HEYOO❗ HAPPY READING GAISSSKUU🤩 JANGAN MALAS BACA NARASINYA YAA HAYOO😻
🕊️🕊️🕊️
Terik matahari menyengat dua kali lebih panas, semakin membakar rasa lapar yang tertahan sejak tadi. Semua orang berhamburan menuju tempat dimana hawa lapar dan dahaganya terpuaskan. Tak ada ruang kosong, seluruh sudut penuh antrian. Ruang luas yang dipenuhi aneka makanan lezat, menjadi tempat favorit di sekolah.
Di kantin aktiva, kita akan mendapatkan pelayanan terbaik untuk memakan hidangan lezat. Ada pun sistem prasmanan, dimana kita bisa mengambil sepuas kita lalu membawanya ke meja. Terdapat ratusan meja di sini, sangat luas.
Sayangnya, untuk makan siang di sini cukup dalam merogoh kantong. Di kantin Aktiva pun pembayaran biasanya melalui e-wallet. Salah satu bisnis koperasi SMAN 1 Patriot ialah kantin aktiva yang begitu mengutamakan kecanggihan zaman. Kantin elit ini, berbanding terbalik dengan kantin belakang.
Itu lah, mengapa Reiga bersikeras mempertahankan kantin belakang. Sebab, tak semua mampu makan di kantin aktiva.
Lain dengan Zelyn, makan di mana pun tak masalah. Seperti sekarang, makan di kantin aktiva bukan masalah harga. Namun masalahnya ialah, kesulitan membuka pintu kaca untuk masuk ruang dalam. Kedua tangannya penuh dengan nampan berisi makanannya, kakinya berusaha membuka pintu tersebut.
"Ck, gimana sih?"
Gadis itu masih terjebak dalam masalahnya, orang sekitar sibuk antri dan makan. Ia pun sama laparnya, tapi pintu benar-benar menjadi penghalang untuk makanannya segera memasuki rongga perutnya. Ia sungguh kesal!
Di saat kesulitan nya menerjang, ia terkejut dengan kehadiran dua orang. Reiga di balik pintu tengah mendorong pintu keluar, sedang di belakangnya Sananta mendorong pintu ke dalam. Sial, kedua cowok itu tidak membantu. Malah mengadu kekuatan di antara pintu itu.
"Lo tarik bego! Gue yang dorong," kata Reiga sedikit kesal.
Sananta berdehem sejenak, merasa malu karena salah. Kemudian ia menarik pintu tersebut. Reiga pun ikut mendorong ke luar, seakan pintu itu begitu berat. Padahal hanya Zelyn yang kesulitan menarik pintu sebab kedua tangannya penuh.
Zelyn melangkah sejengkal, tepat ditengah-tengah. "Harus banget gotong royong buka pintu?"
"Lo itu, buka pintu aja nggak bisa. Kemana sifat mandirinya?"
"Nggak lihat tangan gue penuh nampan?" cercanya sembari menyodorkan nampan bersertakan makanannya. Jelaga Reiga meneliti makanan berat yang di pesan gadis itu.
"Taruh dulu lah!"
"Kalau nggak mau bantuin nggak usah aja tadi."
Reiga terkekeh kecil, "makasih nya mana?"
Zelyn menggertakkan gigi-gigi rapi nya, Reiga betul-betul pandai membuatnya selalu berhutang budi. Barang sekecil apapun itu. Cowok itu sering kali membuat ia mengeluarkan kalimat basic manner. Seperti maaf, makasih juga tolong.
Sekarang, ia pun menatap kedua cowok di sisinya. Tersenyum tipis, "thanks."
Mendengar perintahnya dituruti begitu saja, Reiga tersenyum hangat sambil mengangkat 2 ibu jarinya. Lain dengan Sananta yang hanya mengangguk sekali.
Zelyn hendak melengos begitu saja, tetapi Reiga tak mengizinkan gadis itu lewat. Zelyn tak bisa melewati lengan Reiga yang terlentang pada dinding. Cukup, Reiga memang sengaja memancing emosi Zelyn.
"Singkirin tangan lo!"
"Lo nunduk, bisa kok lewat bawahnya."
Zelyn mendesah kesal, "ngapain sih lo makan di sini? Singgasana lo ditinggal?"
KAMU SEDANG MEMBACA
N I S C A L A
Ficção Adolescente"ISVARA EIRA ZELYN, GUE TUNGGU DI PARKIRAN BELAKANG! LO BISA FOTBAR SAMA GUE!" Lantang suara Reiga menggelegar, menyebut nama Zelyn hingga terdengar di tiap penjuru sekolah. Sayangnya, Zelyn sendiri tak berharap namanya yang disebut. Meski begitu i...