Terimakasih sudah bertahan sampai akhir kisah ini, selamat membaca episode terakhir🤍
🕊️🕊️🕊️
Hampir 18 tahun hidup, ini adalah suatu hal yang Zelyn pelajari: menampilkan ketenangan pada ekspresi wajahnya. Bertingkah seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya, wajah itu dengan mudah mengelabuhi orang lain. Seolah memang sudah terlatih sejak dulu.
Suasana pagi cukup cerah bagi orang lain, Zelyn tidak ingin mood nya mempengaruhi. Merasakan hawa ceria di meja makan yang sekarang menjadi ramai cukup membuat Zelyn tersenyum tipis. Dulu banyak kursi kosong, dulu hanya ada 2 sumber suara, dan dulu suasana tidak sehangat ini.
Hati Zelyn semakin mantab akan keputusannya tadi. Ia mengambil langkah yang tepat. Walaupun harus merelakan perasannya.
"Nak, itu sayur kangkungnya dimakan juga. Nanti keburu dihabisin kakak kamu loh," ucap Pak Irsyad.
"Iya nih. Nanti gue habisin nggak nangis loh, dek."
Zelyn terkekeh, "mana ada nangis. Habisin aja, kak gue nggak suka sayur."
"Loh? Haduh! Sayur itu sehat loh, apalagi buat tubuh kamu yang masih muda begini biar semakin kuat."
"Memang dari kecil, Mas dia susah makan sayur."
Pak Irsyad geleng-geleng, "apa mau Ayah suapin?"
Napas Zelyn tersendat. Tidak mampu memproses segala sesuatu yang baru saja mendebarkan hatinya. Matanya bergetar penuh binar mendengar kalimat yang sudah ia nanti selama hidupnya. Rasanya, ia terlalu bahagia sampai ingin menangis.
"Ayo, buka mulutnya."
Lengan Pak Irsyad terangkat ke arah Zelyn, mulutnya terbuka memberi instruksi, dan matanya tersenyum hangat. Zelyn menelan suapan itu dengan air mata yang berhasil lolos. Ia sungguh merasakan kebahagiaan yang selalu ia harapkan sejak kecil. Sekarang ia bisa merasakan di manja Ayah nya. Seperti anak-anak kecil seusianya dulu yang selalu membuatnya iri. Tapi kini Zelyn tidak akan iri lagi. Ia punya Ayah.
Kepala Zelyn beralih menatap Bunda nya yang juga mengulum senyum lebar. Lewat tatapan hangat itu, Zelyn berharap Bunda nya tahu bahwa ini juga kebahagiaan nya.
Damian mengusap ujung bibir Zelyn, sedikit mengejutkan. "Sorry, ini belepotan kayak anak kecil, Dek."
"Ish!"
Semua orang mengeluarkan tawa melihat Zelyn mencebikkan bibirnya. Pak Irsyad kembali menyuapi Zelyn.
"Nak," lirih Pak Irsyad. "Terimakasih yaa sudah memberi kesempatan Ayah untuk menjadi Ayah kamu."
Telapak tangan Pak Irsyad mengusap-usap pucuk kepala Zelyn. Sesaat, Zelyn menikmati kehangatan itu.
"Dah! Jangan sedih-sedihan lagi, mau telat ini," kata Damian mulai berdiri setelah menyelesaikan sarapannya.
"Iya, kalian berangkat bareng aja ya."
"Siap, Pa."
Perlahan Zelyn ikut berdiri, dengan ragu-ragu menyanggupinya perintah Ayah nya. Matanya melirik jam di layar ponselnya yang memang sudah waktunya berangkat. Zelyn melirik Damian yang sudah bersalaman di sisi lain ia masih menunggu Reiga. Bagaimana pun tadi mereka sudah janjian.
![](https://img.wattpad.com/cover/343186547-288-k522786.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
N I S C A L A
Teen Fiction"ISVARA EIRA ZELYN, GUE TUNGGU DI PARKIRAN BELAKANG! LO BISA FOTBAR SAMA GUE!" Lantang suara Reiga menggelegar, menyebut nama Zelyn hingga terdengar di tiap penjuru sekolah. Sayangnya, Zelyn sendiri tak berharap namanya yang disebut. Meski begitu i...