue tungguin depan toilet."

Amelia memberikan anggukan. Kemudian kaki keduanya berbelok, mengganti arah tujuannya. Tujuan awal ingin bertemu pembina OSIS. Namun, Amelia merasa harus mampir toilet dahulu. Sebab, panggilan alam.

Reiga memaklumi, dengan santai menunggu di depan toilet perempuan. Mulutnya bersenandung kecil. Matanya menatap sekeliling, beberapa siswi terlihat menyapanya dengan berbagai ekspresi, ada juga yang terang-terangan mencari perhatiannya. Reiga balas tersenyum lebar sesekali terkekeh kecil.

"HEY!"

Gema suara nyaring masuk begitu keras melalui gendang telinga Reiga. Kepalanya berputar, menelusuri sumber suara tersebut. Kedua matanya menyipit, memperhatikan lorong toilet perempuan. Diperhatikan nya beberapa orang yang ada disana, meneliti apa yang sedang terjadi.

"KURANG AJAR! JADI ORANG KOK SUKANYA MEMBULLY!"

Reiga mengernyitkan keningnya, "suara kunyuk itu lagi."

Meski hanya terlihat punggung dengan juntaian rambut lurus. Reiga dapat mengenali pemilik teriakan tadi. Gadis yang belakangan ini sering berinteraksi dengannya. Isvara Eira Zelyn.

Di tempat sana, Amanda mengibaskan rambutnya, "aduh! Pahlawan nya datang."

"Kalian semua, nggak pernah sekolah huh? Nggak diajari bagaimana memperlakukan teman dengan baik?"

"Teman?" ulang Amanda dengan terkekeh meremehkan. "Sorry, dia bukan teman gue."

"Kalau mau, lo aja jadi temen kita sini," tawar Cinta.

"Emang gue sudi?"

Amanda mendorong pelan pundak Zelyn, "kok lo songong sih?"

"Gue nggak butuh teman kayak lo!"

"Zelyn, Duh! Kita nggak punya masalah sama lo, gue harap lo nggak ikut-ikutan."

Salvia berujar dengan kebingungan, berharap Zelyn mau mengerti. Tapi sepertinya, Zelyn masih dikuasai amarahnya. Bahkan sorot mata tajamnya tak lepas menghunus Salvia.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
N I S C A L ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang