SELAMAT MEMBACA UNTUK SETIAP PEMBACA YANG SETIA😻👊🏻
🕊️🕊️🕊️
"Bisa nggak jangan sekarang?!" kesalnya berteriak di tepi jalan, meski teriakannya tetap kalah dengan bisingnya jalan raya.
Kedua tangan Zelyn tertekuk di kedua sisi pinggang nya. Memandang sinis motor Scoopy yang kembali tidak bisa mengantarnya ke sekolah. Di pertengahan jalan tiba-tiba bensinnya habis, si pengemudi pun kebingungan mencari bahan bakar untuk menjalankan mesin motornya.
Netra coklatnya melirik jam biru langit yang melingkar cantik di pergelangan tangannya. Dentingan nya terus berjalan, perjalanan ke sekolahnya akan habis. Bisa dipastikan Zelyn akan terlambat jika tidak mendapat bala bantuan segera.
"Motor lo kenapa?"
Suara berat menyapa Zelyn di tengah kebingungannya. Zelyn pun menoleh, tidak mengenali presensi seorang pria yang tengah meneguk air mineral dingin. Setelan kasualnya terlihat santai, seperti bukan anak SMA lagi.
Zelyn mengerjap, "habis bensin. Lo siapa?"
"Damian," kata nya menyebut singkat namanya. "Bareng gue aja, lo telat sekolah nanti."
"Kita nggak kenal."
"Anak Smansa Patriot kan lo? Gue alumni sana."
Kedua alis Zelyn saling bertaut. Ia melirik lengan seragamnya yang tersingkap. Zelyn segera menaikkan lengan cardigan biru nya yang turun, sehingga terlihat logo SMAN 1 PATRIOT.
Zelyn mendelik kesal, "nggak nyambung!"
"Isi bensin lama, nanti lo telat. Sama gue aja," katanya mendesak.
Jari-jemari lentiknya saling mengetuk, sembari berpikir Zelyn pun menggigit bibirnya. Ia tahu dentingan jarum jam tidak berhenti barang sedetik pun. Semakin lama ia diam, itu hanya membuang banyak waktu. Tidak mungkin juga ia memesan taxi online ataupun meminta Bunda Adya datang. Semua itu memakan banyak waktu. Tidak ada bantuan selain cowok yang baru saja ia tahu nama nya.
Sejenak, Zelyn akan menyingkirkan sisi mandiri. "Motor gue gimana?"
"Lo bisa bawa mobil?"
"Bisa."
"Bawa mobil gue, motor lo gampang. Gue urus," katanya terlewat santai.
Zelyn mengerutkan keningnya lagi, "loh? Kata bareng lo."
"Mau banget apa bareng gue?"
"Sialan!" umpat nya di pagi hari ini. Damian hanya terkekeh kecil kemudian merogoh saku celananya, mengambil kunci mobilnya. Lalu ia menarik lengan tangan Zelyn dan menaruh kunci mobilnya.
"Mobil depan warung itu, sana gih!"
Netra Zelyn melirik mobil Sedan berwarna kan abu-abu, terpakir di sebrang jalan. Ia kembali menoleh, "terus lo gimana?"
"Lo parkir lapangan belakang sekolah aja. Beres motor lo gue ke sana, tukeran."
"Nggak takut gue maling mobil lo apa?" tanya nya yang malah membuat Damian tertawa.
Damian menggeleng, "nggak sih. Tapi jadi takut lo maling beneran."
Zelyn mengerjap, disituasi seperti ini ia malah teringat Reiga. Mengingat bagaimana cowok itu suka sekali menuduhnya maling. Tapi di hadapannya sekarang bukan Reiga. Zelyn cepat-cepat mengalihkan pikiran konyol nya. Ia mencabut kunci motornya lalu diserahkan balik pada Damian.
KAMU SEDANG MEMBACA
N I S C A L A
Ficção Adolescente"ISVARA EIRA ZELYN, GUE TUNGGU DI PARKIRAN BELAKANG! LO BISA FOTBAR SAMA GUE!" Lantang suara Reiga menggelegar, menyebut nama Zelyn hingga terdengar di tiap penjuru sekolah. Sayangnya, Zelyn sendiri tak berharap namanya yang disebut. Meski begitu i...