WIU WIU🤩 MASIH SEMANGAT?!
LETS GET IT📣🕊️🕊️🕊️
"Sebagai ganti rugi lecetnya motor lo. Sini gue traktir mie ayam."
Reiga berpikir sejenak, ia mengamati Kaluna yang tampak antusias. Adik perempuannya melanjutkan berbincang asik bersama Zelyn. Sepasang bola gelap itu memutar arahnya, melihat bapak penjual mie ayam tengah menyiapkan pesanannya.
Reiga mendekat. "Pak, baru satu ya dibuat?"
"Oh iya, Mas tunggu sebentar ya."
"Nggak apa, Pak. Satu aja, tapi ini dibungkus ya?"
Kaluna menarik lengan kakaknya, "loh? Kok dibungkus sih, Kak?"
"Makan di rumah aja."
"Enggak mau. Makan di sini aja, sama Kak Zelyn."
"Kakak ada urusan, Dek. Kita pulang sekarang." Reiga menegaskan dalam tiap katanya, tandanya tak ada bantahan yang ia terima.
Kaluna menghela napas gusar, berat hati ia mengikuti apa kata Kakaknya. Tak ada lagi kalimat perlawanan, ia tahu Kakak nya tidak akan menghiraukan. Sebab, titahnya begitu serius. Harus dituruti tanpa protes. Lain dengan Zelyn, acuh pada kakak adik ini. Lebih tertarik menghabiskan mie ayam nya.
Tanpa menghabiskan waktu banyak. Pesanan mie ayam Kaluna sudah siap, Reiga menjulurkan tangannya. Mengambil kantong plastik hitam sembari menyodorkan selembar uang berwarna biru.
"Kembaliannya simpan saja, Pak." Reiga berkata, ujung matanya melirik Zelyn. "Sekalian bayar punya dia."
Indra pendengaran Zelyn menangkap kalimat itu, mangkok di tangannya langsung ia taruh. Zelyn menggeleng, "enggak! Kok jadi lo yang bayar?"
"Daripada duit lo keluar jalan-jalan."
"Gue nggak miskin ya, gue buka olshop karena gue mau."
Alis Reiga naik sebelah, "kenapa ngejelasin? Ada gue tanya?"
"Mungkin aja di pikiran lo, gue banting tulang sampai buka olshop."
"Mau lo banting tulang, lempar tulang, geprek tulang sekalipun. Bukan urusan gue."
Hembusan napas Zelyn tampak gusar. "Lagian, yang mau traktir kan gue."
"Duit gue banyak."
"Kok sombong? Ikhlas ga sih?"
Tangan Reiga mengacak-acak rambutnya sendiri, mengumpulkan kekesalannya di kepalan kedua tangannya. Garis lengkung sengaja diukir di bawah hidung bangirnya. Tersenyum penuh sabar. Menghadapi gadis yang berkacak pinggang di depannya, seperti sudah siap bertempur.
"Lain waktu, traktir gue mie ayam. Gue borong lo bayar," tandasnya smirk.
Bibir plumpy itu mengerucut kesal, tapi terlihat gemas. Garis kerutan semakin jelas di keningnya. Netra coklat tak lepas dari sorot tajam yang ia layangkan. Beberapa kali, dua lapis mulut cukup tebal itu, mengeluarkan kalimat menyebalkan. Tidak mengerti, mengapa aura cowok yang berdiri tegap bak pohon beringin ini begitu menyebalkan?
Kedua tangannya turun perlahan, melipatnya di depan dada. Ia berdesis, "nyebelin!"
Gigi-gigi rapi Reiga sedikit terpampang, sebab tawa kecilnya. Tak ada niat menjahili Zelyn. Memang dasarnya sifat menyebalkan Reiga, dipadukan dengan Zelyn yang sensian. Sumbu amarahnya mudah sekali tersulut. Reiga merasa harus banyak belajar menghadapi Zelyn. Namun bukan sekarang, ia tidak menanggapi lagi. Memilih membawa langkah kakinya menuju motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
N I S C A L A
Ficção Adolescente"ISVARA EIRA ZELYN, GUE TUNGGU DI PARKIRAN BELAKANG! LO BISA FOTBAR SAMA GUE!" Lantang suara Reiga menggelegar, menyebut nama Zelyn hingga terdengar di tiap penjuru sekolah. Sayangnya, Zelyn sendiri tak berharap namanya yang disebut. Meski begitu i...