6 5 || Its Okay

114 16 6
                                    

HALOO! ADA KAH YANG SETIA MENUNGGU?

AKU MINTA MAAF MEMBUAT KALIAN MENUNGGU SELAMA INI:'(

🕊️🕊️🕊️

Jarum menit dan detik saling tumpang tindih tepat pada pukul 12 malam, tiap-tiap sudut kota mulai diselimuti gelap sebab minimnya cahaya lampu. Pekarangan rumah yang kini menjadi pijakan kaki Reiga pun tampak sunyi, sepi dan gelap. Sudah semestinya di jam seperti ini seluruh penghuninya tertidur, tidak seperti Reiga yang baru pulang dari rumah Gavi.

Setelah pikirannya tenang dan batinnya lebih lega, Reiga memutuskan pulang ke rumah dengan hati penuh kesiapan. Walaupun nyatanya masih ada sedikit keraguan dalam benaknya. Terlihat saat ia memasuki rumah, suasananya benar-benar sangat mencekam.

Ada suara tangis perempuan.

Bukan, Reiga bukan berpikir itu makhluk halus atau semacamnya. Keberanian nya tidak seremeh itu. Namun, ia lebih takut saat melihat Mama nya menangis tersedu-sedu di pojok kamar. Sungguh sangat malang Mama Ria di tengah malam menangisi nasibnya.

Hati siapa yang tidak hancur melihat seorang ibu kacau seperti itu?

Sebagai seorang anak laki-laki, anak pertama, Reiga merasa sangat terpukul. Ia menyesali sikapnya beberapa hari kebelakang ini yang mengabaikan Mama nya sampai tak mau mendengar kelanjutan cerita itu. Ia tahu seluruh fakta itu menangggung beban yang sangat berat. Dan Reiga merasa bodoh membiarkan Mama nya membawa beban berat itu sendiri.

Untuk sekarang, bukan waktunya Reiga mengunggulkan ego nya. Ia bisa saja marah dan acuh pada Mama nya ataupun ia bisa saja menyalahkan Mama nya. Mama nya memang salah, Reiga mengakui itu. Namun saat ini Mama nya butuh dirinya, anak laki-lakinya.

"Dingin, Ma," lirihnya mulai berjongkok di hadapan Mama Ria yang sedikit mengejutkan. Reiga mengulum senyum hangat yang terlihat getir, tangan lebarnya mulai merengkuh tubuh Mama nya.

"Sini, Reiga tahu tempat yang hangat buat Mama. Lanjut aja nangisnya."

Reiga mendekap Mama nya, mempersilahkan perempuan paruh baya itu menangis sekeras mungkin. Sembari memberikan elusan hangat.

Mata Reiga terpejam sejenak, ikut merasakan betapa sakitnya ini semua. Reiga mencoba memahami posisi Mama nya. Tentu semua ini bukan hal yang Mama nya harapkan. Reiga, tak mau menyudutkan Mama nya sepihak.

Mama nya mencintai Pak Irsyad, pacarnya. Namun hubungan itu tidak direstui, siapa yang kuat akan hal itu? Sampai-sampai sebuah kesalahan tidak sengaja terjadi. Tentu, itu bukan skenario yang Mama Ria inginkan.

Dan paksaan untuk menikah dengan Papa Martin adalah bagian paling sulit untuk Mama Ria.

Bagaimana mudah mengikhlaskan cintanya?

Bagaimana mudah menjalani kehamilan yang bukan kesalahannya sepihak?

Dan bagaimana mudah mengikat janji sakral dengan laki-laki yang tak pernah Mama Ria harapkan?

Mama Ria sudah hancur sejak dulu, tapi ia terus bertahan dengan topeng kuatnya yang kini harus retak. Reiga tak ingin Mama nya mengenakkan topeng itu lagi di hadapannya. Reiga akan berada di garda terdepan untuk Mama nya.

Benar, pada awalnya Reiga memang marah besar. Mengakui kesalahan-kesalahan Mama nya. Namun sekarang, Reiga memilih berada di sisi Mama nya untuk melindungi beliau seutuhnya.

Mama Ria mendongakkan kepalanya perlahan, ia menyeka tangisnya. "Papa ... papamu pergi," lirihnya.

Terasa sangat sulit mulut Mama Ria berucap, rasanya begitu sakit. Bahkan tangisnya semakin pecah.

N I S C A L ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang