0 6 || Langkah Kecil Zelyn

247 22 0
                                    

HEEEYOOO!!! Balik lagi ke universkuu📣💋
HAPPPPYY REAADIING🙌🏻

🕊️🕊️🕊️

"BABI BABI BABI!"

Seluruh emosi terkumpul penuh di kepalan tangan Zelyn, beberapa kali ia memukul boneka koala nya. Raut wajahnya memerah, seperti kobaran apa yang menyebar di seluruh wajahnya. Seakan pun ada asap keluar dari kedua sisi telinganya. Netranya menyorot tajam pada layar ponsel yang baru saja ia lempar, beruntung jatuhnya di kasur, tidak menyebabkan pecah.

Balasan pesan dari sebrang jauh sana, membuat Zelyn semakin kesal.

Reiga Ketua:
| Belajar ngetik dulu, gih😂

Zelyn mendengus, "nyebelin banget emoticonnya!"

Kepalan tangannya memukul pelan kepalanya sendiri, merutuki dirinya sebab salah ketik. Salah sehuruf saja, ia merasa begitu malu. Padahal huruf y dan i tidak bersandingan, kenapa ia bisa salah memencet?

Sudah dapat Zelyn pastikan, Reiga akan mengolok-oloknya. Semakin menyebalkan berkali-kali lipat. Zelyn yakin itu. Tarikan napas Zelyn begitu panjang, sebelum menghembuskan nya perlahan. Napasnya coba ia atur agar stabil, berharap berdampak pula pada emosinya yang tidak stabil.

"Nggak lagi gue chat dia, nyesel ah!" Rasanya, Zelyn ingin menarik semua chatnya. Tapi itu sia-sia saja kan?

Setelahnya, Zelyn meraih susu kotak coklat yang tersedia di nakas samping tempat tidurnya. Diseruputnya begitu cepat, hingga kotak susu berukuran 125ml itu ludas. Kemudian dengan kesal Zelyn meremas bungkus susu itu, hingga bentuk kotaknya sudah abstrak tak beraturan.

"Kenapa juga Kaluna nggak bisa dihubungi? Lagi ada kepentingan juga!"

Rasa kesalnya masih saja menggebu-gebu, ditengah itu dering telpon mengalihkan kekesalan nya. Melihat nama yang tertera di layar, membuat helaan napas gusar dari Zelyn. Dengan terpaksa, tangannya meraih ponsel genggamnya lalu menerima panggilan itu.

"Gimana? Sudah hubungi Kaluna?" Suara tenang dari dalam telepon langsung menyambar, tanpa salam sapa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gimana? Sudah hubungi Kaluna?" Suara tenang dari dalam telepon langsung menyambar, tanpa salam sapa.

Gigi Zelyn saling bergemelutuk, menahan rasa kesalnya. "Salam dulu, bisa?"

"Assalamualaikum, Zelyn?" Sananta langsung menurutinya, tanpa banyak protes. Ya, seperti biasa.

"Wa'alaikumsalam."

"Balik ke pertanyaan awal saya," kata Sananta dengan nada tegasnya. Panggilan nya pun formal, menandakan ia sedang serius. Seperti inilah Sananta saat membahas urusan organisasi.

Zelyn menggaruk-garuk keningnya, "nggak bisa dihubungi."

"Sudah saya bilang, hubungi kakaknya. Kan teman sekelas mu."

"Udah, tapi nggak bisa."

"Jangan berbelit! Kalau berbicara yang jelas, Zelyn!"

Mata Zelyn mengerjap sekali, aura serius Sananta dapat ia rasakan dari sambungan telepon. Tak bisa dipungkiri, ketegasan Sananta dalam memimpin organisasi perlu di acungi jempol. Bahkan menurut Zelyn, Sananta lebih baik sebagai pemimpin dibandingkan Reiga.

N I S C A L ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang