6 1 || Fakta Baru

176 18 4
                                    

HAPPY READING SEMUANYA🌻

🕊️🕊️🕊️

Deru motor Reiga memasuki pekarangan rumah Zelyn, suaranya kian memelan sebab mesinnya dimatikan. Setelah melepas helm ia segera turun, tak lupa bercermin pada spion terlebih dahulu. Entahlah ia merasa harus memastikan penampilan nya keren setiap bertemu Zelyn. Meski dalam hatinya ia sangat yakin wajahnya selalu tampan.

Kemudian ia mengetuk-ngetuk pintu beberapa kali sampai pemiliknya membuka. Garis senyumnya tertarik lebar tepat saat Bunda Adya muncul dari balik pintu. Begitu sopan ia menyalami punggung tangan beliau.

"Malam, Bunda. Maaf ya datang jam segini."

"Malam juga, Nak Reiga. Nggak apa-apa kok masih jam segini. Kebetulan juga loh."

Reiga mengernyitkan keningnya, "kenapa memangnya, Bunda?"

"Bunda mau ke kantor dulu ada pekerjaan yang belum selesai. Kebetulan ada kamu yang bisa nemenin Zelyn. Mau kan?"

"Siap aman, Bunda!" katanya tegas. "Duh! Papa nih pasti kasih banyak kerjaan ke, Bunda."

"Hahaha udah jadi tanggung jawab dan resiko, Bunda. Oh iya, Zelyn di kamarnya yaa."

"Iya, Bunda. Hati-hati di jalan dan semangat kerjanya ya, Bunda," ungkapnya dengan kedua tangan terkepal diiringi senyum lebar. Bunda Adya tertawa kecil, seolah dapat menerima energi semangat yang Reiga salurkan. Kemudian ia pun bergegas memasuki mobilnya.

Reiga melambai-lambaikan tangannya hingga mobil itu meninggalkan pekarangan rumah. Baru lah ia memasuki rumah itu, sedikit terkejut melihat keadaan rumah yang cukup berantakan. Tetapi sangat sunyi. Matanya melihat lantai atas di mana kamar Zelyn berada, ia yakin gadis itu ada di kamarnya.

"Jangan ke sana," gumamnya mencoba memberikan batas pada dirinya sendiri.

Ia mengusap-usap lehernya dengan hembusan napas kebingungan. Tidak tahu bagaimana cara memanggil Zelyn. Karena ponsel gadis itu ada di tangannya, niat kedatangannya memang untuk mengembalikan ponsel tersebut. Namun ia malah diberi amanah meski Reiga tidak keberatan.

Reiga berpikir, "apa gue teriakin namanya?"

Sayangnya ia merasa ide itu tidak terlalu bagus. Dan terkesan tidak sopan juga.

"Argh! Gue ketok aja kamarnya, ajak ke bawah!" Begitu lah hasil akhir atas kebingungan nya. Memilih segera menaiki beberapa anak tangga. Ia tidak cukup sulit menentukan mana kamar Zelyn, sebab dekorasi kamar soft pink sudah menunjukkan jawabannya.

Satu, dua, bahkan berkali-kali ia mengetuk pintu tersebut tetap tak ada respon. Ketukannya semakin keras saking tidak sabaran nya ia. Bahkan dipanggil-panggil namanya pun gadis itu tak menyahut.

Reiga berdecak kesal, "ada orang nggak sih?"

Matanya menyapu ke setiap sudut rumah, sama saja sepi tak ada tanda-tanda keberadaan Zelyn. Bunda nya pun mengatakan gadis itu berada di kamarnya. Entah kenapa tidak ada sahutan?

Mungkin tidur?

Sepertinya itu salah satu kemungkinan terbaiknya. Namun untuk memastikan jawaban itu benar, Reiga harus memeriksanya. Meski sedikit ragu tangannya mulai memegang knop pintu dan perlahan membukanya. Dari celah pintu netranya dapat menangkap Zelyn meringkuk di bawah kasurnya.

Reiga diam sejenak, mencerna apa yang gadis itu lakukan? Setelah menyadari nya ia segera membuka pintu lebar-lebar dan menerobos masuk. Mendekati Zelyn yang punggungnya bergetar hebat sebab tangisnya.

"Hey, sini-sini nangis di pelukan gue. Its okay!" katanya memeluk erat tubuh Zelyn.

Zelyn sama sekali tidak merespon apa pun, tangisnya semakin kencang dengan genggaman erat pada pelukan Reiga. Segala rasa sakitnya tumpah begitu saja. Untuk kedua kalinya ia mendapatkan pelukan ternyaman dalam tangisnya.

N I S C A L ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang