HAPPY READING🌷
🕊️🕊️🕊️
"Abang? Kamu di sini kah?"
Reiga sedikit terperanjat kaget mendengar seruan Mama nya, album di tangannya nyaris terjatuh. Dengan helaan napas gusar ia menolehkan kepalanya. Di ambang pintu Mama nya berdiri menatap Reiga yang terduduk di lantai bersama beberapa album. Tak lama Reiga memutuskan kontak mata itu, hatinya terasa berat berhadapan dengan Mama nya sekarang.
Mama Ria hendak bersuara, tetap tertahan saat mengetahui album apa yang sedang Reiga buka. Matanya terbuka lebar dengan degup jantungnya yang berdegup lebih kencang. Mama Ria menutup rapat pintu tersebut. Sebelum ia menghampiri Reiga yang tampak acuh padanya.
Tangan Mama Ria meraih pelan album di tangan Reiga, halaman yang terbuka cukup membuatnya terkejut. Terlihat jelas foto-foto semasa hamilnya dahulu dan lelaki yang Reiga pasti tidak kenal. Sekarang Mama Ria tahu kenapa Reiga enggan menatapnya. Bahkan ia sendiri pun tak tahu harus berkata apa setelah ini.
Namun Reiga bersuara lebih dulu, "bisa Mama jelasin untuk menghilangkan pikiran negatif aku?"
Reiga meminta nya, memberi ruang untuk Mama Ria menjelaskan. Karena ada begitu banyak cabang pertanyaan di kepala Reiga. Ia tidak mau amarahnya membuat ia menyimpulkan sendiri pikiran negatifnya. Hanya Mama Ria yang dapat menjernihkan pikirannya saat ini.
Sayangnya, itu adalah hal sulit bagi Mama Ria. Bagaimana bisa ia menceritakan kisah masa lalunya yang sudah ia tutup serapat mungkin?
Itu terlalu menyakitkan.
"Ma," lirih Reiga meminta kembali. Kali ini ia menatap Mama nya, netra keduanya sama-sama sendu.
Mama Ria menarik napas dalam-dalam, lalu menggenggam tangan Reiga erat-erat. "Tapi Mama minta tolong, jangan marah besar ya?"
Reiga diam sejenak, lalu bergumam saja. Ia tidak yakin bagaimana responnya nanti. Yang jelas ia ingin mendengar langsung dari mulut Mama Ria. Kemudian tangan Mama Ria perlahan membuka halaman pertama album tersebut. Dengan keberanian yang ia punya, Mama Ria mulai bercerita.
"Ini Mama saat masih muda, awal-awal kuliah. Pacar Mama dulu suka sekali memfoto Mama diam-diam, apapun yang kami lakukan dia selalu mendokumentasi kan. Dia suka kamera, sama seperti kamu."
Reiga meneguk ludahnya, mendengar satu kesama mereka.
"Lihat, pasangan di album ini kelihatan bahagia sekali kan?" tanya Mama Ria yang membuat Reiga kembali menatap albumnya. Gambar Mama nya dan sang pacar dulu. Reiga menatap kembali Mama nya, ada garis senyum hangat saat mengenang memori itu.
Mama Ria terkekeh kecil, "kita dulu sangat mencintai. Hubungan kami begitu dekat dan terjalin semenjak SMA. Kami bahkan sudah merancang masa depan begitu jauh dan mantab."
"Sayangnya semua itu hanya rancangan kami. Rencana Tuhan berbanding terbalik," lanjutnya sendu.
Mama Ria membalik halaman selanjutnya. Gambar testpack. Hati Reiga terasa berdenyut kembali.
"Kami melakukan kesalahan," lirihnya. "Benar, Mama hamil dengan pacar Mama sebelum kami menikah. Tapi Mama rasa kami pun tak bisa menikah."
"Kenapa?" Reiga bertanya pelan.
"Orang tua pacar Mama tidak merestui kami, mereka tidak suka Mama. Sampai akhirnya mereka memaksa pacar Mama untuk dijodohkan dengan perempuan lain. Pacar Mama menolak keras, tapi itu semua sia-sia."
Mama Ria menarik napas dalam-dalam, ia membalik halaman berikutnya. Foto dimana ia memberitahu kabar kehamilan nya pada sang pacar.
"Dia ingin bertanggung jawab. Tapi Mama menolak, karena tahu orang tuanya akan marah besar saat tahu itu. Jadi sampai sekarang tidak ada yang tahu kehamilan Mama selain pacar Mama dulu dan kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
N I S C A L A
Teen Fiction"ISVARA EIRA ZELYN, GUE TUNGGU DI PARKIRAN BELAKANG! LO BISA FOTBAR SAMA GUE!" Lantang suara Reiga menggelegar, menyebut nama Zelyn hingga terdengar di tiap penjuru sekolah. Sayangnya, Zelyn sendiri tak berharap namanya yang disebut. Meski begitu i...